
PWMJATENG.COM, Surakarta – Siapa sangka, dari keisengan membawa pulang kelomang saat liburan ke pantai, seorang mahasiswa Arsitektur Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kini sukses mengelola bisnis dengan omzet puluhan juta rupiah per bulan. Dialah Rifan Susanto, pemilik brand Kelovemang, yang dikenal luas di media sosial karena konten edukatif sekaligus karya seni visual yang unik.
Kisah bisnis ini bermula pada akhir tahun 2022 ketika Rifan dan teman-temannya bermain di Pantai Sedahan, Gunungkidul. Mereka menemukan banyak kelomang kecil, lalu membawanya pulang. “Waktu itu kami cuma iseng. Setelah saya pelajari, ternyata kelomang bisa hidup sampai 70 tahun dan ukurannya bisa sebesar genggaman tangan,” ujarnya, Senin (7/7).
Sejak saat itu, Rifan mulai aktif di komunitas Kelomang Lovers Indonesia (KLI) dan mempelajari habitat, jenis cangkang, hingga cara perawatan hewan kecil ini. “Yang menarik, kelomang tidak punya cangkang asli. Jadi kita bisa siapkan berbagai model cangkang agar mereka berganti-ganti seperti memakai baju,” jelasnya.
Guna mengenalkan kelomang kepada masyarakat luas, Rifan memanfaatkan platform digital seperti TikTok, Instagram, dan YouTube. Konten edukatif yang ia buat ternyata berhasil viral. “Saya angkat tema yang dekat dengan memori masa kecil. Misalnya, ‘Dulu kamu pelihara kelomang tapi mati tiga hari?’ Lalu saya kasih solusinya. Itu yang bikin ramai,” tuturnya.
Berbekal modal awal hanya Rp100 ribu untuk membeli tiga kelomang jenis merah stroberi, bisnis Rifan berkembang pesat. Kini, ia bisa meraih omzet hingga Rp38 juta per bulan, bahkan pernah menyentuh angka Rp40 juta. “Saya dibantu dua orang—satu untuk mengelola toko online dan satu lagi untuk merawat kelomang di rumah,” imbuhnya.
Rifan menegaskan bahwa misinya bukan sekadar menjual kelomang, tetapi juga mengedukasi masyarakat agar hewan ini tidak dianggap mainan anak-anak semata. “Kelomang itu makhluk hidup. Jangan hanya dibeli karena lucu, lalu dibiarkan mati,” tegasnya.
Selain berbisnis, Rifan juga dikenal sebagai seniman visual sejak duduk di bangku SMA. Ketertarikannya bermula saat pandemi Covid-19 melanda. “Waktu itu gabut karena sekolah daring. Saya mulai menggambar dan unggah ke TikTok. Karena belum seramai sekarang, kontennya cepat naik,” kenangnya.
Baca juga, Ketika Doa Tak Kunjung Dijawab: Ujian atau Tanda Kasih Sayang-Nya?
Karya-karya Rifan terbilang unik. Ia pernah menggambar wajah selebriti dari susunan nama, membuat potret Sandiaga Uno dari tulisan, hingga menggambar Anies Baswedan hanya dengan stempel angka satu. Salah satu karyanya yang paling sulit adalah potret empat presiden pertama Indonesia yang dibuat di empat sisi balok kayu. “Butuh sebulan untuk menyelesaikan. Kontennya ditonton 6 juta kali dan disukai lebih dari 1 juta akun,” ungkapnya.
Popularitas karyanya bahkan membawanya bertemu langsung dengan tokoh-tokoh nasional. Ia pernah menyerahkan langsung karya kepada Anies Baswedan dan selebgram Cellos, serta mengirimkan karya kepada Ganjar Pranowo, Baim Wong, dan Sandiaga Uno. “Saya pernah video call dengan Pak Sandi, lalu kontennya diunggah ke Instagram beliau. Views-nya sampai 13 juta,” katanya bangga.

Namun, sejak menempuh studi Arsitektur, waktunya untuk berkarya menjadi lebih terbatas. “Dulu saat SMA bisa menyelesaikan satu karya dalam tiga hari. Sekarang kadang sebulan pun belum tentu sempat. Tapi saya tetap menunggu momentum, seperti ketika ada tokoh yang sedang viral atau berkunjung ke kota saya,” ujarnya.
Meski kini lebih fokus pada bisnis kelomang, Rifan tidak sepenuhnya meninggalkan dunia seni. Ia mengakui bahwa karya-karyanya merupakan portofolio penting yang membuka banyak peluang. Di sisi lain, ia mengaku semangatnya sempat turun karena karyanya kerap disangka hasil buatan kecerdasan buatan (AI).
“Sekarang sering dikira hasil AI. Padahal bikin karya seni itu butuh proses panjang dan energi besar. AI memang efisien, tapi tidak bisa menandingi detail buatan manusia,” tegasnya.
Rifan juga menyatakan keinginannya untuk menggabungkan minat pada arsitektur dan seni di masa depan. “Arsitektur dan seni itu sangat nyambung. Kalau digarap serius, saya yakin keduanya bisa jadi kekuatan utama saya ke depan,” pungkasnya.
Kontributor : Fika
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha