Maksimalkan Peran Masjid, PDM Wonosobo Study Banding ke Takmir Masjid Jogokariyan
PWMJATENG.COM, WONOSOBO – Pimpinan Daerah Muhammadiyah ( PDM ) Wonosobo mengadakan study banding ke Takmir Masjid Jogokariyan, Jogokariyan pada Ahad, 24 Sept 2017. Kunjungan yang merupakan rangkaian dari study di beberapa tempat bersejarah di Jogjakarta.
Tujuan dari kunjungan ini adalah dalam rangka memberi motivasi kepada Pimpinan Cabang Muhammadiyah ( PCM ) se-Wonosobo untuk bisa mengembangkan dan memaksimalkan peran masjid dalam gerakan dakwah di Ranting-ranting Muhammadiyah di Wonosobo.
Dalam sambutannya PDM Wonosobo Ust. Bambang Wen,M.Si menjelaskan bahwa peserta kunjungan berjumlah 185 orang dengan empat armada bis dan satu mobil operasional PDM. Peserta yang terdiri dari PCM,Majelis dan lembaga dan jajaran pleno PDM untuk belajar langsung pengelolaan Masjid , sehingga bisa memberikan laporan langsung kepada jamaah masjid untuk bisa mengelola potensi dan memaksimalkan peran masjid.
Ada beberapa point penting dari penjelasan salah satu takmir masjid yang menerima kami, diantaranya adalah, yang pertama “Masjid dimanapun berada wajib menyediakan fasilitas kepada jamaah, fasilitas akan kebutuhan fisik dan mental fisiknya dengan kamar mandi yang memadai, tempat istirahat musafir, adapun non fisik fasilitasnya dengan menyediakan pelayanan sosial,keagamaan dan kajian spiritual.” Jelas takmir masjid.
Yang kedua : Pemberdayaan ekonomi ummat bagi jamaah Masjid Jogokariyanmerupakan salah satu layanan yang diberikan oleh Takmir masjid, menyediakan kebutuhan ekonomi, klinik dan warung di seputar masjid. Bahkan ada biro yang khusus mengelola remaja, dengan menyediakan beasiswa belajar dan memberikan link peluang usaha.
Pertanyaan dari salah satu peserta ,Ust. Taqyudin ” bagaimana mengelola remaja yang sering menggunakan fasilitas masjid tapi tidak mau berjamaH dimasjid?”
“Ajak dan terus berusaha, selami dunianya dan jangan pernah putus asa, karena kesadaran itu dari Allah datangnya. Bukankah beberapa Nabi kita juga mempunyai orang tua yang blm bersyahadat?” Jelasnya.
Pasa kesempatan yang sama dijelaskan point ketiga : Pengurus atau takmir masjid jangan jadi penguasa karena pada hakikatnya takmir masjid adalah pelayan ummat. Bekerjalah dengan optimal karena Allah, maka yang diatas pasti tidak akan tinggal diam dengan memberi balasan yang berlipat.
Ke empat : Masjid sebagai sentral kegiatan ummat tidak boleh mendiskriminasikan kebutuhan, infak yang diberikan oleh jamaah adalah ikhlas karena Allah maka hendaknya menyegerakan kebutuhan yang ada, pembukuan dalam catatan keuangan harus rapi tapi lebih baik dengan tidak menampilkan saldo yang berlebihan karena tidak dipakai.
Point ke lima : Pemetaan kebutuhan yang mendesak sesegera mungkin untuk dicarikan solusinya, karena itu bagian dari pelayanan.
Point ke enam : Sering ditanyakan oleh para tamu sebuah statement bahwa saldo kas harus 0 ( nol ), maksudnya adalah tidak semata-mata menghabiskan saldo yang ada, akan tetapi dengan maksud agar takmir masjid tidak menahan keuangan dari jamaah, tidak mengendapkan saldo ditangan maupun bank dengan jangka waktu yang lama dengan istilah dana abadi.
Ke tujuh : Perbedaan cara peribadatan yang berkembang di masyarakat kita hendaknya dijadikan sebagai kekayaan pengetahuan, jangan jadikan jurang pemisah yang justru menjadikan perpecahan. Masjid Jogokariyan adalah milik persyarikatan Muhammadiyah, maka tata cara peribadatan mengikuti tarjih Muhammadiyah, akan tetapi dalam pelayanan tidak pernah membedakan jamaah yang hadir dari berbagai macam golongan fiqh selama aqidahnya sama.
Ke delapan : Takmir masjid harus kreatif dan solutif dengan permasalahan disekeliling masjid. Terutama dalam hal jama’ah, jangan mau menang sendiri dan merasa paling benar sendiri karena hidayah datangnya dari Allah bukan dari kita.
Ke sembilan : Bidik dan masuk dalam komunitas masyarakat yang ada, jangan antipati dengan perkembangan zaman. Karena itu effek dari dunia globak, ambil sisi positifnya untuk menghilangkan yang negatif, anak muda sekarang luar biasa kreatif maka jangan patahkan kreatifitas mereka. Fasilitasi kalau perlu danai sehingga kita bisa mengendalikan mereka saat ada indikasi penyimpangan baik moral maupun aqidah.
Ke sepuluh : ” Kelolalah masjid berbasis pelayanan bukan pendanaan,maka jama’ah akan bahagia dan ridho Allah pasti kita dapatkan”. Pungkasnya.(Hans-MPI )