
PWMJATENG.COM, Surakarta – Inovasi mengagumkan datang dari mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang berhasil mengembangkan game edukatif bernama ZYLAND. Game ini dirancang untuk membantu siswa slow learner dalam meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi di sekolah inklusif.
Game interaktif tersebut lahir dari program Pengabdian kepada Masyarakat dalam skema Program Kreativitas Mahasiswa (PKM-PM) dan dipimpin oleh Vio Arvendha, mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika angkatan 2021. Proyek ini menyasar siswa di SD Negeri Wiropaten Surakarta yang menunjukkan nilai rata-rata numerasi di bawah 45, terutama pada materi bilangan dan aljabar.
“Dari hasil observasi kami, siswa dengan hambatan belajar sangat kesulitan mengikuti pelajaran matematika. Mereka butuh pendekatan yang menyenangkan dan tidak menegangkan,” ujar Vio saat ditemui Jumat (25/7).
Melalui pendekatan joyful learning dan computational thinking, tim PKM-PM UMS menciptakan ZYLAND sebagai solusi alternatif yang menggabungkan logika, strategi, dan kerja tim. Game ini didukung dengan teknologi Augmented Reality (AR) sehingga dapat memicu ketertarikan belajar siswa, terutama mereka yang memiliki kebutuhan khusus.
Vio menambahkan bahwa ZYLAND bukan sekadar permainan. “Game ini dirancang agar siswa tidak hanya bermain, tetapi juga belajar. Mereka bisa menyusun strategi matematika, berdiskusi dalam tim, bahkan bercerita ulang dari sesi Book Storytime,” jelasnya.
Program bertajuk LENTERA ZYLAND: Game Edukasi Inklusif Berbasis Computational Thinking ini mencakup berbagai kegiatan menarik, seperti Menara Focus, Number Board, penggunaan flash card AR, dan turnamen literasi-numerasi berbasis game. Selain siswa, para guru juga dilatih agar bisa mengintegrasikan ZYLAND dalam proses pembelajaran di kelas.
Baca juga, Sahkah Wudu dengan Make Up yang Belum Dihapus? Ini Penjelasan Lengkapnya
Kepala SD Negeri Wiropaten menyambut baik inisiatif tersebut. Ia menyatakan bahwa program ini memberikan warna baru dalam proses belajar-mengajar, khususnya bagi siswa dengan hambatan kognitif.
Tidak hanya berhenti pada pengembangan game, tim juga membangun kolaborasi dengan Dinas Pendidikan Kota Surakarta dan Pusat Layanan Disabilitas dan Pendidikan Inklusif (PLDPI). Harapannya, model ZYLAND bisa direplikasi di sekolah inklusif lainnya di Kota Surakarta.

“Setiap anak berhak mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan, menantang, dan bermakna, termasuk siswa slow learner. Kami ingin pendidikan tidak lagi seragam, tapi menyesuaikan kebutuhan anak,” tegas Vio.
Ia berharap program ini tidak hanya menjadi proyek sesaat, tetapi bisa berkelanjutan dan memberikan dampak nyata. “Semoga kami bisa terus mengembangkan program ini dan membawa nama baik UMS hingga tingkat nasional melalui PIMNAS,” imbuhnya.
Tim pengembang ZYLAND terdiri dari Vio Arvendha (Pendidikan Teknik Informatika), Rahadatul Aisy Tsamarah Ilyas (Teknik Informatika), Suryani Elmaghfiroh (Teknik Informatika), Ryani Dewi Nuraini (Psikologi), dan Dhandy Hananthiyo Ardhy Putra (Teknik Informatika). Mereka juga dibimbing oleh dosen pendamping, Siti Azizah Susilawati.
Program LENTERA ZYLAND yang memperoleh pendanaan dari Kemendiktisaintek Tahun 2025 ini menjadi wujud nyata dari pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi. Inovasi, kolaborasi lintas disiplin, serta kontribusi nyata kepada masyarakat menjadi fondasi utama keberhasilan tim mahasiswa UMS tersebut.
Kontributor : Fika
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha