PWMJATENG.COM, Surakarta – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) melalui Biro Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) kembali menggelar kajian rutin Tafsir Al-Qur’an. Kajian yang dilaksanakan setiap Kamis ini bertujuan untuk memperkuat pemahaman Al-Islam dan Kemuhammadiyahan bagi dosen serta Tenaga Kependidikan UMS. Kegiatan ini dilakukan secara daring melalui platform Zoom.
Pada kajian yang digelar Kamis, 5 September 2024, Ainur Rha’in, menjadi pembicara utama dengan fokus penafsiran Q.S. Al-Ma’un. Ia menjelaskan bahwa surah ini mengandung pesan mendalam tentang kemunafikan dan menjadi landasan penting bagi gerakan Muhammadiyah.
“Ketika kita malas sholat dan enggan membantu anak yatim, itu mungkin tanda ada kemunafikan dalam hati kita,” jelas Ainur.
Baca juga, Jelang Pilkada Serentak 2024, Muhammadiyah Tegaskan Netralitasnya Namun Tidak Untuk Warganya
Lebih lanjut, Ainur Rha’in menekankan bahwa Q.S. Al-Ma’un memiliki makna mendalam dan dijadikan pedoman bagi Muhammadiyah dalam menggerakkan amal usaha. Muhammadiyah, menurutnya, mengedepankan konsep Tafsir Amali, di mana Al-Qur’an tidak hanya dipahami secara teks, tetapi juga diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Surah Al-Ma’un memiliki arti yang luar biasa dalam gerakan Muhammadiyah. KH. Ahmad Dahlan memulai gerakan ini dengan pengamalan surah tersebut, seperti mendirikan panti asuhan, rumah sakit, dan pusat bantuan untuk fakir miskin,” tambahnya.
Dalam penjelasannya, Ainur juga membahas bahwa Q.S. Al-Ma’un mengutuk keras mereka yang mendustakan agama. Menurutnya, salah satu ciri orang yang mendustakan agama adalah mereka yang menghardik anak yatim dan tidak peduli terhadap orang miskin.
“Orang yang mendustakan agama itu adalah mereka yang menindas atau menyakiti anak yatim serta lalai dalam menjalankan sholat,” tegas Ainur.
Kontributor : Dewi
Editor : M Taufiq Ulinuha