Muhammadiyah: Kaya dengan Semangat Berbakti
Muhammadiyah: Kaya dengan Semangat Berbakti
Oleh: Masyhuda Darussalam (Peserta Sekolah Tabligh PWM Jateng Angkatan 3, Universitas Muhammadiyah Magelang)
PWMJATENG.COM – Belakangan ini, isu tentang kekayaan Muhammadiyah menjadi perbincangan hangat. Banyak pihak bertanya-tanya, bagaimana mungkin sebuah organisasi Islam yang bersifat swasta, sepenuhnya mandiri, dan didukung oleh masyarakat bisa memiliki sumber daya sebesar itu?
Pertanyaan ini sebenarnya sederhana. Muhammadiyah menjadi kaya bukan karena mengejar kekayaan, tetapi karena organisasi ini tidak bermental miskin. Mental miskin yang dimaksud adalah kebiasaan meminta-minta dan merasa tidak pernah cukup. Sebaliknya, Muhammadiyah mengedepankan mental qana‘ah, yakni rasa cukup atas rezeki Allah dan keyakinan untuk selalu berbagi. Rasulullah ﷺ bersabda:
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
“Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta, tetapi kekayaan sejati adalah kekayaan hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Mental Berkorban dan Rasa Memiliki
Kunci utama kekayaan Muhammadiyah terletak pada tingginya rasa memiliki atau sense of belonging dari warganya. Setiap kader, simpatisan, dan pimpinan Muhammadiyah memiliki semangat untuk mengabdi, membela, dan memajukan organisasi ini. Semangat ini tumbuh karena Muhammadiyah tidak hanya menjadi organisasi, tetapi rumah bersama untuk beribadah kepada Allah.
Ketika mendirikan amal usaha, misalnya, warga Muhammadiyah tidak menghitung untung atau rugi secara material. Mereka berkontribusi dengan harta, tenaga, dan pikiran. Bahkan, pada masa lalu, tanah wakaf hingga bahan bangunan seperti bambu, kayu, dan pohon kelapa disumbangkan untuk membangun fasilitas Muhammadiyah.
Seorang tokoh Muhammadiyah, almarhum AR Fachrudin, pernah berkata bahwa ciri khas warga Muhammadiyah adalah suka memberi. Mereka tidak hanya memberi materi, tetapi juga amanah dan tanggung jawab, yang selalu diemban dengan sepenuh hati.
Kepemimpinan yang Jujur
Kekayaan Muhammadiyah juga didukung oleh integritas para pemimpinnya. Mereka tidak memiliki hasrat untuk mengambil keuntungan pribadi dari organisasi. Sebaliknya, pemimpin Muhammadiyah berperan sebagai pelayan yang bertugas mengelola amanah masyarakat dengan sebaik-baiknya.
Baca juga, Download Tanfidz Keputusan Musypimwil Muhammadiyah Jawa Tengah Tahun 2024
Sikap ini membuat Muhammadiyah mendapat kepercayaan luas, tidak hanya dari warga Muhammadiyah, tetapi juga dari masyarakat umum. Banyak tokoh kaya dan dermawan, meskipun bukan bagian dari Muhammadiyah, dengan sukarela berkontribusi untuk amal usaha Muhammadiyah.
Menjadi Kaya dengan Memberi
Muhammadiyah menanamkan nilai qana‘ah kepada warganya. Ketika diberi rezeki sedikit, mereka bersabar. Ketika diberi rezeki melimpah, mereka menjadi dermawan. Inilah yang membuat Muhammadiyah mampu memberi manfaat luas bagi masyarakat, tanpa membedakan latar belakang agama atau suku.
Allah berfirman dalam Surah Al-Fajr ayat 15–20, bahwa kemuliaan seseorang tidak ditentukan oleh tingginya kedudukan atau banyaknya harta, tetapi oleh ketaatan kepada-Nya. Ayat ini mengingatkan bahwa manusia harus bersyukur dan sabar dalam setiap keadaan.
فَأَمَّا ٱلْإِنسَـٰنُ إِذَا مَا ٱبْتَلَىٰهُ رَبُّهُۥ فَأَكْرَمَهُۥ وَنَعَّمَهُۥ فَيَقُولُ رَبِّىٓ أَكْرَمَنِ وَأَمَّآ إِذَا مَا ٱبْتَلَىٰهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُۥ فَيَقُولُ رَبِّىٓ أَهَـٰنَنِ كَلَّا ۖ بَل لَّا تُكْرِمُونَ ٱلْيَتِيمَ
“Adapun manusia, apabila Tuhannya mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan, maka dia berkata, ‘Tuhanku telah memuliakanku.’ Namun apabila Tuhannya mengujinya dan membatasi rezekinya, maka dia berkata, ‘Tuhanku menghinaku.’ Sekali-kali tidak! Bahkan kamu tidak memuliakan anak yatim.” (QS. Al-Fajr: 15–17)
Muhammadiyah untuk Semua
Muhammadiyah berkomitmen untuk melayani semua pihak tanpa diskriminasi. Layanan pendidikan, kesehatan, dan sosial yang dikelola Muhammadiyah terbuka untuk semua, termasuk mereka yang tidak beragama Islam. Filosofi ini sejalan dengan semangat Islam rahmatan lil ‘alamin, memberikan manfaat bagi seluruh alam.
Penutup
Kekayaan Muhammadiyah bukan sekadar soal harta, tetapi semangat berbakti dan memberi manfaat seluas mungkin. Bergabung dengan Muhammadiyah bukan hanya tentang menjadi bagian dari organisasi, tetapi juga ikut beribadah melalui amal dan pengabdian.
Mari jadikan semangat Muhammadiyah sebagai teladan. Dengan memberi, kita tidak akan pernah miskin, tetapi justru akan semakin kaya, baik secara materi maupun spiritual.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha