Malam, Langit, dan Syafaat: Menyelami Makna Mendalam Surat Al-Mulk

PWMJATENG.COM, Surakarta – Surat Al-Mulk bukan sekadar bacaan yang dianjurkan sebelum tidur. Surat ke-67 dalam Al-Qur’an ini menyimpan pesan mendalam tentang iman, ilmu, dan tanggung jawab spiritual seorang Muslim.
Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Ainur Rha’in, mengupas makna dan keutamaan surat Al-Mulk dalam kajian tafsir yang digelar secara daring pada Kamis (22/5). Acara ini merupakan bagian dari program rutin yang diselenggarakan oleh Biro Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) UMS dan diikuti oleh sivitas akademika kampus tersebut.
“Surat Al-Mulk adalah pelindung dan pemberi syafaat. Ia menyelamatkan, tetapi hanya bagi mereka yang membacanya dengan pemahaman dan keyakinan,” tutur Ainur Rha’in pada Jumat (23/5).
Ia menjelaskan bahwa Rasulullah SAW sangat memuliakan surat ini, bahkan menjadikannya bacaan rutin sebelum tidur. Hal itu menunjukkan betapa besar kandungan spiritual yang terkandung dalam setiap ayatnya.
Dalam penjelasannya, Rha’in menyoroti kata “tabaraka” pada ayat pertama. Menurutnya, kata tersebut menggambarkan kekuasaan mutlak dan keberkahan yang hanya dimiliki oleh Allah. “Kekuasaan sejati adalah kekuasaan yang membawa berkah, bukan yang menebar kecemasan,” ujarnya.
Ayat kedua menjadi titik refleksi penting mengenai makna kehidupan dan kematian. Rha’in mengutip tafsir klasik seperti Ibn ‘Ashur, yang menjelaskan bahwa hidup dan mati adalah ujian untuk melihat siapa di antara manusia yang paling baik amalnya. Ia juga menambahkan bahwa seseorang yang rela bersujud kepada Allah telah mencapai derajat kemanusiaan tertinggi.
Pada ayat-ayat selanjutnya, ia menguraikan tentang penciptaan langit yang berlapis-lapis dan tanpa cacat. Menurutnya, struktur kosmos yang sempurna adalah bukti nyata kekuasaan Allah yang tidak terbantahkan. Ia pun menyayangkan umat Islam yang saat ini sering kali tertinggal dalam perkembangan sains.
Baca juga, Haedar Nashir: Jadikan Gerakan Islam Berkemajuan sebagai Jiwa Kehidupan Warga Muhammadiyah!
“Kita terlalu sibuk memperdebatkan hal-hal cabang, hingga lupa bahwa langit menunggu kita teliti dengan ilmu,” ungkapnya.
Kajian juga membahas fungsi bintang sebagaimana dijelaskan dalam tafsir Ibn Jarir, yaitu sebagai penghias langit, pelindung dari gangguan setan, dan penunjuk arah. Bagi makhluk yang mencoba menembus batas langit, neraka Sa’ir disediakan sebagai tempat kembali.

Ayat 6 hingga 11 yang berisi ancaman terhadap orang-orang kafir juga dikupas secara mendalam. Menurut Rha’in, kekafiran modern seperti ateisme dan agnostisisme adalah bentuk penolakan halus terhadap kebenaran.
“Ia tidak tampak kasar, tetapi mematikan hati,” katanya. Ia mengutip pandangan ulama seperti Mujahid yang menyebutkan bahwa suara gemuruh neraka mencerminkan murka Allah terhadap manusia yang musyrik.
Masuk ke ayat 12 hingga 15, Rha’in mengajak peserta untuk merenungi bahwa Allah Maha Mengetahui isi hati manusia. Ia menyampaikan bahwa air mata yang jatuh karena takut kepada Allah, terutama di sepertiga malam, menjadi bukti nyata dari keimanan dan jaminan terbebas dari siksa neraka.
Dalam sesi tanya jawab, saat ditanya mengenai kebenaran surat ini sebagai pemberi syafaat, Rha’in menjawab tegas, “Iya, sebagaimana ditegaskan dalam banyak hadis sahih. Jangan ragu menjadikannya bagian dari hidup kita.”
Sebagai penutup, dosen FAI UMS itu mengajak seluruh peserta untuk tidak hanya membaca, tetapi juga menghayati dan mengamalkan isi Surat Al-Mulk. Menurutnya, surat ini mengajarkan cara memandang hidup, mati, alam semesta, dan kekuasaan Allah dengan kacamata iman dan ilmu.
“Mari jadikan ia pelita hati kita,” pungkasnya.
Kontributor : Adi
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha