MPM PWM Jateng Jajaki Kerja Sama Energi Terbarukan dengan Pertamina; Paparkan Proyek Budidaya Sorghum
PWMJATENG.COM, Cilacap – Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah (Jateng), menjajaki kerja sama bidang energi terbarukan dengan PT. Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit (RU IV) Cilacap.
Penjajakan kerjasama itu diawali dengan paparan rencana proyek penanaman sorghum oleh Ketua Bidang Pertanian Terpadu MPM PWM Jateng, Ir Hery Sugiartono.
Paparan yang disampaikan di ruang rapat Anggrek PT. KPI RU IV Cilacap itu, dihadiri unsur pimpinan MPM Jateng maupun PT. KPI RU IV Cilacap.
Dari MPM Jateng, hadir Ketua MPM, Ir. Fatchur Rochman, Sekretaris MPM Naibul Umam Eko Sakti, serta Bendahara MPM Chabibul Barnabas.
Selain itu, hadir pula Dewan Pakar MPM, Dr. Hartoyo, S.Pi, M.T, Tim Pendampingan Kerjasama FPIK Unsoed dengan LAZISMU Cilacap, Dr. Tjahjo Winanto. M.Si, serta Ketua Harian Bidang Syiar Pemberdayaan MPM Jateng, Syaifudin.
Sedangkan dari Pertamina, hadir Area Manager Communication, Relation & CSR PT. KPI RU IV Cilacap, Cecep Supriyatna, Senior Manager Operation & Manufacturing (SMOM) Pertamina Refinery Development Master Plant (RDMP), Syamsudin, serta Manager Health, Safety, Security, & Environment (HSSE) Pertamina RDMP, Hadi Prayitno.
Baca juga, Tata Cara Salat Istisqa (Salat Minta Diturunkan Hujan)
Dalam paparannya, Hery Sugiantoro menjelaskan, sorghum merupakan jenis tanaman serbaguna yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan, pakan ternak, maupun bahan baku industri biofuel.
Menurut Hery, optimalisasi ketiga manfaat sorghum tersebut bisa berjalan beriringan dan tidak akan saling “berebut” satu sama lain seperti halnya tebu dan crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit. Karena tiap bagian tanaman sorghum memiliki nilai manfaat yang berbeda.
“Kita masih kekurangan gula dari tebu. Kalau tebu dibuat bioetanol, maka akan mempengaruhi produksi gula. Sama halnya CPO. Ketika CPO lebih banyak digunakan untuk biodisel, maka akan mempengaruhi produksi minyak goreng Indoneisa,” ujarnya mencontohkan. Menurut dia, hal itu tidak terjadi pada sorghum.
“Kita melihat masing-masing bagiannya tidak saling berebut. Biji bisa dimanfaatkan untuk food (pangan) walaupun bisa juga ke feed (pakan ternak). Potensi nira pada batang sorghum juga sangat tinggi. Dan itu bisa dipanen secara beriringan. Ketika biji sorghum dipanen, niranya juga ikut dipanen,” jelasnya.
Ketua Jamaah Tani Muhammadiyah (JATAM) Jateng ini mengungkapkan, kandungan nira dalam batang sorghum merupakan salah satu potensi energi terbarukan. Dengan kandungan gula antara 11 – 16 persen, nira sorghum juga bisa difermentasi menjadi bioetanol.
“Kita bisa menghasilkan bioetanol dengan kadar 70 persen, dan tinggal melakukan pemurnian untuk mencapai kadar 99,9 persen,” ungkapnya. Dia menegaskan, budidaya sorghum bisa menjadi salah satu alternatif program pemberdayaan masyarakat, dan pamanfaatan lahan milik Pertamina yang sejauh ini belum termanfaatkan.
Baca juga, Kado Paman Buat Ponakan di Pesta Demokrasi 2024; Tanggapan atas Putusan Mahkamah Konstitusi tentang Syarat Usia Capres-Cawapres
Apalagi sorghum merupakan tanaman semusim, sehingga saat lahan akan dipakai tidak akan terganggu. “Ada beberapa manfaat budidaya sorghum, yakni pemanfaatan lahan yang belum terpakai, pemberdayaan masyarakat, sumber pangan dan pakan alternatif, serta tersedianya sumber energi alternatif,” paparnya.
Bendahara MPM PWM Jateng, Chabibul Barnabas menambahkan, potensi pasar produk turunan sorghum sangat luas. Bukan hanya produk food maupun feednya saja, tetapi juga produk industri bioetanolnya. Bahkan untuk pasar industri medis ini sudah ada.
Sebab Muhammadiyah memiliki banyak Rumah Sakit PKU yang juga membutuhkan pasokan bioetanol. Rumah sakit-rumah sakit tersebut, lanjut Chabibul Barnabas, membutuhkan bioetanol dengan kadar 70 persen.
“Kita memang akan fokus ke yang 70 persen sesuai kebutuhan rumah sakit milik Muhammadiyah. Tapi kita juga akan mengolah yang 99,9 persen sebagai prototipe. Jadi kita sudah berfikir dari hulu ke hilir. Muhammadiyah ya produsen, tapi sekaligus pasar,” ungkapnya.
Menurut dia, persiapan mengolah bioetanol dengan kadar 99,9 persen sudah dimulai. “Kita sedang dalam proses mengolah yang 99,9 persen untuk prototipe bioetanol. Insya Allah Desember akhir tahun ini sudah bisa kita sajikan ke Pertamina,” imbuhnya.
Pihak Pertamina merespon positif paparan MPM PWM Jateng. Area Manager Communication, Relation & CSR PT. KPI RU IV Cilacap, Cecep Supriyatna mengatakan, peluang kerjasama melalui program CSR Pertamina sangat terbuka.
Baca juga, AUM yang Kufur
Apalagi menurutnya, Pertamina juga memiliki lahan pertanian binaan di beberapa tempat seperti di Kelurahan Kutawaru dan Desa Kalijaran di Kecamatan Maos. “Ini bisa kita kloning ke Kutawaru maupun Kalijaran agar bisa dikelola bersama,” kata Cecep.
SMOM Pertamina RDMP, Syamsudin, berharap MPM segera melakukan kajian lebih jauh terkait potensi nilai ekonomi budidaya sorghum, apakah benar-benar memiliki potensi profit yang lebih tinggi dibanding komoditas pertanian lainnya.
Menurut Syamsudin, kajian tersebut sangat diperlukan untuk pertimbangan di internal Pertamina. “Kami berharap ada perhitungan nilai keekonomian, termasuk potensi untuk fuel-nya. Ini sekaligus juga akan menjadi bahasan kami di Pertamina,” kata Syamsudin.
Manager HSSE Pertamina RDMP, Hadi Prayitno mengatakan, Pertamina siap mensupport gagasan MPM PWM Jawa Tengah.
Sebab program tersebut juga terkait dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang selama ini juga menjadi salah satu program Pertamina.
Selain itu, PT. KPI. RU IV juga manargetkan bisa meraih PROPER Emas. PROPER Emas merupakan wujud komitmen Pertamina menjalankan usaha berbasis pada kepedulian lingkungan. Namun menurutnya, sebaiknya MPM juga melakukan lobi ke Pertamina pusat agar kegiatan ini bisa menjadi program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan secara masif di seluruh Indonesia.
Editor : M Taufiq Ulinuha