Praksisme Islam Melampaui Sang Mistikus
Praksisme Islam Melampaui Sang Mistikus
Oleh : Rudi Pramono, S.E. (Ketua MPI PDM Wonosobo)
PWMJATENG.COM – Atsarus Sujudi sudah diajarkan KH Ahmad Dahlan lebih dari 112 tahun yang lalu, ketika Muhammadiyah belum berdiri. Beliau mewujudkan ajaran Islam secara nyata melalui aksi-aksi sosial kemanusiaan dan kemajuan.
Melalui sanad dan matan ulama pembaru, beliau mewujudkan Islam secara konkret, bersifat transformatif dan inklusif yang kemudiannya diikuti oleh para pengikutnya, mendirikan berbagai amal usaha mulai dari sekolah modern, rumah sakit, panti dhuafa, semakin membesar dan meluas ketika berdiri Muhammadiyah. Hampir semua tradisi umat Islam sekarang : sholat Ied di tanah lapang, tabligh Akbar, panitia zakat/qurban, Takmir, Masjid/Musholla di tempat umum, khutbah dalam bahasa Jawa/Indonesia, gerak perempuan di ruang publik, dll adalah legacy dan kepeloporan Muhammadiyah yang kemudian dikuti banyak orang termasuk mereka yang dulu menentangnya.
Atmosfer Gerakan, Kritik dan Pemikiran Sang Pendiri yang tidak pernah ditulis tersebut tapi langsung diwujudkan dengan dakwah pemurnian dan aksi nyata menginspirasi banyak orang untuk bergabung dalam Muhammadiyah dan mewujudkan peran sosial Muhammadiyah dimanapun dia berada, sehingga Muhammadiyah menjadi organisasi Islam yang terbesar dari segi asetnya dan bermanfaat bagi umat dan bangsa. Setiap ada momen Persyarikatan selalu banyak kalangan yang mengapresiasi dan termotivasi gerakan Islam Berkemajuan ini.
Baca juga, Menemukan Akidah Muhammadiyah di Antara Asy’ariyah dan Atsariyah
Inspirasi Atsarus Sujudi jejak-jejak sujud Muhammadiyah terutama kuat terdapat dalam QS Al Ma’un tentang “sholat yang lalai yang tidak memberikan makan pada fakir miskin mereka itulah pendusta agama”, menjadi legenda yang ‘hanya dimiliki’ Muhammadiyah.
Kandungan makna surat tersebut adalah sebuah kritik keberagamaan yang tidak fungsional, melangit tanpa membumi, kedamaian individu namun tidak peka kesengsaraan sosial, spiritual tanpa aksional, kita tolak kekeramatan mistis beralih ke intelektualitas dan dan praksisme Islam, muncullah pemikiran tentang Tauhid Sosial, Teologi Transformatif, Teologi Pembebasan, Fiqih Kemanusiaan, Fiqih Kebencanaan, Fiqih Kemajemukan, Fiqih Lingkungan Hidup, Fiqih Korupsi, Fiqih Informasi, dll sebagai pondasi Ketuhanan yang Membumi.
Dari Sufi ke Nabi, setelah membumbung ke langit tertinggi, menyatu dan berpadu dengan sang Ilahi, lantas segera kembali turun ke bumi, bermakna inovatif dan kreatif, berjibaku dengan semua persoalan-persoalan kemanusiaan dan peradaban.
Menjadi syuhada’ al al-nas, ummatan wasathan, khairu ummah adalah Atsarus Sujudi, jejak-jejak Praksisme Islam Melampaui sang Mistikus.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha