KolomSejarah

Refleksi Jelang 1 Abad Muhammadiyah Batur: Warisan atau Idealisme yang Harus Diperjuangkan?

Refleksi Jelang 1 Abad Muhammadiyah Batur: Warisan atau Idealisme yang Harus Diperjuangkan?

Oleh : Aris Darmawan (Ketua Majelis Pendidikan Kader dan Ketua LPCR PCM Batur)

PWMJATENG.COM – Batur, sebuah kecamatan kecil di dataran tinggi yang subur, menyimpan cerita panjang tentang keberadaan Muhammadiyah di wilayah ini. Dikenal sebagai salah satu daerah dengan mayoritas masyarakat homogen yang menggantungkan hidup dari sektor pertanian. Batur menjadi saksi perjalanan panjang organisasi ini. Dalam sejarahnya, Muhammadiyah di Batur bukan hanya warisan, tetapi juga simbol idealisme perjuangan yang relevan untuk terus diperjuangkan hingga kini.

Sejarah Panjang yang Mengakar 

Sejarah Muhammadiyah Cabang Batur dimulai sekitar tahun 1925. Tak lama berselang, pada tahun 1927, Nyi Walidah, istri pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan, memenuhi undangan tabligh di wilayah ini.

Perjalanan Muhammadiyah Batur semakin istimewa ketika Jenderal Sudirman, salah satu tokoh nasional, melakukan napak tilas dari Banyumas hingga berakhir di lapangan Batur pada tahun 1941. Beliau bahkan sempat mengadakan perkemahan di sana. 

Tak hanya itu, Batur juga menjadi tempat yang dikunjungi para tokoh Muhammadiyah terkemuka seperti Prof Amien Rais, Din Syamsuddin, dan Prof Abdul Mu’ti. Kehadiran mereka menegaskan bahwa Batur memiliki peran penting dalam perjalanan Muhammadiyah, bukan hanya sebagai tempat dengan akar sejarah yang kuat, tetapi juga sebagai basis gerakan yang konsisten mempertahankan nilai-nilai keislaman. 

Hingga kini, Muhammadiyah Cabang Batur memiliki delapan ranting aktif, dengan berbagai kegiatan yang mengakar di masyarakat. Salah satu kegiatan yang paling menonjol adalah penyembelihan hewan kurban. Dari sekitar 1.400 kepala keluarga, tercatat 747 keluarga yang berpartisipasi dalam kegiatan ini, menunjukkan betapa kokohnya tradisi ini mengakar di hati masyarakat. Dengan 18 musala dan empat masjid yang tersebar di tiga RW, Muhammadiyah Batur benar-benar menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. 

Antara Warisan dan Idealisme 

Namun, pertanyaan yang muncul adalah apakah Muhammadiyah di Batur hanya akan menjadi sebuah warisan, atau tetap menjadi sebuah idealisme perjuangan yang terus relevan? 

Jika Muhammadiyah hanya dipandang sebagai warisan, maka eksistensinya akan cenderung terjebak dalam lingkaran keluarga. Hanya sanak famili yang merasa memiliki tanggung jawab untuk melanjutkan estafet organisasi ini. Hal ini, tentu saja, akan membatasi ruang gerak Muhammadiyah di Batur. Organisasi ini akan kehilangan daya tarik bagi masyarakat yang tidak memiliki keterikatan keluarga dengan para pendirinya. 

Baca juga, Keutamaan Menjenguk Orang Sakit

Sebaliknya, jika Muhammadiyah dipandang sebagai sebuah idealisme perjuangan, maka nilainya tidak akan pernah lekang oleh waktu. Idealisme ini menawarkan sesuatu yang lebih besar dari sekadar warisan keluarga. Nilai-nilai seperti keikhlasan, pengabdian, dan kerja kolektif untuk kemaslahatan umat akan menjadi daya tarik yang melampaui batas-batas kekerabatan. Siapa pun yang melihat kebaikan dalam nilai-nilai ini akan merasa terpanggil untuk ikut memperjuangkan Muhammadiyah, terlepas dari latar belakangnya. 

Tantangan dan Harapan

Di tengah dinamika masyarakat Batur, yang sebagian besar berada dalam naungan tradisi NU. Muhammadiyah di dua desa yang memilih jalur perjuangan ini menghadapi tantangan besar. Namun, tantangan ini seharusnya menjadi pemacu semangat untuk terus menyebarkan nilai-nilai kebaikan yang dibawa oleh Muhammadiyah. 

Melalui berbagai kegiatan yang mengakar di masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan, dan kegiatan sosial lainnya, Muhammadiyah di Batur harus terus menjadi contoh nyata dari sebuah gerakan yang membawa manfaat bagi umat. Dengan semangat ini, Muhammadiyah tidak hanya akan bertahan, tetapi juga berkembang sebagai organisasi yang inklusif, dinamis, dan relevan. 

Pada akhirnya, Muhammadiyah di Batur bukanlah sekadar cerita masa lalu yang harus dikenang, melainkan sebuah amanah besar yang harus dijaga dan diteruskan. Warisan sejarah adalah modal, tetapi idealisme perjuangan adalah jiwa yang menghidupkan. Dan di sinilah tantangan kita semua: menjadikan Muhammadiyah di Batur sebagai simbol perjuangan tanpa henti demi kebaikan umat dan bangsa.

Sumber

https://muhammadiyah.or.id/2021/01/taktik-perang-jendral-sudirman-terinspirasi-perkemahan-hw
https://web.suaramuhammadiyah.id/2018/11/01/monumen-panglima-besar-jenderal-sudirman-sebagai-pandu-hizbul-wathan-diresmikan
https://web.suaramuhammadiyah.id/2017/07/20/muchlas-abror-semangat-berdakwah-nyai-walidah-luar-biasa/

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE