Sikap Hidup Ihsan
Sikap Hidup Ihsan (Belajar dari Buku Gerakan Islam Berkemajuan Karya Prof Haedar Nashir Halaman) (V).
Oleh : Arif Jamali Muis, M.Pd. (Sekretaris PWM DIY, Wakil Ketua BP Lazismu PP Muhammadiyah, & Staff Khusus Menteri Pendidikan, Dasar, dan Menengah RI)
PWMJATENG.COM – Beberapa hari ini selama di Jogja tersibukkan dengan beberapa agenda persyarikatan sehingga belum sempat melanjutkan membaca buku Gerakan Islam berkemajuan. Ba’da subuh tadi saya sempatkan melanjutkan beberapa halaman buku GIB. Berikut catatan sederhana saya.
Pandangan kehidupan dan keduniaan dalam prespektif Islam tidak berdasarkan humanisme barat tetapi berlandaskan ketuhan atau humanisme-teosentris (bagaimana kemajuan ala barat–humanisme barat dan kemajuan menurut Islam dalam GIB sudah saya tulis dalam episode sebelum ini). Maka sikap hidup Ihsan adalah pilihan terbaik bagi umat sebagaimana yang diteladankan oleh para Nabi dan Rasul.
Menurut Prof. Muhammad Ali, Direktur Program Studi Timur Tengah dan Islam, University of California, Riverside ini pada, Rabu (6/4) di Pengajian Ramadan 1443 H PP Muhammadiyah menjelaskan, dengan mengutip Toshihiko Izutsu, ihsan dijelaskan memiliki dua bentuk kebaikan yaitu ketundukan yang mendalam kepada Allah dan segala kebaikan kepada orang sebagai bentuk ketundukan kepada Allah. Kedua perbuatan yang dimotivasi semangat menolong, kasih sayang dan lemah lembut. Ihsan adalah perbuatan kebaikan secara maksimal baik yang berhubungan dengan Allah Swt. ataupun dengan sesama manusia sebagai wujud mensejahterahkan alam semesta.
Baca juga, Kiat-Kiat Memanfaatkan AI dalam Penulisan Artikel dengan Tetap Mengedepankan Etika Jurnalistik
Lebih lanjut Prof. Haedar dalam bukunya Gerakan Islam Berkemajuan halaman 83 menyebutkan umat Islam harus menyikapi dan menjalankan hidup dengan Ihsan dalam karakter sebagai “Abdullah” yakni sebagai hamba Allah yang selalu beribadah dan pasrah kepadaNya serta “Khalifatul fil ardl” yaitu wakil Tuhan yang bertugas memakmurkan bumi.
Bagi seorang muslim selalu berbuat yang terbaik dan positif yang membawa kemaslahatan, kebaikan, dan kemajuan hidup meskipun secara bertahap seraya menjauhi yang buruk dan mafsadat, akan membawa kebaikan.
Insan beriman yang berjiwa Ihsan berbuat baik secara optimal tanpa merasa diri paling muhsin. Rendah hati, tidak perlu jumawa, menjauhi sikap takabur dengan merasa paling benar, bersih, hebat dan paling mampu sendiri. Setiap insan muslim berhak menunaikan ihsan sesuai kemampauan dan jalan yang dipilihnya menuju ridha dan karunia Allah Swt.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha