
PWMJATENG.COM, Jepara – Sebanyak 102 siswa SD Muhammadiyah Kriyan (SDMK) Kalinyamatan, Jepara, tampak antusias mengikuti kegiatan outing class yang berbeda dari biasanya. Pada Selasa, 27 Mei 2025 (29 Dzulqaidah 1446 H), mereka belajar langsung dari pelaku usaha legendaris di bidang kuliner, Pak Kumis, pemilik usaha Bandeng Presto yang kini viral di Kota Kudus.
Kegiatan outing class yang diikuti siswa kelas IV hingga kelas VI ini berlangsung di salah satu sentra wisata edukatif yang berada di kawasan Kudus. Bukan sekadar wisata biasa, kegiatan ini mempertemukan para siswa dengan sosok inspiratif bernama Abdurrahman, yang lebih dikenal sebagai Pak Kumis, seorang pengusaha rumahan bandeng presto yang telah memulai usahanya sejak tahun 1967.
“Anak-anak sangat gembira dan semangat ketika mendengarkan kisah inspiratif Pak Kumis. Apalagi saat mereka diajak langsung praktik membuat dimsum dari bahan dasar bandeng,” ujar salah satu guru pendamping, Siti Maemunah, di sela-sela kegiatan.
Dalam sesi praktik, para siswa dibagi menjadi 17 kelompok. Masing-masing kelompok diberi bahan-bahan yang telah disiapkan, seperti kulit dimsum dan isian yang terdiri dari irisan kecil wortel dan daging bandeng. Mereka tampak antusias membentuk dan mengemas dimsum buatan sendiri. Hasil praktik tersebut kemudian dibawa pulang sebagai oleh-oleh, menambah keseruan pengalaman belajar mereka.
Pak Kumis, yang kini berusia 82 tahun, menyambut hangat kunjungan para siswa. Dalam pemaparannya, ia menceritakan bagaimana perjuangan merintis usaha bandeng presto yang kini dikenal luas. “Awalnya saya hanya membeli bandeng dari Juwana, Pati, beberapa kilogram saja. Saya racik sendiri dengan bumbu sederhana, lalu saya jual ke tetangga,” kenangnya.
Baca juga, Islam dan Gaya Hidup Minimalis: Meneladani Zuhud di Tengah Konsumerisme
Meski menghadapi persaingan berat dari pengusaha bermodal besar, Pak Kumis tetap bertahan dengan produk tradisional khasnya. Keunikan olahan bandeng buatannya terletak pada penggunaan daun bambu yang mempertahankan rasa alami, serta bandeng segar yang ditunjukkan dari mata ikan yang masih jernih.

Tahun 1980-an menjadi titik balik usahanya. Dengan tekad kuat, ia memperluas pasar hingga ke Pasar Johar Semarang. Meski distribusi saat itu masih dilakukan secara manual, bahkan dipikul, ia tetap konsisten mempertahankan kualitas dan cita rasa.
Menurut Kepala Sekolah SDMK, Supriyanto, kunjungan ini tidak hanya bertujuan edukatif, tetapi juga menanamkan nilai-nilai perjuangan dan semangat wirausaha sejak dini. “Kami ingin anak-anak belajar langsung dari sosok nyata yang sukses membangun usaha dari nol. Ini bukan sekadar studi lapangan, tetapi pelajaran hidup,” tuturnya.
Ia menambahkan bahwa kegiatan seperti ini sejalan dengan tantangan yang dihadapi sekolah swasta berbasis Islam dalam membentuk karakter mandiri, pekerja keras, dan tangguh. “Membangun sekolah swasta itu seperti merintis usaha. Harus tahan banting dan terus bergerak naik anak tangga kesuksesan,” ungkap Supriyanto.
Pak Kumis yang kini sudah menyerahkan tongkat estafet usaha kepada putranya, Hadi, masih tampak segar dan semangat. Ia bahkan dengan ramah berswafoto bersama siswa dan guru. “Regenerasi itu penting, agar usaha bisa terus eksis di masa depan,” ucapnya.
Kontributor : Akhmad Faozan
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha