Metamorfosa dari Santunan ke Intensitas Pemberdayaan
Metamorfosa dari Santunan ke Intensitas Pemberdayaan
Oleh : Rudi Pramono, S.E. (Ketua MPI PDM Wonosobo)
PWMJATENG.COM – Tidak ada yang salah dengan program sedekah pemberian langsung seperti sembako bulanan, sayuran dan makanan jum’at berkah, sarapan pengajian ahad pagi, Rumah Makan Gratis (RMG). Semua program-program keumatan itu semakin populer tidak hanya di masjid-masjid tapi juga di instansi/perusahaan. Yang perlu di kaji ketika telah menjadi rutinitas, berlangsung lama, meluas dan menjadi tradisi, apakah tidak mempengaruhi mental umat menjadi orang yang tidak memiliki mental usaha, hanya mengharapkan bantuan, pasif, mental menerima bahkan meminta?
Dalam QS At Taubah 105 : Allah memerintahkan manusia bekerja keras dan Allah, Rasul-Nya dan kaum mukmin akan melihat perkerjaanmu itu, juga dalam banyak hadist diperintahkan agar jangan malas, tidak ada makanan yang lebih baik dari usaha kita sendiri, bekerja sebagai ibadah yang mulia, tangan diatas lebih baik dari tangan dibawah.
Oleh karena itu perlu di tingkatkan lagi program-program pemberdayaan masyarakat. “Carilah aku di tengah-tengah komunitas fakir” suatu ‘pernyataan indah’ dari Rasulullah yang membangkitkan semangat para pejuang filantropi sosial yang wujudnya dalam konteks kekinian dikenal dengan istilah ‘Pendampingan’ dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
Dasar filosofis pengembangan masyarakat : help people to the help himself (membantu masyarakat untuk membantu dirinya sendiri. Dengan demikian paradigma yang dibangun adalah bahwa masyarakat senantiasa berada dalam suatu proses menjadi : becoming being bukan being in status state Pemahaman seperti inilah titik tolak yang paling hakiki bagi semua metode dan prinsip dasar pembangunan masyarakat (Dakwah Pemberdayaan Masyarakat, Paradigma Aksi Metodologi, Ed. Ali Azis, Suhartini, A Halim hal 4 Pustaka Pesantren Yogyakarta 2009).
Baca juga, Keputusan Musypimwil Muhammadiyah Jateng Tahun 2024
Muhammadiyah dalam sejarah awalnya melakukan dakwah nyata pemberdayaan umat dengan mendirikan sekolah, rumah sakit dan panti orang miskin yang merupakan wujud dakwah transformatif agar umat cerdas dan mandiri, menjadi orang yang memberi daripada orang yang meminta, berapapun dan bentuk apapun yang bisa kita berikan, kalaupun tidak punya apa-apa minimal tidak merepotkan.
Dakwah pemberdayaan bertujuan agar orang bisa menolong dirinya sendiri, tidak lagi tergantung pada orang lain. Tujuan Zakat itu sendiri tak lain merubah mustahiq menjadi muzaki, memang tidak mudah butuh dana, waktu, sarpras dan SDM yang memadai, sehingga membangun jaringan dan kolaborasi yang telah berjalan lebih diperkuat dan tingkatkan lagi. Meskipun demikian santunan (charity) tetaplah dibutuhkan, karena orang lapar harus segara makan minimal mengurangi pengeluaran, orang miskin butuh uang untuk kebutuhan sekolah atau pengobatan segera diberi sodaqoh berupa uang, namun pemberdayaan menuju kemandirian lebih berjangka panjang dan marwah umat lebih terjaga, lebih-lebih dimata pemeluk agama lain
Lebih mendinamisasikan makna sedekah lebih progresif, membebaskan dan memajukan. Dan inilah salah satu tantangan Muhammadiyah sebagai gerakan pembaruan era kekinian. Wallahu a’lam.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha