Menjadi Pemimpin yang Berkelimpahan

Menjadi Pemimpin yang Berkelimpahan
Oleh: Muh. Rifai, M.Si. (Sekretaris PCM Bawen, Kabupaten Semarang)
PWMJATENG.COM – Kepemimpinan merupakan peran sekaligus amanah yang melekat pada setiap individu. Dalam pandangan Islam, setiap manusia adalah pemimpin dan kelak akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Hal ini menegaskan bahwa siapa pun kita, memegang peran kepemimpinan sesuai kapasitas dan tanggung jawab masing-masing.
Salah satu konsep penting dalam dunia kepemimpinan modern adalah abundance mentality atau mentalitas berkelimpahan. Gagasan ini pertama kali dikenalkan oleh Stephen R. Covey, pakar manajemen dan kepemimpinan asal Amerika Serikat. Ia menjelaskan bahwa mentalitas berkelimpahan adalah pola pikir yang meyakini adanya cukup kesempatan, sumber daya, penghargaan, dan kesuksesan untuk dibagikan kepada semua orang.
Pemimpin yang memiliki mentalitas ini tidak merasa terancam oleh keberhasilan orang lain. Sebaliknya, mereka terdorong untuk saling mendukung dan menciptakan kolaborasi. Prinsip utamanya adalah keyakinan bahwa keberhasilan bersama jauh lebih berharga daripada kemenangan individu.
Ciri dan Dampak Pemimpin Bermental Berkelimpahan
Beberapa ciri utama pemimpin dengan mentalitas berkelimpahan antara lain:
- Fokus pada kolaborasi, bukan kompetisi.
- Mendorong pertumbuhan bersama.
- Berani berbagi ilmu dan peluang.
- Mampu melihat potensi dalam setiap individu.
Kehadiran pemimpin seperti ini akan menciptakan budaya kerja yang sehat dan kolaboratif. Anggota tim merasa dihargai, lebih terbuka dalam berinovasi, dan tidak takut mencoba hal baru. Tingkat keterlibatan dan loyalitas meningkat karena setiap individu merasa memiliki ruang untuk berkembang dan berkontribusi.
Secara organisasi, dampaknya pun signifikan. Organisasi menjadi lebih dinamis, pertumbuhan lebih cepat, dan setiap elemen bergerak dalam arah yang sama karena merasa menjadi bagian dari misi bersama.
Bahaya “Mentalitas Fakir” dalam Kepemimpinan
Sebaliknya, scarcity mentality atau mentalitas fakir merupakan pola pikir yang memandang dunia sebagai tempat dengan sumber daya terbatas. Pemimpin dengan pola pikir ini sering kali merasa terancam oleh keberhasilan orang lain, enggan berbagi, dan tidak mudah memberikan kepercayaan.
Baca juga, Mencari Ilmu Tanpa Takut Tak Mengamalkan: Pesan Ibnu Hasan tentang Amanah Keilmuan
Ciri pemimpin bermental fakir di antaranya:
- Sulit mendelegasikan tugas.
- Takut ide dicuri atau tidak mendapatkan kredit.
- Menyimpan informasi penting hanya untuk diri sendiri.
- Bersikap kompetitif secara destruktif.
Akibatnya, terjadi ketidakpercayaan dalam tim, kurang transparansi, serta konflik internal yang berulang. Inovasi pun mandek karena anggota tim takut mengambil risiko. Tingkat stres dan turnover (pergantian personel) meningkat karena karyawan merasa tidak diberdayakan.
Mentalitas ini juga memperlambat laju organisasi karena semua keputusan dan pekerjaan tersentralisasi pada satu orang.
Kebiasaan Pemimpin Berkelimpahan
Pemimpin yang bermental berkelimpahan membangun budaya berbagi dan kolaborasi. Salah satu contohnya adalah menyelenggarakan sesi berbagi pengetahuan mingguan di mana setiap divisi dapat menyampaikan temuan, strategi, atau tantangan. Mereka juga memberi ruang bagi anggota tim untuk terlibat dalam proyek di luar tanggung jawab utama, serta merayakan kesuksesan secara kolektif tanpa berfokus pada siapa yang paling berjasa.
Mendorong Pertumbuhan Bersama
Untuk menciptakan organisasi yang sehat dan berkelanjutan, seorang pemimpin perlu:
- Menumbuhkan kepercayaan dalam tim.
- Mendorong kolaborasi dan pertukaran pengetahuan.
- Mengapresiasi setiap kontribusi secara terbuka.
- Menanamkan keyakinan bahwa keberhasilan bersama lebih bermakna daripada pencapaian individu.
Pada akhirnya, kepemimpinan yang berkelimpahan bukan sekadar berpikir positif. Ini adalah strategi dan sikap hidup yang menciptakan ruang aman bagi semua orang untuk berkembang, bekerja sama, dan mencapai tujuan bersama. Dalam era kolaborasi saat ini, pemimpin dengan mentalitas seperti inilah yang dibutuhkan untuk membangun organisasi yang kuat dan relevan.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha