
PWMJATENG.COM, Surakarta – Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia. Tim lintas fakultas dari UMS berhasil meraih prestasi bergengsi dalam ajang International Science Technology and Engineering Competition (ISTEC) berkat inovasi filter rokok berbahan alami yang mampu menurunkan kadar nikotin dan logam berat.
Kompetisi yang berlangsung di Bali itu didukung oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan diikuti oleh peserta dari berbagai negara. Tim UMS terdiri atas Hana Rahmawati, Mira Shofiah, M. Daffa Qory Maulana, serta Muhammad Thoriq Azwar. Mereka mendapat bimbingan langsung dari dosen Riza Maulana.
“Inisiasinya bermula dari obrolan ringan saat melihat banyak perokok di lingkungan kampus dan masyarakat. Kami berpikir, bagaimana jika dampak nikotin dapat diminimalkan? Dari ide sederhana itu, kami akhirnya mengembangkan filter ini,” ungkap Hana Rahmawati, mahasiswa Fakultas Farmasi yang juga menjadi ketua tim, Rabu (21/5).
Kolaborasi ini melibatkan mahasiswa dari Fakultas Farmasi dan Fakultas Kedokteran. Daffa Qory Maulana, anggota tim dari FK UMS, mengaku tertarik karena rokok merupakan salah satu pemicu utama penyakit paru kronis.
“Dalam bidang kedokteran, kami sering menjumpai kasus PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis) yang sangat dipengaruhi oleh kebiasaan merokok. Bahkan BPJS Kesehatan pun banyak terbebani akibat penyakit terkait rokok. Maka, inovasi ini sangat relevan dan solutif,” ujarnya.
Filter yang mereka kembangkan terbuat dari kombinasi beta-kitosan, karbon aktif, serta ekstrak komponen tertentu dari daun nanas. Ketiga bahan ini dirancang untuk menyaring zat-zat berbahaya dalam asap rokok sebelum terhirup oleh tubuh.
“Kami tidak memakai seluruh daun nanas, hanya bagian yang memang memiliki potensi detoksifikasi,” jelas Hana.
Dalam proses seleksi ISTEC, tim UMS harus bersaing dengan ratusan pendaftar dari berbagai negara. Mereka lolos ke grand final dan mempresentasikan inovasi di hadapan para juri serta perwakilan BRIN. Hanya 120 tim yang terpilih untuk mengikuti tahap akhir ini.
“Kami bahkan membuka booth dan berdiskusi langsung dengan juri. Salah satu perwakilan BRIN menyatakan ketertarikannya dan membuka peluang kerja sama dengan industri,” lanjut Hana.
Bagi para anggota tim, kompetisi ini menjadi pengalaman internasional pertama. Mereka bertemu peserta dari Bosnia, Thailand, Malaysia, hingga Filipina.
Baca juga, Dakwah di Tengah Disinformasi: Tantangan Ulama di Era Post-Truth
“Kami jadi sadar bahwa inovasi besar bisa bermula dari ide kecil, asal digarap dengan serius,” tambah Daffa.
Capaian luar biasa ini mendapat apresiasi tinggi dari pihak kampus. Dekan Fakultas Kedokteran UMS, dr. Flora Ramona Sigit Prakoeswa, menilai keberhasilan ini merupakan buah dari pembinaan kolaboratif sejak awal.
“Kami memang membentuk karakter mahasiswa untuk siap bekerja sama lintas profesi. Sejak jenjang sarjana hingga profesi, mereka telah dijodohkan dalam berbagai proyek kolaboratif,” ujarnya.

Flora menegaskan bahwa FK UMS berkomitmen mencetak lulusan PRIMA—Profesional, Religius, Interprofesional, Mandiri, dan Akhlak mulia. Ia pun memuji hasil sinergi antara dua mahasiswa FK dengan dua mahasiswa Farmasi dalam proyek ini.
“Pertemuan pertama mereka terjadi saat kegiatan interprofessional education, lalu berkembang jadi kerja sama nyata hingga melahirkan inovasi seperti ini,” jelasnya.
Menurut Flora, kolaborasi antarfakultas membuat gagasan lebih menyeluruh dan matang. Ia juga menyebut dukungan fakultas terhadap program ini sangat serius.
“Ini bukan program musiman, tapi bagian dari sistem pembinaan yang berkelanjutan. Kami juga berikan sponsor penuh,” tegasnya.
Saat ini, tim UMS sedang mengupayakan komersialisasi produk filter tersebut. Harapannya, produk ini bisa diproduksi massal dan memberi manfaat nyata bagi masyarakat.
“Inovasi kami masih terus dikembangkan agar bisa masuk ke industri. Kami ingin memberikan solusi nyata bagi masalah kesehatan akibat rokok,” pungkas Hana.
Daffa pun berharap semangat kolaboratif ini dapat menular ke lebih banyak mahasiswa UMS. “Tidak perlu memulai dari yang besar. Yang penting konsisten dan kolaboratif,” ujarnya.
Kontributor : Fika
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha