
PWMJATENG.COM – Dalam ceramahnya, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, M. Abduh Hisyam, menekankan pentingnya tanggung jawab keilmuan yang dimiliki oleh umat Islam. Pesan yang disampaikan sangat relevan dengan ajaran Nabi Muhammad SAW, yang selalu mendorong umatnya untuk memperdalam ilmu pengetahuan. Tidak hanya sekadar tanggung jawab ilmuwan, tetapi juga tanggung jawab setiap orang beriman untuk mempelajari dan memperhatikan alam semesta sebagai manifestasi kekuasaan Allah.
Abduh Hisyam mengingatkan bahwa orang beriman harus mempertebal keimanan mereka dengan merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah yang terdapat dalam alam semesta. “Tanda-tanda kekuasaan Allah itu ada pada alam semesta. Kewajiban umat Islam adalah memperhatikan dan mempelajari alam semesta ini,” ujar Abduh Hisyam dalam ceramahnya.
Pentingnya hubungan antara umat manusia dan alam semesta dijelaskan dengan sangat gamblang. Umat Islam, menurutnya, sangat bergantung pada alam, terutama pada sumber daya alam seperti air, tumbuh-tumbuhan, dan udara. “Betapa sangat tergantungnya kita kepada alam, kepada air, kepada tumbuh-tumbuhan, buah-buahan sebagai bahan makanan kita. Betapa udara kita ini akan lebih bersih dan segar jika oksigennya dibantu oleh dedaunan yang hijau,” katanya. Dalam konteks ini, umat Islam diajak untuk menghargai dan menjaga alam sebagai bagian dari ibadah kepada Allah.
Abduh Hisyam juga mengutip pendapat seorang ahli tafsir besar, Syekh Tantawi Aljauhari, yang menulis tafsir Al-Jauhari di Universitas Kairo, Mesir. Menurut Syekh Tantawi, ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang berkaitan dengan alam mencapai jumlah 750 ayat, sementara ayat-ayat yang berkaitan dengan fikih atau hukum hanya 150 ayat. Ini menunjukkan bahwa Islam sangat memperhatikan alam dan memandangnya sebagai bagian integral dari kehidupan umat manusia. Sayangnya, menurut Abduh Hisyam, meskipun banyak ulama menulis ribuan buku tentang fikih, hanya sedikit yang menulis tentang ilmu alam.
Pada kesempatan ini, Abduh Hisyam juga menceritakan sebuah hadis yang sangat mendalam, yang menggambarkan pentingnya refleksi terhadap alam dan wahyu Allah. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah, disebutkan bahwa Rasulullah SAW menangis setelah menerima wahyu pada suatu malam. Rasulullah meminta izin kepada Aisyah untuk melaksanakan salat malam, dan setelah salat, Aisyah melihat beliau menangis. Ketika Bilal datang untuk mengumandangkan azan, ia bertanya kepada Rasulullah tentang penyebab tangisannya. Rasulullah menjawab bahwa wahyu yang turun pada malam itu sangat menggugah hati, dan ia merasa sangat khawatir jika umat manusia tidak merenungkan makna ayat tersebut. Hadits ini mengacu pada wahyu yang diterima oleh Rasulullah, yaitu surat Al-Imran ayat 190:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang berakal.”
Ayat ini menggambarkan bahwa umat Islam diperintahkan untuk merenungkan ciptaan Allah yang ada di sekitar mereka. Penciptaan langit dan bumi, serta pergantian malam dan siang, adalah bukti kekuasaan Allah yang harus dijadikan bahan renungan oleh orang yang berakal. Orang beriman, yang dimaksud dalam ayat ini, adalah mereka yang mampu merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah yang ada pada alam semesta.
Baca juga, Keanekaragaman Hukum dalam Islam: Keteladanan Rasulullah dan Kebijaksanaan Para Sahabat
Abduh Hisyam menjelaskan bahwa dalam Islam, alam semesta tidak hanya dianggap sebagai objek untuk dimanfaatkan, tetapi juga sebagai objek untuk direnungkan dan dipelajari. Pergantian waktu antara pagi, siang, sore, dan malam adalah fenomena yang terus berulang dan menjadi bukti kebesaran Allah. Dalam Al-Qur’an, Allah bersumpah dengan waktu, menunjukkan bahwa waktu adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia. Salah satu surat yang dimaksud adalah surat Al-Asr, yang mengajarkan bahwa manusia senantiasa berada dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan beramal saleh.
وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi waktu, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, serta saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.”
Surat Al-Asr ini mengingatkan umat manusia bahwa meskipun waktu terus berjalan, kebanyakan manusia berada dalam kerugian karena tidak memanfaatkan waktu dengan baik. Hanya orang yang beriman dan beramal saleh yang akan selamat dari kerugian ini. Dalam konteks ini, mempelajari alam dan memperhatikan tanda-tanda kebesaran Allah adalah bagian dari amal saleh yang harus dilakukan oleh umat Islam.
Abduh Hisyam mengajak umat Islam untuk tidak hanya fokus pada ilmu fikih, tetapi juga mempelajari ilmu alam sebagai bagian dari tanggung jawab keilmuan mereka. Ia menekankan bahwa memahami alam semesta adalah bagian dari usaha untuk memahami kekuasaan Allah, dan dengan demikian, dapat meningkatkan keimanan umat Islam. Jika umat Islam tidak memperhatikan sejarah dan alam, mereka akan mengulang kesalahan yang sama, seperti yang terjadi pada umat-umat sebelumnya.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha