PWMJATENG.COM, Surakarta – Sepuluh mahasiswa internasional dari sembilan negara berhasil menuntaskan program Language and Cultural Immersion, yang merupakan bagian dari Program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Penutupan program yang digelar pada Sabtu, 25 Januari 2025, di Aula SMP Muhammadiyah 7 Bayat, menjadi momen bersejarah bagi peserta yang terlibat dalam kegiatan ini.
Aryati Prasetyarini, Kepala Bidang Pengembangan Pembelajaran Bahasa LBIPU UMS, menjelaskan bahwa program ini mengusung konsep “imersi,” yang mengajak peserta untuk “masuk ke dalam air” – beradaptasi langsung dengan budaya dan bahasa yang mereka pelajari. Peserta program ini, yang berasal dari penerima beasiswa International Priority Scholarship (IPS), Kemitraan Negara Berkembang (KNB), dan Darmasiswa, dipandu untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar Bayat, yang kaya akan nilai budaya.
Menurut Dwi Haryanti, Ketua LBIPU UMS, program ini merupakan kelanjutan dari pembelajaran bahasa Indonesia yang dimulai pada September hingga Desember 2024 di kampus. “Selama enam hari, mahasiswa tidak hanya mempelajari bahasa Indonesia, tetapi juga langsung berinteraksi dengan masyarakat serta memahami budaya lokal. Ini adalah cara yang sangat efektif untuk mendalami bahasa dan budaya,” ujar Dwi.
Sepuluh mahasiswa tersebut tinggal di Kecamatan Bayat dan terlibat dalam berbagai kegiatan budaya. Mereka mengunjungi sekolah-sekolah Muhammadiyah serta lokasi budaya setempat, untuk mempraktikkan kemampuan bahasa mereka dan mendalami budaya sebagai bagian penting dari komunikasi. Koordinator Program, Abdillah Nugroho, menyebutkan bahwa Bayat dipilih karena kaya akan potensi budaya, seperti gamelan, batik, angklung, blangkon, dan tradisi membuat dawet.
Baca juga, Download Tanfidz Keputusan Musypimwil Muhammadiyah Jawa Tengah Tahun 2024
“Hari-hari mereka di Bayat diisi dengan aktivitas budaya yang beragam, seperti mengenal gamelan, wayang, dan blangkon. Semua elemen budaya ini memberikan pengalaman berharga bagi mahasiswa,” ungkap Abdillah.
Haryono, Koordinator Kegiatan di Bayat, menambahkan bahwa program ini berlangsung di enam sekolah Muhammadiyah di Bayat, termasuk SMP Muhammadiyah 7 Bayat, MTs Muhammadiyah 6 Bayat, dan beberapa MIM di Bayat. “Mahasiswa menjelaskan budaya dari negara masing-masing, kemudian mempraktikkan bahasa Indonesia di sentra budaya, seperti gamelan dan wayang,” jelas Haryono.
Jobeda Khanom, peserta asal Bangladesh, menyatakan kesannya mengikuti program ini. “Saya sangat bahagia mengikuti program ini karena memberikan pengalaman yang menyeluruh tentang budaya Indonesia, terutama budaya Jawa,” ujarnya. Jobeda juga mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Haryono dan para guru Muhammadiyah di Bayat yang telah mendukung selama program.
Keberhasilan program ini turut dibuktikan dengan rasa percaya diri yang semakin tinggi pada mahasiswa dalam berinteraksi dengan masyarakat Bayat. Jobeda mengakui bahwa ini adalah pencapaian terbesar dari program ini.
Selain Jobeda, peserta lainnya berasal dari berbagai negara, seperti Pakistan, Rwanda, Turkmenistan, Uganda, Tanzania, Malawi, Thailand, Gambia, dan Pakistan. Mereka semua menyatakan rasa terima kasih atas pengalaman yang telah diberikan, yang membuka wawasan mereka tentang budaya Indonesia.
Kontributor : Yusuf
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha