Menyentuh! Jatmiko Ajak Umat Teladani Keluarga Nabi Ibrahim Lewat Kurban dan Amal Berkemajuan

PWMJATENG.COM, Surakarta – Peristiwa agung Nabi Ibrahim AS yang rela mengorbankan putranya, Nabi Ismail AS, menjadi inspirasi utama bagi umat Islam dalam menunaikan ibadah kurban. Kisah tersebut bukan sekadar sejarah, melainkan teladan nyata tentang keteguhan iman, kepatuhan total kepada Allah SWT, serta wujud amal saleh yang berkemajuan.
Hal itu disampaikan oleh Dwi Jatmiko, anggota Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surakarta dalam khutbah Iduladha 1446 Hijriah di Jalan Pelangi Selatan, Perumnas Mojosongo, Solo, Jumat (6/6/2025).
Dalam salat Iduladha yang diikuti umat Islam dari wilayah Sibela, Pelangi, Bonoroto, dan Kepuhsari, Jatmiko menekankan bahwa keluarga Nabi Ibrahim AS adalah contoh keluarga ideal dalam hal ketakwaan dan keikhlasan.
“Kemanfaatan dan hikmah dari ibadah sunnah muakkad ini sangat luar biasa. Ketaatan, ketulusan, dan konsistensi Nabi Ibrahim serta keluarganya merupakan teladan utama sepanjang masa,” ujarnya di hadapan ribuan jamaah.
Menurut Jatmiko, keteladanan keluarga Ibrahim tidak sekadar simbolik. Nabi Ibrahim tidak gentar melaksanakan perintah Allah SWT untuk menyembelih putranya. Begitu pula Nabi Ismail AS, yang saat itu berusia 13 tahun, menurut tafsir Imam al-Farra’, menunjukkan ketundukan penuh terhadap kehendak Ilahi.
“Karena ketundukan dan ketaatan keduanya, Allah SWT menggantikan Ismail dengan seekor kambing yang sangat bagus untuk disembelih,” jelas dai Champions Standardisasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat ini.
Baca juga, Keanekaragaman Hukum dalam Islam: Keteladanan Rasulullah dan Kebijaksanaan Para Sahabat
Lebih jauh, ia menggarisbawahi keutamaan amal saleh di bulan Dzulhijjah, terutama pada 10 hari pertama. Menurutnya, pahala amal di hari-hari tersebut bahkan bisa melebihi pahala jihad di jalan Allah.
“Ini menunjukkan bahwa Allah SWT benar-benar mendorong kita meningkatkan amal saleh. Amalan wajib tetap menjadi amal utama, tapi memperbanyak ibadah sunnah juga sangat dianjurkan,” ungkap alumni Pascasarjana Pendidikan Agama Islam UIN Raden Mas Said Surakarta itu.
Ia mengingatkan bahwa segala bentuk cinta dan pengorbanan sejati mestinya diarahkan kepada Allah SWT, yang terus-menerus melimpahkan nikmat-Nya dalam kehidupan manusia.

Mengenai kurban, Jatmiko menegaskan bahwa perintah ini berlaku bagi setiap Muslim yang diberi kelebihan rezeki. Selain sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, kurban juga memiliki dimensi sosial yang besar. Daging hewan kurban diperuntukkan bagi kaum miskin dan dhuafa sebagai bentuk kepedulian dan pengurangan ketimpangan sosial.
“Sejatinya, ibadah kurban adalah ajaran untuk mengorbankan sifat egois, rakus, dan mementingkan diri sendiri. Kurban mendidik kita menjadi insan yang empati, peduli, dan memiliki solidaritas sosial yang tinggi,” pungkasnya.
Dalam konteks ini, Dwi Jatmiko mengajak umat Islam untuk tidak sekadar memahami kurban sebagai ritual tahunan, melainkan sebagai momen penguatan spiritual dan sosial. Ibadah kurban hendaknya dimaknai sebagai upaya peningkatan amal yang membawa kemajuan, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, maupun masyarakat.
Kontributor : Jatmiko
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha