Meneladani Nabi Muhammad Saw. dalam Kitab Khulasah Nurul Yaqin

PWMJATENG.COM – Nabi Muhammad SAW adalah sosok sempurna yang dijadikan teladan oleh seluruh umat Islam. Segala aspek kehidupan beliau, mulai dari akhlak, ibadah, hingga kepemimpinan, menjadi cerminan nilai-nilai Islam yang agung. Salah satu kitab yang merangkum keteladanan Rasulullah secara ringkas namun padat adalah Khulasah Nurul Yaqin, karya Syekh Muhammad al-Khudhari. Kitab ini merupakan ringkasan dari karya aslinya, Nurul Yaqin fi Sirati Sayyidil Mursalin, yang mengupas sejarah dan kepribadian Rasulullah secara mendalam.
Kitab Khulasah Nurul Yaqin tidak hanya menyajikan narasi sejarah hidup Nabi Muhammad, tetapi juga menyentuh sisi-sisi keteladanan beliau yang layak diikuti oleh umat. Dalam konteks keislaman saat ini, mempelajari dan mengamalkan isi kitab tersebut merupakan ikhtiar untuk menghidupkan kembali semangat profetik dalam kehidupan sehari-hari.
Nabi Muhammad dikenal memiliki akhlak yang agung. Allah SWT sendiri memuji akhlak beliau dalam Al-Qur’an:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4)
Kitab Khulasah Nurul Yaqin menampilkan akhlak Nabi dalam berbagai momen, baik ketika berdakwah, memimpin perang, maupun berinteraksi dengan keluarga. Ketegasan beliau dalam prinsip, kelembutan terhadap sesama, serta kesabaran dalam menghadapi ujian menjadi pelajaran penting bagi umat Islam, khususnya dalam menghadapi tantangan zaman modern.
Nabi Muhammad bukan hanya pemimpin spiritual, tetapi juga kepala negara yang bijak dan visioner. Ia mampu membangun masyarakat Madinah dengan sistem yang adil, toleran, dan berlandaskan syariat Islam. Dalam Khulasah Nurul Yaqin, digambarkan bagaimana Nabi menegakkan Piagam Madinah sebagai bentuk awal konstitusi yang mengakomodasi keberagaman.
Baca juga, Syawal: Awal Baru Menuju Hamba yang Lebih Baik
Sebagaimana sabda Nabi:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Esensi kepemimpinan ini sangat relevan diterapkan oleh para pemimpin umat hari ini, dari rumah tangga hingga pemerintahan.
Satu aspek penting dari keteladanan Nabi yang diuraikan dalam Khulasah Nurul Yaqin adalah kesederhanaan hidupnya. Walau berstatus sebagai utusan Allah dan pemimpin umat, beliau tetap hidup dalam kesahajaan. Bahkan, dalam hadis diceritakan bahwa Rasulullah sering tidur di atas tikar kasar hingga membekas di punggungnya.
Kesederhanaan ini tidak hanya menjadi simbol kerendahan hati, tetapi juga bentuk keteguhan iman dan fokus pada kehidupan akhirat. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi:
مَا لِي وَمَا لِلدُّنْيَا، إِنَّمَا مَثَلِي وَمَثَلُ الدُّنْيَا كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا
“Apa urusanku dengan dunia? Perumpamaanku dan dunia adalah seperti seorang pengendara yang berteduh di bawah pohon, lalu pergi dan meninggalkannya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Dalam era globalisasi dan arus informasi yang cepat, keteladanan Nabi Muhammad menjadi oase bagi umat yang haus akan nilai-nilai moral. Kitab Khulasah Nurul Yaqin menghadirkan narasi kehidupan Rasulullah dengan bahasa yang mudah dipahami dan cocok untuk semua kalangan, terutama generasi muda.
Meneladani Nabi bukan sekadar mengagumi, melainkan menghidupkan sunnah dalam tindakan nyata: jujur dalam berdagang, adil dalam kepemimpinan, sabar dalam cobaan, dan santun dalam pergaulan. Dengan demikian, umat Islam dapat mewujudkan Islam rahmatan lil alamin.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha