Kontekstualisasi Pesan Pertama Rasulullah Saat Tiba di Yatsrib dalam Perspektif Manajemen AUM
Kontekstualisasi Pesan Pertama Rasulullah Saat Tiba di Yatsrib dalam Perspektif Manajemen AUM
Oleh : Ismail Soleh (Kepala SMK Muhammadiyah 2 Karanganyar/ Ketua MTDK PDM Karanganyar)
PWMJATENG.COM – Tokoh yang berjasa menyampaikan pesan pertama Rasulullah saw saat beliau hijrah ke Yatsrib adalah Abdullah bin Salam. Nama aslinya adalah Hushain bin Salam bin Haris al-Israili. Dijuluki Abu Yusuf al-Israili karena masih memiliki jalur nasab dengan Yusuf bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim. Hushain bin Salam merupakan tokoh Yahudi yang menjadi salah satu panutan di kalangan kaum Yahudi Yatsrib pada masa itu. Dikenal berasal dari Yahudi kabilah Bani Qainuqa dan berkedudukan sebagai habr (rabi atau pendeta Yahudi). Dengan kemampuannya memahami Taurat maka Hushain segera mencocokkan hal ihwal kenabian dengan sosok Rasulullah yang ditemuinya secara langsung. Tak ada informasi dalam Taurat yang meleset sedikit pun tentang sosok penutup para nabi itu. Pada akhirnya pemahamannya yang mendalam tentang al kitab mengantarkannya pada keyakinan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat di depan Rasulullah. Dihadiahilah ia oleh Rasululah dengan nama baru, yakni Abdullah bin Salam.
Melalui riwayatnya kita dapat merasakan suasana kebatinan penduduk Yatsrib dan kejujuran Abdullah bin Salam dalam mengisahkan kedatangan Rasulullah saw dalam hadits berikut:
عَنْ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَلَامٍ رضي الله عنه قَالَ: لَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ انْجَفَلَ النَّاسُ قِبَلَهُ، وَقِيلَ: قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ، قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ، ثَلَاثًا، فَجِئْتُ فِي النَّاسِ لِأَنْظُرَ، فَلَمَّا تَبَيَّنْتُ وَجْهَهُ، عَرَفْتُ أَنَّ وَجْهَهُ لَيْسَ بِوَجْهِ كَذَّابٍ، فَكَانَ أَوَّلُ شَيْءٍ سَمِعْتُهُ تَكَلَّمَ بِهِ أَنْ قَالَ:
«يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أَفْشُوا السَّلَامَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وَصِلُوا الْأَرْحَامَ، وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ، تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ».
[صحيح] – [رواه الترمذي وابن ماجه وأحمد] – [سنن ابن ماجه: 3251]
Abdullah bin Salām -raḍiyallāhu ‘anhu- meriwayatkan: Saat Nabi ﷺ tiba di Madinah, orang-orang berhamburan mendatangi beliau. Ada orang yang berseru, “Rasulullah ﷺ telah datang, Rasulullah telah datang, Rasulullah telah datang.” Tiga kali. Aku pun ikut datang ke tengah-tengah mereka untuk ikut melihat. Ketika aku melihat jelas wajah beliau, aku dapat mengetahui bahwa wajah beliau bukan wajah seorang pendusta. Kalimat pertama yang aku dengar beliau sampaikan adalah sabda beliau: “Wahai sekalian manusia! Sebarkanlah salam, berilah makanan, sambunglah kerabat, dan salatlah pada malam hari ketika orang-orang tidur, niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat.”
[Sahih] – [HR. Tirmizi, Ibnu Majah, dan Ahmad] – [Sunan Ibnu Majah – 3251]
Penjelasan umum tentang hadits ini sudah banyak kita temui, tetapi kali ini penulis berusaha mengulasnya dalam perspektif manajemen Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) utamanya AUM Pendidikan. Setidaknya ada empat poin utama yang dapat kita ambil dari matan hadits diatas; Sebarkan salam, berilah makan, sambunglah silaturahmi, dan sholatlah malam saat orang lain tertidur. Kalau kita turunkan dalam ranah manajemen AUM, empat pesan tadi bisa kita jelaskan sebagai berikut:
- أَفْشُوا السَّلَامَ – Secara bahasa Afsyu as-salam berarti menyebarkan salam.
Salam dalam bahasa Arab bermakna perdamaian, keselamatan dan kenyamanan. Afsyu As-Salam kita maknai sebagai perintah untuk menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan selamat. Sehingga menyebarkan salam tidak semata kita mengucapkan Assalamualaykum saja tetapi bagaimana dalam kehidupan sehari-hari kita diperintah untuk menebar kedamaian, menjadi agen keselamatan dan kenyamanan dimanapun dan kapanpun.
Sementara itu dalam konteks manajemen AUM utamanya Sekolah dan Madrasah Muhammadiyah, pesan ini dapat diwujudkan dengan menciptakan lingkungan dan budaya kerja yang damai, aman dan nyaman. Sebagaimana diketahui bahwa lingkungan kerja memiliki pengaruh besar dalam produktivitas dan kualitas kinerja guru, karyawan dan siswa. Semakin berkualitas lingkungan tersebut, maka seluruh unsur yang ada di dalamnya akan semakin betah dan produktif dalam berkarya. Kondisi kejiwaan yang nyaman tanpa tekanan dan jaminan keselamatan fisik akan mampu memicu daya kreasi dan inovasi sehingga potensi terbaik yang dimiliki dapat tersalurkan.
Baca juga, Kiat-Kiat Memanfaatkan AI dalam Penulisan Artikel dengan Tetap Mengedepankan Etika Jurnalistik
Disitulah tugas pimpinan, utamanya Kepala Sekolah/ Madrasah untuk menciptakan suasana lingkungan yang nyaman. Tugas ini harus disadari betul oleh pimpinan bahwa selain penataan gedung, bangunan, sarana prasarana yang layak dan memadahi ada sisi lain yang berpengaruh pada kenyamanan batin, yakni kualitas komunikasi yang dibangun. Komunikasi yang buruk akan menjadi kontra produktif dengan kinerja guru, karyawan dan murid. Komunikasi pemimpin yang baik akan dapat dilihat dari indikasi dimana guru, karyawan, dan siswa merasa terbebas dari tekanan, intimidasi, dan ketakutan dalam menyampaikan pendapat dan kritik.
Intinya dalam implementasi pesan Afsyu as Salam harus ada komitmen bersama untuk menciptakan lingkungan Sekolah/ Madrasah baik secara fisik maupun psikis yang aman, nyaman, dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan prestasi Sekolah/ Madrasah.
- وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ secara Bahasa Ith’am At-Tha’am berarti memberi makan.
Pada saat Rasulullah hijrah ke Madinah kondisi sahabat-sahabat muhajirin dalam keadaan kekurangan karena mereka harus meninggalkan harta benda di Makkah. Pesan memberi makan ini utamanya ditujukan kepada muslimin Anshor untuk membantu muslimin Muhajirin. Wujud bantuannya adalah memberikan kebutuhan pokok dan mendasar yakni makanan.
Dalam kontekstualisasinya Ith’am at Tha’am mengandung perintah agar warga AUM menjadi orang-orang yang peduli, peka dan bermanfaat untuk orang lain. Spirit memberi harus ditanamkan pada masing-masing diri guru, karyawan, dan siswa. Hal ini sejalan dengan pesan KH. Ahmad Dahlan “Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup dalam Muhammadiyah”.
Di satu sisi tugas seorang pemimpin selain mencontohkan dan memotivasi spirit memberi harus bisa menafsir ulang pesan pendiri Muhammadiyah di atas menjadi “Hiduplah di Muhammadiyah untuk Menghidupkan Muhammadiyah”. Dengan totalitas hidup di Muhammadiyah dalam artian bekerja profesional mengelola AUM akan mendatangkan kemajuan bagi AUM. Seorang kepala Sekolah/ Madrasah juga harus memberikan apresiasi kepada guru, karyawan, dan siswa yang berprestasi. Apresiasi tidak melulu berwujud materi, tapi bisa dalam bentuk lain yang membuat mereka merasa bahwa pekerjaan dan karya mereka dihargai dan diakui. Sekedar ucapan selamat atas prestasi yang dicapai atau memberikan kepercayaan terhadap suatu tugas, akan membuat orang lain merasa dianggap ada dan dihargai.
Spirit Al ma’un adalah spirit memberi dan berbagi. Di persyarikatan Muhammadiyah ada Lembaga yang secara resmi memiliki tugas professional mengelola ZIS, yakni Lazismu. Maka wajib bagi setiap AUM Pendidikan untuk memiliki Kantor Layanan Lazismu (KLL). Dengan adanya KLL pada setiap sekolah/ madrasah pesan Ith’am At-Tha’am dapat diimplementasikan secara professional.
- وَصِلُوا الْأَرْحَامَ Sambunglah silaturahmi.
Menyambung silaturahmi dalam syarah kontestualisasi ini adalah membangun networking atau jaringan. Tidak ada satu sekolah/madrasah pun yang mampu berdiri kokoh tanpa ada jaringan dengan pihak lain. Mengandalkan kekuatan internal saja hanya akan mendatangkan beban yang berat untuk memajukan lembaga. Maka seorang pemimpin harus memiliki kemampuan yang baik dalam membangun jejaring dengan memperhatikan kebutuhan masing-masing sekolah.
Sebagai contoh dalam program sukses PPDB sebuah SD/MI Muhammadiyah maka harus membangun jejaring dengan TK/RA sebanyak mungkin, untuk SMP/MTs Muhammadiyah harus rajin-rajin silaturahmi dengan SD/MI, SMA/SMK/MA Muhammadiyah wajib membangun komunikasi dengan SMP/MTs baik sesama Muhammadiyah, Negeri, maupun sekolah swasta lainnya. Dalam hal ini peran wakil kepala Sekolah/ Madrasah bidang Humas menjadi sangat penting, tidak hanya dengan sekolah-sekolah lain tetapi juga relasi dengan Masyarakat maupun pemerintah. Bagi sekolah SMK utamanya, jejaring dengan IDUKA menjadi kebutuhan mutlak yang tak bisa dihindarkan. Semakin luas jaringan maka peluang-peluang kerjasama akan terbuka semakin lebar, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga luar negeri.
- وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ secara lughowi diartikan Shalatlah ketika manusia terlelap tidur.
Dalam kontekstualisasinya bermakna Thinking and Doing Out of The Box, melakukan optimalisasi diri dengan cara berpikir dan bekerja diluar pakem orang kebanyakan. Out of the box yaitu mengeksplorasi ide-ide kreatif dan tidak biasa bahkan tidak terpikirkan oleh orang lain dan keluar dari tradisi yang lama nan usang.
Shalatlah Ketika manusia lain terlelap seakan melecut agar sekolah/madrasah Muhammadiyah segera bangun dari tidurnya. Salat itu mensyaratkan bersuci terlebih dahulu, disiapkan pakaian dan tempatnya, serta diluruskan kiblatnya barulah salat ditegakkan. Begitu pula dalam membesarkan AUM, perlu kesucian niat, perlu persiapan dan strategi, serta meluruskan kiblat pada tujuan utama Muhammadiyah. Bukan saatnya lagi terlelap dalam tidur, terbuai dalam mimpi tanpa ada aksi. AUM Pendidikan kalau ingin maju harus dapat menemukan atau memecahkan masalah yang dihadapi dengan cara yang berbeda dengan kebanyakan sekolah lainnya, itulah shollu billaili wannasu niyam.
Sebagai penutup dalam kontekstualisasi pesan Rasulullah Saw. dalam manajemen AUM maka perlu dan wajib menciptakan lingkungan sekolah/madrasah yang nyaman dan aman, menumbuhkan kepekaan dan kepedulian terhadap sekitar, membangun komunikasi efektif dan meluaskan jejaring serta melakukan inovasi dan terobosan baru akan menjadikan sekolah-sekolah Muhammadiyah unggul dan berkemajuan. Ending itulah yang diharapkan, tadhulu jannata bissalam. Sekolah/madrasah seperti inilah yang kita gambarkan sebagai jannah (surga) yang penuh kebahagiaan.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha