Mendikdasmen dan ‘Aisyiyah Bersinergi Hadirkan Pendidikan Inklusif untuk Semua!
PWMJATENG.COM, Jakarta – Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah menggelar Tanwir I Tahun 2025 yang bertema “Dinamisasi Perempuan Berkemajuan Mewujudkan Indonesia Berkeadilan” di Jakarta, pada Rabu hingga Jumat (15-17/1/25). Acara ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Ketua Umum PP ‘Aisyiyah Salmah Orbayyinah, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) Abdul Mu’ti, Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Fajar Riza Ul Haq, dan Wakil Menteri PPMI Dzulfikar Ahmad Tawalla, serta perwakilan dari berbagai organisasi sosial dan keagamaan.
Salah satu momen penting dalam acara Tanwir I ini adalah peluncuran program pendidikan inklusif yang digagas oleh Kemendikdasmen dan ‘Aisyiyah. Menurut Menteri Abdul Mu’ti, “Aisyiyah berperan penting dalam pendidikan inklusif, terutama berbasis masyarakat, karena banyak anak-anak penyandang disabilitas yang belum mendapatkan layanan pendidikan yang layak.” Pernyataan ini mencerminkan upaya untuk menciptakan kesetaraan dalam bidang pendidikan, yang selama ini terkendala oleh keterbatasan fasilitas dan aksesibilitas bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
Mu’ti juga mengungkapkan bahwa meskipun sekolah luar biasa (SLB) di Indonesia sudah ada, jumlahnya masih terbatas. Data menunjukkan, lebih banyak sekolah luar biasa yang dikelola oleh masyarakat dibandingkan pemerintah. Hal ini menunjukkan pentingnya kolaborasi antara Kemendikdasmen dan organisasi seperti ‘Aisyiyah untuk memperluas akses pendidikan inklusif di Indonesia.
Pendidikan inklusif, menurut Mu’ti, merupakan langkah penting untuk memberikan layanan pendidikan berkualitas kepada semua anak, tanpa terkecuali. “Aisyiyah menjadi mitra penting bagi kami dalam merealisasikan visi pendidikan bermutu untuk semua anak Indonesia,” tambahnya.
Baca juga, Pidato Iftitah Ketua Umum PP ‘Aisyiyah pada Tanwir I ‘Aisyiyah Tahun 2025
Di sisi lain, Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Salmah Orbayyinah, menyoroti data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2022 yang menunjukkan adanya ketimpangan pendidikan antara perempuan dan laki-laki. Rata-rata lama sekolah perempuan usia 15 tahun ke atas tercatat hanya 8,87 tahun, sementara laki-laki 9,28 tahun. Data ini menggambarkan tantangan besar yang dihadapi perempuan, seperti pernikahan dini, penghapusan sekolah, dan stereotip gender yang menghambat akses mereka ke pendidikan yang setara.
“Perempuan masih dihadapkan pada ketimpangan pendidikan, baik di tingkat pendidikan dasar maupun menengah. Masih ada kesenjangan yang besar antara wilayah perkotaan dan pedesaan dalam hal kualitas pendidikan,” ujar Salmah. Oleh karena itu, Aisyiyah terus mengupayakan agar pendidikan inklusif dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat, dari pendidikan anak usia dini hingga perguruan tinggi.
Aisyiyah, yang dikenal sebagai pelopor pendidikan anak usia dini di Indonesia, berkomitmen untuk memperkuat langkahnya dalam memberikan pendidikan berkualitas dan inklusif bagi seluruh anak bangsa. Salmah menegaskan bahwa Aisyiyah juga akan terus mengedepankan nilai-nilai keadilan dan kedamaian melalui dakwah yang ramah dan santun.
Dengan semangat yang sama, Aisyiyah dan Kemendikdasmen berkolaborasi untuk memastikan bahwa pendidikan yang diterima oleh seluruh anak Indonesia dapat memenuhi standar yang tinggi, tanpa terkecuali bagi anak-anak berkebutuhan khusus maupun perempuan yang selama ini terbentur berbagai hambatan.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha