PWMJATENG.COM, Banyumas – Guru Besar Sejarah Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Sugeng Priyadi, menegaskan bahwa upaya pelestarian sejarah harus dilakukan secara serius dan berkelanjutan. Ia menyoroti kawasan Kota Lama Banyumas yang tidak boleh hanya dijadikan destinasi wisata, tetapi juga sebagai wahana edukasi bagi masyarakat.
“Edukasi ini akan berdampak besar dalam membangun kesadaran historis masyarakat, baik di Banyumas maupun di daerah lain,” ujar Sugeng dalam rilis yang diterima RRI.
Menurutnya, pengembangan Kota Lama Banyumas harus dilakukan secara menyeluruh dan tidak setengah-setengah. Ia bahkan mengusulkan agar pembangunan diperluas hingga ke Sungai Serayu, dengan catatan tetap mempertahankan ciri khas yang membedakannya dari Kota Lama lainnya di Indonesia.
“Jika ingin dikembangkan lebih jauh, harus memiliki identitas yang unik dan khas,” tuturnya.
Baca juga, Menyelami Kebesaran Allah dalam Surat Asy-Syam
Sugeng juga menyoroti keterlambatan revitalisasi kawasan Kota Lama Banyumas. Proyek tahap pertama baru dimulai pada periode 2022-2023 dengan anggaran sebesar Rp 15 miliar dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Ia menilai, langkah ini seharusnya sudah dilakukan jauh sebelumnya agar dampaknya lebih maksimal.
Namun, ia mengingatkan bahwa melestarikan kawasan bersejarah ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata. Kesadaran kolektif masyarakat sangat diperlukan agar pelestarian dapat berlangsung dalam jangka panjang.
“Ambagyo sesarengan (merawat bersama dengan sepenuh hati) bukan hanya sekadar jargon, tetapi harus menjadi gerakan nyata. Ini memerlukan sinergi antara masyarakat, akademisi, sejarawan, arkeolog, pegiat budaya, serta dukungan penuh dari pemerintah, baik dalam bentuk moril, materiil, maupun regulasi,” tegasnya.
Sugeng berharap upaya pelestarian Kota Lama Banyumas bisa terus diperkuat agar kawasan tersebut tidak hanya menjadi saksi bisu sejarah, tetapi juga menjadi pusat pembelajaran bagi generasi mendatang.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha