Tokoh

Muhammadiyah sebagai Wasilah Ilahiyah: Menjawab Teguran Allah dan Menunaikan Misi Kenabian

PWMJATENG.COM, Surakarta – Dalam sebuah tausiyah yang mendalam, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Sa’ad Ibrahim, mengajak segenap warga persyarikatan untuk merenungi kembali hakikat bermuhammadiyah. Baginya, Muhammadiyah bukan sekadar organisasi sosial-keagamaan, melainkan wasilah (perantara) untuk merespons teguran Allah sebagaimana termaktub dalam QS Ali ‘Imran: 104.

وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةٞ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَيۡرِ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ

Menurut Sa’ad, ayat tersebut menegaskan pentingnya kehadiran umat yang menyeru kepada kebaikan, menegakkan amar makruf nahi mungkar, serta menjadi golongan yang memperoleh kemenangan. Dalam konteks ini, Muhammadiyah menjadi wasilah kawāsilan tinā, perantara yang menjembatani perjuangan menuju keridaan Ilahi.

“Ini bagian dari kita bermuhammadiyah, untuk menjawab teguran Allah di surat Ali Imran,” ujarnya menegaskan. Ia mengingatkan bahwa ber-Muhammadiyah bukan sekadar rutinitas organisatoris, melainkan jihad besar yang mencakup pembinaan umat, penegakan nilai, dan pengawalan amanah ilahiyah.

Sa’ad menekankan pentingnya menjadikan diri sebagai alat untuk membesarkan Muhammadiyah, bukan sebaliknya. Ia mengkritik mentalitas yang menjadikan Muhammadiyah sebagai sarana pencitraan diri. Dalam pandangannya, sikap seperti itu mencederai semangat ikhlas dan komitmen dakwah yang menjadi fondasi gerakan.

“Jangan bilang, ‘Kalau tidak ada saya, ini tidak bisa.’ Itu artinya menggunakan Muhammadiyah untuk diri kita. Justru, gunakan diri kita untuk membesarkan Muhammadiyah,” tegasnya.

Dalam refleksi sejarah Islam, Sa’ad mengingatkan bagaimana puasa Ramadan dan jihad difardukan pada awal masa Madinah. Puasa diwajibkan pada tahun kedua Hijriah, dan hanya berselang beberapa hari, Perang Badar pun terjadi. Dengan jumlah hanya 313 orang, kaum Muslimin mampu mengalahkan pasukan Quraisy yang berjumlah lebih dari 1.000 orang.

Kemenangan itu, menurutnya, adalah buah dari keimanan dan pengorbanan yang tulus. “Pertolongan Allah datang setelah ujian, setelah sabar dan konsisten,” ucapnya. Ia menafsirkan peristiwa Badar sebagai simbol bahwa perjuangan sejati selalu menuntut keteguhan hati dan kesungguhan amal.

Baca juga, Kembali ke Fitrah: Makna Syawal Setelah Puasa Ramadan

Sa’ad tidak hanya berbicara soal masa lampau. Ia mengangkat realitas kekinian yang menunjukkan bukti konkret pertolongan Allah terhadap perjuangan Muhammadiyah. Di daerah-daerah minoritas Muslim seperti Sorong dan Kupang, Muhammadiyah tetap eksis dan memberi kontribusi nyata dalam pembangunan karakter.

Ia menceritakan kunjungannya ke Universitas Pendidikan Muhammadiyah (Unimuda) Sorong. Di sana, mayoritas mahasiswa bukan Muslim, namun tetap menerima pendidikan karakter berbasis nilai-nilai Islami. Rektor kampus tersebut, kata Sa’ad, sangat perhatian terhadap hal-hal kecil, termasuk keseragaman warna kursi auditorium.

“Ini menunjukkan bagaimana Allah menolong Muhammadiyah melalui orang-orang pilihan,” katanya dengan nada haru.

Dalam kesempatan lain, ia turut menghadiri peresmian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU). Di sana, dilakukan penanaman 100 pohon durian sebagai simbol keberlanjutan amal usaha. Menurut Sa’ad, setiap pohon diberi nama tokoh Muhammadiyah sebagai bentuk penghargaan terhadap kontribusi mereka dalam membangun persyarikatan.

Ia menafsirkan penanaman itu sebagai isyarat bahwa perjuangan Muhammadiyah adalah perjuangan yang tumbuh, berakar, dan berbuah. Sebagaimana pohon yang terus dirawat, amal usaha Muhammadiyah harus terus dijaga agar memberi manfaat berkelanjutan.

Menutup tausiyahnya, Sa’ad kembali menekankan bahwa perjuangan spiritual seperti puasa, jihad, dan haji memiliki dimensi sosial yang kuat. Muhammadiyah, dalam pandangannya, telah diberi karunia oleh Allah untuk menjadi perantara dalam menunaikan misi kenabian: mencerdaskan umat, memajukan kehidupan, dan membebaskan dari belenggu ketertinggalan.

“Kita harus selalu bersandar kepada Allah. Dan dengan Muhammadiyah sebagai wasilah, insyaAllah pertolongan itu akan selalu dekat,” tutupnya penuh keyakinan.

Kontributor : Fika
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE