Editorial

Muhammadiyah Sudah Miskin?

Oleh : Ikhwanushoffa*

PWMJATENG.COM – Penghimpunan Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS) di Persyarikatan Muhammadiyah memang sudah berjalan jauh sebelum Lembaga Zakat, Infak dan Sedekah Muhammadiyah (Lazismu) lahir. Berjalan di berbagai jenjang pimpinan, Ortom dan AUM. Pernah dicoba dikonsolidasikan secara massif dalam Bapelurzam, namun juga masih berjalan secara sporadis. Di beberapa lokus di Persyarikatan secara establish telah mampu menghimpunan hingga ratusan bahkan milyaran per tahun. Baru pada tahun 2008 Lazismu berdiri. Pelan tapi pasti, Lazismu bergerak secara sistemik. Kini, hasilnya cukup menggembirakan. Lazismu Daerah kini amat mudah untuk sekedar menghimpun 1 M per tahun dalam sebuah pembukuan keuangan kelembagaan yang auditable.

Ada satu fenomena yang mesti jadi perhatian bersama kali ini, yakni tentang tasaruf. Dewan Syari’ah Lazismu Jawa Tengah pernah membahas bahwa prioritas asnaf tasaruf Zakat adalah sesuai urutan yang di Al Qur’an, yaitu fakir, miskin, amil begitu seterusnya ke belakang. Ini bisa diartikan asnaf fii sabilillaah adalah agak akhir. Ya, pembahasan ini kita batasi di penghimpunan zakat saja, bukan termasuk infaknya. Mari kita kaji!

Ketika penghimpunan zakatnya masih kecil, berkisar belasan hingga puluhan juta, pimpinan begitu ikhlas tetap berpedoman mengutamakan tasaruf untuk asnaf fakir miskin. Namun ketika penghimpunan zakat mencapai ratusan juta hingga milyaran, tidak sedikit kemudian penyaluran terbesar diperintahkan untuk asnaf fii sabilillaah, seperti untuk membangun AUM atau operasional Persyarikatan.

Baca juga, Berbeda Awal Syawal, Ketua PWM Jateng : Tidak Ada Niat Muhammadiyah Berbeda dengan Pemerintah

Dari situ memunculkan dua pertanyaan. Pertama, apakah di sekitar sana sudah sedikit fakir miskinnya? Saya yakin ini berawal dari kegagalan merumuskan problem setting, sehingga problem solvingnya juga ikut salah. Problem utama Indonesia saat ini adalah masyarakat miskin yang masih banyak. Tentu akibat pendidikan dan kesehatan yang kurang memadai. Maka mestinya solusinya adalah memberdayakan mereka kaum fakir miskin.

Lalu pertanyaan kedua, apakah Muhammadiyah sudah sedemikian miskin sehingga mengambil porsi zakat paling besar? Semua juga tahu bahwa Muhammadiyah adalah ormas yang paling kaya raya di muka bumi. Tentu tidak elok bila ormas yang kaya raya mengambil porsi zakat sama atau bahkan melebihi untuk jatah untuk fakir miskin. Biasanya pimpinan yang mengambil kebijakan seperti itu akan tertutup soal laporan keuangannya.

Sebenarnya ada solusi ketika Persyarikatan butuh dana besar, seperti sedang membangun AUM, yakni dengan penggalangan infak terikat. Secara terbuka kepada publik mengkampanyekan kebutuhannya. Banyak jenjang di Lazismu yang telah melakukan hal tersebut dengan hasil yang menggembirakan. Kita pun dengan confident melaporkan ke khalayak dan tertib audit oleh (Kanotr Akuntan Publik) KAP. Kekuatan Muhammadiyah adalah keberpihakan dan keterbukaan. Berpihak pada kaum papa dan terbuka dalam pelaporannya.

Wallaahu a’lam.

*Manajer Area Lazismu PWM Jawa Tengah

Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE