
PWMJATENG.COM, Yogyakarta – Pasca-Idulfitri bukan sekadar momentum silaturahmi dan saling memaafkan, tetapi juga saat yang tepat untuk memperkuat nilai-nilai luhur dalam kehidupan sosial, salah satunya adalah ukhuwah atau persaudaraan. Hal ini disampaikan oleh Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Istimewa Yogyakarta, Muhammad Ikhwan Ahada, dalam sebuah pengajian yang sarat makna.
Menurut Ikhwan, ukhuwah merupakan ajaran yang sangat ditekankan dalam Islam, bahkan menjadi pondasi utama dalam membangun peradaban yang beradab. Ia menuturkan bahwa Allah Swt. tidak hanya memerintahkan manusia untuk mendekat kepada-Nya dalam dimensi spiritual, tetapi juga untuk saling mendekat secara horizontal dalam kehidupan sosial. “اللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ” — Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya.
Dalam pandangan Ikhwan, ukhuwah bukan sekadar konsep abstrak, melainkan wujud nyata dari rasa empati, toleransi, dan kepedulian terhadap sesama. Ia menyebut ukhuwah sebagai medium untuk mempererat hubungan antarsesama serta memperkuat solidaritas dalam kehidupan bermasyarakat.
“Ukhuwah itu memiliki banyak ragam,” ujarnya. Salah satu yang ia soroti adalah Ukhuwah Wathaniyah, yakni persaudaraan dalam bingkai kebangsaan. Ikhwan menyatakan bahwa ukhuwah jenis ini amat penting untuk dijaga, terlebih di tengah realitas bangsa Indonesia yang plural dan majemuk. Ia menegaskan, persaudaraan sesama anak bangsa harus terus dipelihara demi menjaga keutuhan dan harmoni dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Lebih lanjut, Ikhwan menyadari bahwa perbedaan adalah keniscayaan dalam masyarakat yang beragam. Namun, ia menekankan pentingnya sikap arif dan bijaksana dalam menyikapi perbedaan tersebut. Menurutnya, setiap manusia memiliki potensi melakukan kesalahan, dan dalam konteks itu, budaya saling memaafkan menjadi fondasi yang kuat dalam merawat ukhuwah.
“Ketika seseorang berbuat salah, secara universal ia akan minta maaf, dan kita pun seyogianya memberi maaf,” tuturnya.
Selain ukhuwah dalam lingkup kebangsaan, Ikhwan juga mengetengahkan pentingnya Ukhuwah Basyariyah atau persaudaraan dalam kemanusiaan. Persaudaraan jenis ini tidak didasarkan pada identitas agama, suku, atau ras, melainkan bertumpu pada nilai-nilai kemanusiaan universal. Ia menegaskan bahwa setiap manusia memiliki martabat yang sama dan berhak diperlakukan secara adil serta manusiawi.
Baca juga, Makna Idulfitri dan Halalbihalal: Menjaga Kesucian Lahir dan Batin
“Maknanya, kita tetap menjalin hubungan baik dengan siapa pun, termasuk dengan lingkungan sekitar,” ucapnya. Ia juga mengingatkan bahwa Islam melarang umatnya untuk merusak alam secara semena-mena, karena hubungan baik juga mencakup interaksi dengan lingkungan.
Dalam konteks ibadah Ramadan, Ikhwan menjelaskan bahwa keberhasilan puasa tidak hanya diukur dari seberapa banyak seseorang menahan lapar dan dahaga. Ia mengungkapkan empat indikator utama keberhasilan puasa yang patut dijadikan cerminan. Keempat indikator tersebut adalah semangat tinggi dalam ibadah (himmatun ‘āliya(tun) bil ‘ibādah), penyucian jiwa (bi tazkiyatin nufūs), amal perbuatan (bil ‘amal), dan kebersamaan atau ukhuwah (bil jamā‘ah).
Dengan menegaskan empat indikator itu, Ikhwan mengajak umat Islam untuk merefleksikan kembali hakikat Ramadan yang baru saja dilewati. “Jika nilai-nilai itu berhasil diinternalisasi, maka puasa kita akan berdampak nyata dalam kehidupan sosial,” katanya.
Narasi yang disampaikan Muhammad Ikhwan Ahada tidak hanya menjadi seruan moral, tetapi juga menjadi pengingat pentingnya membangun kehidupan sosial yang harmonis, adil, dan penuh kasih sayang. Di tengah situasi bangsa yang kerap diuji oleh konflik identitas dan perpecahan, pesan tentang ukhuwah menjadi sangat relevan untuk terus digaungkan.
Islam, sebagaimana ditekankan dalam banyak ayat dan hadis, mengajarkan bahwa kekuatan umat bukan terletak pada jumlah atau kekuasaan, melainkan pada soliditas persaudaraan. Sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Hujurat ayat 10:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu itu.”
Dengan demikian, menjaga ukhuwah bukan hanya tuntutan moral, melainkan juga perintah agama yang harus dijaga dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha