Khutbah Jumat: Pantang Mengganggu Sesama

Khutbah Jumat: Pantang Mengganggu Sesama

Oleh : Dr. H. Ali Trigiyatno, M.Ag. (Ketua Majelis Tabligh PWM Jawa Tengah)

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَ بَعْدَهُ.أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Segala puji bagi Allah SWT, Dzat yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Pada kesempatan yang mulia ini, khatib mengajak diri sendiri dan jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan takwa kepada Allah SWT. Takwa dalam artian menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, baik dalam keadaan terang-terangan maupun tersembunyi.

Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,

Islam adalah agama yang mengajarkan kedamaian, kasih sayang, dan harmoni. Salah satu ajaran fundamental dalam Islam adalah larangan untuk mengganggu, menyakiti dan merugikan sesama, baik itu tetangga, kerabat, teman, bahkan orang yang berbeda keyakinan. Gangguan bisa berbentuk fisik, lisan, atau bahkan hati. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 58:

وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا

Artinya: “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS. Al-Ahzab: 58)

Ayat ini (QS. al-Aḥzāb: 58) menunjukkan larangan menyakiti seorang muslim, kecuali dalam bentuk yang dibenarkan secara syar‘i, seperti memberi hukuman atas dosa yang dilakukan.

Termasuk dalam kandungan ayat ini adalah segala bentuk yang diharamkan karena mengandung unsur menyakiti, seperti menjual atas penjualan orang lain, menawar atas tawaran orang lain, atau meminang atas pinangan orang lain. Bahkan Imam al-Syāfi‘ī menyatakan haramnya seseorang memakan makanan dari bagian yang berada di dekat orang lain, jika hal itu menyebabkan gangguan.

Baca juga, Muhammadiyah Jateng Dirikan 40 Dapur Makan Bergizi Gratis, 5 Sudah Beroperasi

Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa menyakiti atau mengganggu orang mukmin, baik laki-laki maupun perempuan, tanpa sebab yang dibenarkan adalah dosa besar. Ini menunjukkan betapa seriusnya Islam memandang tindakan mengganggu orang lain.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Gangguan terhadap sesama bisa bermacam-macam. Bisa jadi gangguan itu berupa lisan yang tajam, cacian, makian, ghibah (menggunjing), atau fitnah. Atau bisa juga berupa tindakan fisik, seperti memukul, merusak harta benda, merokok sembarangan, hingga menciptakan keributan yang mengganggu ketenangan. Bahkan, sekadar menyebarkan berita bohong atau menyakiti hati dengan ucapan yang tidak pantas, sudah termasuk kategori mengganggu.

Termasuk kategori menggangu tetangga bahkan masyarakat luas adalah adanya penyetelan sound system di sebagian wilayah dengan suara keras bahkan sangat keras sehingga genteng bisa jatuh, kaca bisa pecah dan banyak orang menutup telinga karena kesakitan dibuatnya. Bukankahh di lingkungan situ banyak bayi, anak kecil, orang tua yang sedang istirahat namun menjadi terganggu bakan tersakiti dibuatnya. Selain dianggap menggangu, juga sikap ini termasuk berlebihan atau melampaui batas dalam berbuat. Karena ketika disetel dalam batas yang wajar, orang masih bisa menikmati dan mendengarkannya dengan normal.

Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ

Artinya: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah ia mengganggu tetangganya.” (HR. Muslim)

Hadis ini secara spesifik menyebutkan tetangga. Mengapa? Karena tetangga adalah orang yang paling dekat dengan kita dalam kehidupan sehari-hari. Kebaikan atau keburukan kita sangat terasa dampaknya oleh tetangga. Mengganggu tetangga sama halnya dengan mengganggu ketenangan komunitas terdekat kita.

Hadirin sekalian,

Larangan mengganggu ini adalah cerminan dari prinsip dasar Islam untuk menjaga hak-hak sesama (huququl ‘ibad). Hak seorang muslim atas muslim lainnya adalah untuk tidak disakiti dan diganggu. Bahkan lebih luas lagi, hak seorang manusia atas manusia lainnya adalah untuk hidup dalam kedamaian dan keamanan serta kenyamanan.

Marilah kita intropeksi diri, apakah selama ini kita pernah tanpa sadar mengganggu atau menyakiti dan juga merugikan orang lain? Mungkin melalui perkataan, perbuatan, atau bahkan sikap kita. Mengganggu orang lain tidak hanya merugikan orang yang diganggu, tetapi juga mencoreng citra diri kita sebagai muslim yang seharusnya menjadi rahmat bagi semesta alam.

Baca juga, PDM Banyumas Tembus 62% Target KPI, PWM Jateng Beri Apresiasi Tinggi

Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita untuk menjadi hamba-hamba-Nya yang saleh, yang mampu menjaga lisan dan perbuatan dari mengganggu sesama, serta senantiasa menebarkan kebaikan di mana pun kita berada.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَمَرَ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ، وَنَهَى عَنِ الظُّلْمِ وَالطُّغْيَانِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَأَشْكُرُهُ، وَأَسْتَعِينُهُ وَأَسْتَغْفِرُهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، أَرْسَلَهُ اللَّهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ، هَادِيًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا، فَصَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.أَمَّا بَعْدُ :فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، أُوصِيكُمْ وَنَفْسِيَ  بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَإِنَّهَا وَصِيَّةُ اللَّهِ لِلْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ، قَالَ تَعَالَى: “وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُوا اللَّهَ“ (النِّسَاءِ: ١٣١

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Marilah kita kembali memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang tak terhingga. Dan tak lupa, shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Kita telah membahas pentingnya untuk tidak mengganggu sesama. Perlu kita ingat bahwa menjaga hubungan baik dengan sesama manusia adalah salah satu indikator keimanan seseorang. Rasulullah SAW pernah ditanya tentang seorang wanita yang rajin shalat, puasa, dan sedekah, namun lidahnya selalu menyakiti tetangganya. Beliau bersabda:

هِيَ فِي النَّارِ

Artinya: “Dia di neraka.”

Sebaliknya, ada seorang wanita yang hanya rajin shalat fardhu dan sedekah sedikit, namun tidak pernah mengganggu tetangganya dengan lisannya. Rasulullah SAW bersabda:

هِيَ فِي الْجَنَّةِ

Artinya: “Dia di surga.” (HR. Ahmad)

Baca juga, Mereposisi Perdebatan Kalam: Dari Polarisasi ke Solusi Umat

Hadis ini menjadi pengingat keras bagi kita bahwa ibadah ritual saja tidak cukup jika tidak disertai dengan akhlak yang mulia dan kemampuan menjaga diri dari mengganggu orang lain. Keselamatan lisan dan perbuatan dari menyakiti sesama adalah kunci kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat.

Hadirin yang berbahagia,

Mari kita tanamkan dalam diri kita prinsip untuk selalu menebarkan kedamaian, keramahan, dan kebaikan. Jadikan diri kita sebagai sumber kenyamanan bagi orang lain, bukan sumber masalah atau gangguan. Rasulullah SAW bersabda:

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

Artinya: “Seorang muslim (yang sejati) adalah orang yang kaum muslimin (selamat) dari gangguan lisan dan tangannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ini adalah definisi sederhana namun sangat mendalam tentang seorang muslim sejati. Selamatkanlah lisan kita dari perkataan kotor, ghibah, fitnah, dan perkataan yang menyakiti. Selamatkanlah tangan kita dari perbuatan zalim, merusak, dan menyakiti fisik orang lain.

Semoga Allah SWT menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang senantiasa menjaga lisan dan tangan dari mengganggu sesama, serta melimpahkan keberkahan dan ketenangan dalam hidup kita.

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، نَحْمَدُهُ حَمْدًا يُوَافِي نِعْمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيدَهُ، وَنَشْكُرُهُ عَلَى آلَائِهِ وَنَعْمَائِهِ، وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَهْدِيهِ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنُؤْمِنُ بِهِ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ. وَنُصَلِّي وَنُسَلِّمُ عَلَى مُحَمَّدٍ، خَيْرِ مَنْ دَعَا وَسَجَدَ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ سَارَ عَلَى هَدْيِهِ إِلَى يَوْمِ الْوَعْدِ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ.اللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلاةَ أُمُورِنَا، وَوَفِّقْهُمْ لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى، وَاجْعَلِ الْبِلَادَ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً، رَاغِدَةَ الرِّزْقِ، سَائِرَ بِلَادِ الْمُسْلِمِينَ. اللَّهُمَّ انْصُرِ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِينَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِينَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّينِ، وَاجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَسَائِرَ بِلَادِ الْمُسْلِمِينَ.اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّاررَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha