Muslim Milenial dan Fenomena FOMO: Bagaimana Islam Memandangnya?

PWMJATENG.COMย โย Di era digital yang serba cepat, fenomena Fear of Missing Out (FOMO) semakin akrab di kalangan milenial, termasuk di kalangan Muslim. FOMO merujuk pada perasaan cemas, takut, atau khawatir karena merasa tertinggal dalam berbagai aktivitas sosial, tren, atau pencapaian orang lain. Media sosial menjadi salah satu pemicu utama munculnya FOMO, di mana setiap detik dipenuhi unggahan gaya hidup mewah, liburan, pencapaian akademik, hingga kesuksesan finansial.
Fenomena ini menimbulkan dampak psikologis yang tidak dapat diabaikan, seperti stres, rendah diri, dan kecemasan sosial. Di sisi lain, Islam sebagai agama yang sempurna telah memberikan pedoman hidup yang relevan dalam menyikapi realitas zaman, termasuk dalam menghadapi gejala FOMO. Lalu, bagaimana Islam memandang fenomena ini?
FOMO dalam Kacamata Islam
Dalam perspektif Islam, rasa takut ketinggalan atau iri terhadap pencapaian orang lain dapat berujung pada sikap tidak qanaโah, yakni ketidakpuasan terhadap ketetapan Allah SWT. Padahal, qanaโah adalah salah satu nilai penting dalam Islam yang mengajarkan manusia untuk bersyukur dan menerima rezeki dengan lapang dada.
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hadid ayat 23: โAgar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu.โ Ayat ini mengajarkan keseimbangan emosional dalam menerima takdir, baik yang menyenangkan maupun yang tampak mengecewakan.
FOMO sering kali memicu sikap konsumtif, pamer (riyaโ), dan bahkan menjatuhkan mental seseorang hanya karena merasa tidak sehebat orang lain. Islam sangat menekankan pentingnya menjauhkan diri dari sifat iri dan dengki, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: “Jauhilah sifat iri, karena iri akan memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.” (HR. Abu Dawud)
Tantangan Muslim Milenial
Bagi Muslim milenial, godaan FOMO bukan hanya persoalan sosial semata, tetapi juga tantangan spiritual. Kerap kali, mereka merasa harus membuktikan eksistensi diri melalui pencitraan di media sosial, yang justru menjauhkan mereka dari nilai keikhlasan dan tawakal.
Adian Husaini, seorang cendekiawan Muslim, menekankan bahwa generasi muda Islam harus memiliki tsiqah binafsih (percaya diri) dan tidak terombang-ambing oleh nilai-nilai materialistik modern. Ia menambahkan, โFOMO adalah refleksi dari jiwa yang belum tenang. Padahal, dalam Islam, ketenangan jiwa hanya bisa dicapai dengan mengingat Allah.โ
Baca juga, Setelah Lebaran: Menjaga Iman di Tengah Rutinitas yang Kian Padat
Perkembangan digital memang membawa manfaat besar, tetapi bila tidak disikapi dengan bijak, akan mengikis nilai-nilai ruhani. Maka, penting bagi Muslim milenial untuk memilah informasi dan tidak larut dalam tren yang hanya bersifat lahiriah.
Strategi Islam dalam Menghadapi FOMO
Islam menawarkan solusi spiritual dan praktis dalam menghadapi FOMO. Pertama, memperkuat hubungan dengan Allah melalui ibadah. Shalat, dzikir, dan membaca Al-Qurโan secara rutin dapat menenangkan hati dan memperkuat keimanan. Ketika seseorang dekat dengan Allah, ia tidak akan mudah iri terhadap kehidupan dunia orang lain.
Kedua, memperdalam ilmu agama agar tidak terjebak pada gaya hidup hedonistik. Rasulullah SAW bersabda, โBarang siapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Dia akan memahamkannya dalam urusan agama.โ (HR. Bukhari)
Ketiga, membangun komunitas positif. Berteman dengan orang-orang yang memiliki nilai hidup Islami akan membantu Muslim milenial menguatkan jati diri dan tidak mudah terpengaruh oleh standar sosial media.
Keempat, mengubah mindset dari kompetisi menuju kolaborasi. Dalam Islam, hidup bukanlah tentang saling menyaingi dalam kemewahan, tetapi saling tolong-menolong dalam kebaikan. Allah SWT berfirman, โDan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa.โ (QS. Al-Maโidah: 2)
Menuju Generasi Muslim Tangguh
Menghadapi era digital yang penuh distraksi, Muslim milenial dituntut menjadi pribadi yang cerdas secara spiritual dan emosional. FOMO memang nyata, tetapi bukan sesuatu yang tidak bisa diatasi. Dengan menjadikan Islam sebagai panduan hidup, generasi muda Muslim dapat mengelola perasaan takut tertinggal dengan bijak dan seimbang.
Keberhasilan sejati dalam Islam bukanlah seberapa banyak kekayaan yang dikumpulkan atau seberapa glamor hidup yang dipamerkan, melainkan seberapa taat dan bermanfaatnya seseorang di mata Allah dan sesamanya. Seperti sabda Rasulullah SAW, โSebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.โ (HR. Ahmad)
Fenomena FOMO harus dijadikan momentum untuk muhasabah diri. Alih-alih tenggelam dalam hiruk-pikuk dunia digital, Muslim milenial bisa menjadikannya sebagai ladang dakwah, menyebar inspirasi, dan memperkuat identitas keislaman mereka di tengah zaman yang serba cepat ini.
Ass Editor : Ahmad; Editor :ย M Taufiq Ulinuha