Peluncuran Buku “Islamic Green School” Buka Jalan Transformasi Pendidikan Berbasis Lingkungan Islami
PWMJATENG.COM, Jakarta – Isu perubahan iklim dan kerusakan lingkungan semakin mengemuka sebagai tantangan global yang memengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Menjawab tantangan ini, Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah meluncurkan Buku Islamic Green School dalam rangkaian acara Pra-Tanwir I ‘Aisyiyah, Selasa (7/1/25). Buku ini menjadi pedoman praktis untuk menciptakan sekolah ramah lingkungan berbasis nilai-nilai Islam.
Acara peluncuran dilangsungkan di Aula Lantai 6 Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, dan dihadiri 82 peserta luring dari berbagai unsur Majelis, Lembaga, serta organisasi otonom Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah. Selain itu, 409 peserta dari seluruh Indonesia turut hadir secara daring melalui Zoom. Buku ini merupakan hasil kerja sama Majelis PAUD Dasmen PP ‘Aisyiyah, LLHPB PP ‘Aisyiyah, dan Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Jawa Barat, dengan dukungan penuh dari Eco Bhinneka Muhammadiyah.
Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Masyitoh Chusnan, menekankan pentingnya buku ini sebagai langkah strategis di tengah era globalisasi yang kerap menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. “Buku ini diharapkan menjadi panduan guru untuk mengenalkan pentingnya menjaga lingkungan kepada anak didik sejak dini,” ujar Masyitoh. Ia menambahkan, “Buku ini merupakan aset intelektual yang akan terus relevan dalam dakwah lingkungan.”
Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Fajar Riza Ul Haq, turut mengapresiasi inisiatif ini. Menurutnya, pendidikan berbasis lingkungan sangat penting untuk membangun kesadaran ekologis di kalangan siswa. “Anak-anak perlu memahami ancaman nyata perubahan iklim dan mengambil peran sebagai khalifah yang melestarikan sumber daya alam,” katanya.
Baca juga, Keputusan Musypimwil Muhammadiyah Jateng Tahun 2024
Dalam sesi diskusi, Ketua Majelis PAUD Dasmen PP ‘Aisyiyah, Fitniwilis, menekankan bahwa mengubah perilaku memerlukan kerja kolektif seluruh ekosistem sekolah. “Untuk membangun kebiasaan baru, program harus diarahkan pada pembentukan kesadaran dan aktivitas yang arif terhadap lingkungan,” jelasnya. Ia menyebut beberapa inisiatif seperti menanam pohon, memilah sampah, hemat energi, dan daur ulang sebagai contoh kegiatan yang bisa dilakukan di sekolah.
Ketua LLHPB PP ‘Aisyiyah, Rahmawati Husein, menggarisbawahi pentingnya Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) dalam menghadapi tren bencana akibat perubahan iklim. “Penerapan SPAB adalah pemenuhan hak setiap anak untuk mendapatkan pendidikan yang aman dari risiko bencana,” ujarnya.
Amalia Nur Milla, salah satu tim penulis buku, menjelaskan bahwa buku ini mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan konsep keberlanjutan. “Buku ini tidak hanya menawarkan teori, tetapi juga panduan praktis dan contoh terbaik seperti pengelolaan sampah, penggunaan energi terbarukan, dan penerapan kurikulum hijau,” katanya.
Dyah Lyesmaya, anggota tim penulis lainnya, menambahkan tiga langkah utama implementasi Islamic Green School: penilaian awal sekolah, pembentukan tim green school, dan penyusunan rencana aksi lingkungan. “Langkah-langkah ini memungkinkan setiap sekolah untuk mengadaptasi konsep ini sesuai dengan kebutuhan lokalnya,” ujarnya.
Direktur Eco Bhinneka Muhammadiyah, Hening Parlan, menegaskan bahwa Islamic Green School harus menjadi gerakan nasional. “Pola asuh, gaya hidup hijau, dan keterlibatan masyarakat sekitar sekolah adalah kunci keberhasilan,” jelasnya. Ia menambahkan bahwa buku ini hanyalah awal dari gerakan besar yang memadukan nilai-nilai keislaman dengan keberlanjutan lingkungan.
Kontributor : Farah
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha