Kolom

Strategi Segarkan Dakwah dan Pendidikan Melalui Skema “Barter Ustaz”

Oleh: Pujiono (Ketua FGM Kabupaten Boyolali)

PWMJATENG.COM – Dalam dunia dakwah dan pengembangan sumber daya manusia, terdapat fenomena menarik yang kerap muncul: ustaz lokal yang sesungguhnya memiliki kapasitas keilmuan mumpuni justru kurang mendapat antusiasme dari jamaahnya sendiri. Bukan karena kekurangan ilmu, melainkan karena faktor kebiasaan. Ustaz yang sering tampil di hadapan jamaah terkadang kehilangan daya tarik hanya karena terlalu sering hadir.

Sebaliknya, kehadiran ustaz dari luar daerah yang baru pertama kali datang justru mendapat sambutan hangat, meski menyampaikan materi yang tidak jauh berbeda. Fenomena ini merupakan dinamika psikologis yang wajar dalam kehidupan sosial masyarakat.

Hal serupa juga kerap terjadi di lingkungan pendidikan, khususnya ketika menghadirkan motivator atau narasumber untuk menginspirasi para guru. Motivator internal yang memahami secara mendalam kondisi institusi, sering kali kurang mendapat perhatian. Sebaliknya, motivator dari luar yang hanya tampil selama satu atau dua jam justru meninggalkan kesan mendalam karena dianggap membawa suasana baru.

Melihat realitas ini, seorang pimpinan lembaga perlu memiliki kepekaan dan kecermatan dalam merancang strategi yang mampu menjaga semangat audiens. Masalahnya bukan semata-mata soal kualitas narasumber, tetapi juga soal bagaimana menciptakan antusiasme dan ketertarikan melalui pendekatan yang segar dan inovatif.

Baca juga, Masukhi: Ibadah Haji Bukan Sekadar Ritual Fisik, Melainkan Upaya Spiritual untuk Mencari Rida Allah

Salah satu skema yang patut dipertimbangkan adalah konsep “barter ustaz”. Ustaz dari lembaga A diundang mengisi kajian di lembaga B, sementara ustaz dari lembaga B mengisi kajian di lembaga A. Model ini juga dapat diterapkan pada pelatihan guru, seminar motivasi, dan kegiatan sejenisnya. Pendekatan ini menghadirkan suasana baru tanpa mengesampingkan mutu penyampaian.

Perlu ditegaskan, skema barter ustaz bukan tentang menggantikan atau membandingkan siapa yang lebih unggul. Ini adalah bentuk kolaborasi untuk memperkaya wawasan jamaah dan peserta kegiatan. Tujuan utamanya adalah menjawab kebutuhan psikologis masyarakat melalui variasi penyampaian yang menyegarkan.

Selain itu, kerja sama antar-lembaga pun dapat semakin erat. Sinergi ini berpotensi menciptakan ruang dakwah yang lebih dinamis dan pendidikan yang lebih inspiratif.

Seorang pimpinan yang memiliki kepekaan terhadap dinamika psikologis audiens akan mampu merancang rotasi ini secara bijak. Dengan demikian, lembaga tidak hanya berkembang secara kelembagaan, tetapi juga menyegarkan spiritualitas dan intelektualitas para warganya.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE