Kreatif, Puluhan Siswa Solo Perdalam 12 Sinar Muhammadiyah
PWMJATENG.COM, SOLO – Kreatif, Sebanyak 32 siswa kelas IIID SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta perdalam 12 sinar Muhammadiyah di rumah masing-masing antisipasi penyebaran wabah Covid-19, Rabu (12/8/2020).
Wakasek Bidang Humas Jatmiko mengatakan menyikapi masa pandemi dengan penuh suka cita menghasilkan beragam hasta karya menarik.
Beberapa siswa membuat tugas prakarya maksimal otimal. Terlihat dari hasil yang dikirimkan lewat foto.
Ada yang membuat jam dari kardus bekas, membuat bingkai dari cangkang telur, membuat bingkai dari beras yang diwarna, menghias dengan gambar-gambar unik, dan masih banyak lagi.
“Masa pandemi tak mengurangi semangat siswa belajar dari rumah (BDR). Dibuktikan kreatifitas peserta didik perdalam makna 12 sinar Muhammadiyah. Tentunya, tidak lepas dari pelibatan orang tua,”ujarnya.
Logo Muhamamdiyah bergambar matahari dengan dua belas sinarnya dan bertuliskan Muhammadiyah adalah pengikut Nabi Muhammad.
Firman Allah surat As Shaf ayat 14. Dijelaskan ketika Nabiyullah Isa ‘Alaihis salam bertanya kepada dua belas sahabatnya yang setia.
“Siapakah di antara kalian yang bersedia menjadi penolong agama Allah? Kedua belas sahabat yang dikenal dengan Hawariyyin menjawab, kami yang akan menjadi penolong agama Allah,”
Peran Ibu sebagai madrasah pertama untuk anaknya, dilakukan oleh Ibunda Alvaro Raffasya Kalfani, walaupun sebagai wanita karier beliau juga mendmpingi Ananda belajar di rumah.
Senada, Novita al Muthi’ah Setyaningrum SPd guru muda Muhammadiyah mengungkapkan agar tercipta keselarasan yang baik dalam mendidik Ananda di rumah. Di masa pandemi guru hanya sebagai media sedangkan pelaksana lapangan adalah orang tua siswa.
“Belajar dari rumah membuat seorang pendidik harus mampu membangun kerja sama dan komunikasi yang baik dengan orang tua murid,” ungkapnya penuh semangat.
Adanya tugas prakarya menghias logo Muhammadiyah yang diberi waktu pengumpulan selama 1 minggu.
Alvaro Raffasya Kalfani mengaku sangat senang membuat prakarya karena dibantu oleh orang tua.
“Biasanya aku mengerjakan pembelajaran SBdp di sekolah dengan teman-teman. Kali ini di rumah dibantu orang tua. Pengobat rasa rindu aku belajar dari rumah berseragam sekolah sedikit terobati,”pungkasnya. (Humas, Jatmiko)