Khazanah IslamKhutbah

Khutbah Idulfitri | Idulfitri Momen Reaktualisasi Fitrah Manusia

Khutbah Idulfitri | Idulfitri Momen Reaktualisasi Fitrah Manusia

Oleh : Dr. Sumarno, M.Pd.I. (Ketua Majelis Tarjih PDM Kabupaten Pekalongan dan Mudir IMBS Miftahul Ulum Pekajangan Pekalongan)

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، اَلْعَظِيمُ الَّذِي خَضَعَ كُلُّ شَيْءٍ لِعَظَمَتِهِ، وَالْعَزِيزُ الَّذِي ذَلَّ كُلَّ قَوِيٍّ لِسَطْوَتِهِ وَعِزَّتِهِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَصَفِيهِ وَخَلِيلُهُ رَأَى مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ مَا رَأَى، وَعَلِمَ مِنْ عَظَمَتِهِ مَا عَلِمَ، فَخَشِعَ قَلْبُهُ لِرَبِّهِ وَسَحَتْ بِالدَّمْعِ عَيْنُهُ، صَلَى اللَّهِ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.

 ﴿ يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ا مَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ ﴾ أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.

Allah Akbar, Allah Akbar, Wa Lillahil Hamd.

Hadirin dan Hadirat Jamaah Salat Idulfitri Rahimakumullah

Dengan takbir dan tahmid, kita melepas Ramadan yang Insya Allah telah menempa hati, mengasuh jiwa serta mengasah nalar kita. Dengan takbir dan tahmid, kita melepas bulan suci itu dengan hati harus penuh harap, dengan jiwa kuat penuh optimisme, betapa pun beratnya tantangan dan sulitnya situasi. Ini karena kita menyadari bahwa Allah Maha Besar. Allahu Akbar, Allahu Akbar! Semua kecil dan ringan selama kita bersama dengan Allah.

Kita bersama sebagai umat Islam dan sebagai bangsa, kendati mazhab, agama atau pandangan politik kita berbeda, karena kita semua ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Kita semua satu bangsa, satu bahasa dan satu tanah air dan kita semua telah sepakat ber-Bhineka Tunggal Ika, dan menyadari bahwa Islam, bahkan agama-agama tidak melarang kita berkelompok dan berbeda. Yang dilarangnya adalah berkelompok dan berselisih.

Allah Akbar, Allah Akbar, Wa Lillahil Hamd.

Hadirin dan Hadirat Jamaah Salat Idulfitri Rahimakumullah

Kini kita berIdulfitri. Kata fithri atau fithrah berarti asal kejadian, bawaan sejak lahir. Ia adalah naluri. Fitri juga berarti suci, karena kita dilahirkan dalam keadaan suci bebas dari dosa. Fithrah juga berarti agama karena keberagamaan mengantar manusia mempertahankan kesuciannya. Firman Allah Swt dalam surat Ar-Rum ayat : 30

فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًاۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاۗ لَا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُۙ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَۙ

Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama (Islam) dalam keadaan lurus. Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia atasnya. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. Ar-Rum [30]: 30).

Esensi Idulfitri bukanlah mudik fisik dari kota ke kampung halaman, tetapi mudik mental spiritual, mudik ruhani dari perbudakan hawa nafsu menuju penyucian diri (tazkiyat an-nafsi) dan spiritualisasi hati. Mudik ke kampung halaman memang menjadi “tradisi nasional”, namun perayaan Idulfitri dengan mengumandangkan takbir, tahmid, tasbih, dan tahlil, melaksanakan Salat berjamaah sejatinya merupakan ikhtiar memudikkan fitrah kemanusiaan menuju jalan kesucian, ketaatan, dan kedamaian. Mudik spiritual dalam momentum Idulfitri idealnya dapat mengokohkan persaudaraan iman dan kohesivitas sosial melalui silaturrahmi keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan. Oleh karena itu, Idulfitri dan silaturrahmi virtual merupakan modal sosial yang perlu dijaga dan dikembangkan sebagai aset perekat persatuan umat dan bangsa. Pesan utama Idulfitri adalah peneguhan dan perekatan nilai-nilai kemanusiaan paling asasi: tetap hidup sehat, aman, damai dan harmoni dalam bingkai silaturrahmi keumatan dan kebangsaan. Karena itu, sebelum ibadah Ramadhan diakhiri, zakat fitri wajib dibayarkan sebagai bukti rasa empati, peduli, dan cinta kasih terhadap fakir miskin.

Baca juga, Muhammadiyah Siapkan Ribuan Titik, Berikut Lokasi Salat Idulfitri Tahun 2025 se-Jawa Tengah

Zakat fitri tidak hanya berfungsi sebagai pembersih jiwa muzakki (pembayar zakat) dari penyakit bakhil dan kikir, tetapi juga berperan signifikan dalam pembahagiaan fakir miskin dan peningkatan harkat martabat kemanusiaan mustahiq (kelompok yang berhak menerima zakat). Idulfitri mendidik lulusan madrasah Ramadhan berjiwa filantropis, memiliki empati dan kepedulian sosial tinggi dalam berbagi rezeki, mengasihi dan meringankan beban penderitaan sesama dengan uluran tangan kedermawanannya. Oleh karena itu, ritualitas mudik fisik harus ditransformasi menjadi mudik mental spiritual dengan meningkatkan kesucian hati dan pikiran menuju persaudaraan kemanusiaan sejati. Mudik paling ideal dalam konteks Idulfitri adalah mudik spiritual dengan bekal iman, ilmu, dan amal saleh. Pendidikan keimanan dan ketakwaan yang dihabituasi selama Ramadhan idealnya dapat diwujudkan dalam bentuk kesalehan autentik berupa akhlak mulia dan karakter positif, seperti: jujur, benar, sabar, tulus, disiplin, sopan santun, peduli, empati, hidup harmoni, toleransi, damai, dan sebagainya.

Allah Akbar, Allah Akbar, Wa Lillahil Hamd.

Hadirin dan Hadirat Jamaah Salat Idulfitri Rahimakumullah

Kesalehan autentik itu tidak saja perlu diaktualisasikan dalam kehidupan keumatan dan kebangsaan, tetapi juga penting dikembangkan dalam rangka eliminasi “kesalehan semu dan palsu” karena dilakukan semata untuk pencitraan sosial. Kesalehan autentik adalah kesalehan lahir batin dengan spirit kemanusiaan, paralel dengan harapan lulusan Ramadhan untuk memohon maaf lahir dan batin kepada sesama. Kesalehan autentik ditunjukkan dengan amal sosial kemanusiaan yang memihak kepada mereka yang kurang beruntung dan kaum lemah lainnya (mustadh’afin). Lulusan Ramadhan yang berkesalehan autentik pasti enggan menjadi pendusta agamanya. Karena, ajaran agama diyakini, dipahami, dan dihayati untuk diamalkan, bukan didustakan.

اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِۗ فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ وَلَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۗ فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَۙ الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَۙ الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاۤءُوْنَۙ وَيَمْنَعُوْنَ الْمَاعُوْنَ

Artinya : “Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Dialah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Karena itu, celakalah orang yang Salat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya, yang berbuat riya (pencitraan), dan enggan memberikan bantuan (kemanusiaan) (QS al-Ma’un [107]:1-7)

Kesalehan autentik itu pernah diteladankan oleh Nabi Muhammad SAW ketika mendapati seorang anak yatim bersedih di hari raya Idulfitri. Pada momen indah Idulfitri itu, Nabi SAW melihat seorang anak kecil menangis sesunggukan di suatu sudut lapangan tempat dilaksanakannya Salat Id. Beliau menghampirinya, dan bertanya: “Nak, mengapa engkau menangis? Di manakah ayah dan ibumu?” Si anak hanya menggelengkan kepala sambil berkata terbata-bata. “Tuan, orang tua saya telah tiada. Orang tua saya meninggal di medan perang bersama Rasulullah”. Melihat gestur anak yatim yang begitu sedih, Nabi SAW dengan penuh kasih sayang lalu mengusap kepala anak itu sambil  berkata: “Nak, maukah engkau sekiranya Muhammad sebagai ayahmu, Aisyah sebagai ibumu, Hasan dan Husain sebagai saudara dan teman bermainmu, dan rumah Muhammad sebagai tempat tinggalmu?” Kontan saja, wajah sedih yang semula menyelimuti anak itu berubah ceria dan gembira seperti anak-anak yang lain. Itulah kesalehan autentik yang diteladankan Nabi SAW dalam menggemberikan anak yatim.

Kesalehan autentik itu menggembirakan, membahagiakan, dan memberdayakan sesama, tidak menyengsarakan, melemahkan, dan memiskinkan sesama. Oleh karena itu, Idulfitri dirayakan dengan Salat berjamaah sebagai simbol kebersamaan dan kesatuan, lalu dilanjutkan saling bermaaf-maafan dan silaturahmi sebagai bukti ketakwaan dan kohesivitas sosial. Memaafkan dan bersilaturrahmi merupakan energi positif dan modal sosial yang sangat dahsyat untuk mewujudkan integrasi, harmoni, sinergitas, dan kedamaian keumatan dan kebangsaan dalam bingkai kebinekaan NKRI. Berjabat Hati dan Pikiran. Salah satu indikator kesalehan autentik adalah kemampuan pengendalian diri (sejurus dengan arti shiyam) dalam menjaga lisan (perkataan), perbutan, atau kekuasaannya untuk tidak menyakiti, menzalimi, menebar hoaks, ujaran kebencian, dan memfitnah  orang lain. Sebaliknya, kesalehan autentik diwujudkan dalam bentuk kesantunan, keberadaban, dan kewelasasihan. Dalam konteks ini, Nabi SAW pernah bersabda :

عَنْ أَبِى مُوْسَى رضي الله عنه قَالَ : قَالُوْا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْإِسْلَامِ أَفْضَلُ ؟ قَالَ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ (رواه البخارى)

Artinya : “Dari Abu Musa RA, dia berkata, para sahabat bertanya “Wahai Rasulullah, Islam manakah yang paling utama? ” Rasulullah menjawab, “Siapa yang kaum muslimin selamat dari lisan dan tangannya.” (HR Bukhari)

Allah Akbar, Allah Akbar, Wa Lillahil Hamd.

Hadirin dan Hadirat Jamaah Salat Idulfitri Rahimakumullah

Nilai-nilai silaturrahmi menyambung dan mempererat tali kekerabatan dan persaudaraan sambil saling bermaaf-maafan sungguh sangat indah dan membahagiakan. Karena silaturrahmi menyadarkan jatidiri kemanusiaan paling asasi, yaitu hidup Bersatu, bersaudara, damai dan harmoni. Silaturrahmi merupakan kata kunci integrasi, moderasi, kerukunan, dan kesatuan bangsa, karena melalui silaturrahmi semua warga bangsa belajar mengakui kesalahan dan berjiwa besar untuk memaafkan saudaranya. Oleh sebab itu, silaturrahmi bukan sekadar temu-kangen, sambung rasa, dan saling mengunjungi sesama. Akan tetapi, makna yang lebih substantif adalah komitmen bersama untuk merajut tali kasih persaudaraan, berjabat hati dan pikiran dalam spirit kemanusiaan, kedamaian dan kesatuan sebagai warga bangsa dan negara.

Baca juga, Tuntunan Idulfitri Menurut Fatwa Tarjih Muhammadiyah: Dari Malam Takbiran hingga Salat Id

Silaturahmi keumatan harus dikembangkan dalam bentuk silaturrahmi kebangsaan. Karena itu, silaturrahmi harus ditindaklanjuti dalam bentuk shilatul qalbi (relasi dan komunikasi hati) dengan mengedepankan sikap keberbangsaan dan nasionalisme yang tinggi. Silaturrahmi kebangsaan itu harus menumbuhkan spirit kebersamaan dan kesatuan keluarga, yaitu keluarga besar bangsa Indonesia. Silaturrahmi kebangsaan pada gilirannya harus membuahkan kesadaran kolektif bahwa kita semua itu bersatu, bersaudara, bersahabat, bersinergi, dan harus berkontribusi dalam menjaga dan memajukan NKRI. Dengan modal sosial berupa shilatul qalbi, silaturrahmi kebangsaan harus dikembangkan dalam bentuk shilatul fikri (peneguhan kohesi dan komunikasi pemikiran) dengan menyatukan visi, memikirkan agenda masa depan bangsa menjadi lebih berkemajuan, saling berkolaborasi dan mengisi satu sama lain. Rumah besar Indonesia harus dimiliki, dirawat, dan dijaga oleh semua komponen bangsa.

Dari shilatul fikri, silaturrahmi kebangsaan idealnya dapat dikembangkan menjadi shilatul harakati wal amali (aktualisasi gerakan, aksi sinergi, dan berkolaborasi) dalam rangka mewujudkan tujuan dan cita-cita mulia didirikannya negara bangsa ini. Dengan shilatul harakati wal amali, semua pihak berkomitmen kuat untuk memberantas budaya korupsi, melawan ideologi kekerasan, mengenyahkan parasit dan pengkhianat bangsa, sekaligus mengarusutamakan persatuan, kedamaian, keadaban, dan peradaban bangsa yang berkemajuan dan berkeadilan sosial. Jadi, silaturrahmi dalam momentum Idulfitri sangat penting dirajut dan direkatkan oleh umat Islam dan warga bangsa demi terwujudnya nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab serta persatuan Indonesia.

Akhirnya, mari kita jadikan ‘Idul Fithri, sebagai momentum untuk membina dan memperkukuh ikatan kesatuan dan persatuan kita, menyatupadukan hubungan kasih sayang antara kita semua, sebangsa dan setanah air. Marilah dengan hati terbuka, dengan dada yang lapang, dan dengan muka yang jernih, serta dengan tangan terulurkan, kita saling memaafkan, sambil mengibarkan bendera as-Salam, bendera kedamaian di tanah air tercinta, bahkan di seluruh penjuru dunia. Marilah kita berdoa kepada Allah SWT dengan merendahkan diri serendah-rendahnya di hadapan-Nya dan senantiasa mengharapkan keridhaan-Nya.

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَـمِيْنَ، حَمْدَ النَّاعِمِيْنَ، حَمْدَ الشَّاكِرِيْنَ، حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَ يُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، رَبَّـنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَ عَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَي نَبِيِّكَ وَ رَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ الطَّاهِرِ الزَّكِيِّ وَ عَلَي آلِهِ الطَّيِّبِيْنَ وَ أَصْحَابِهِ الْمُتَّـقِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ، وَ الُمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ، اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ اْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ، فَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ، وَ يَا مُجِيْبَ السَّائِلِيْـن.  رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْـتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّـا وَ اغْفِرْ لَنَا وَ ارْحَمْنَا، أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَ هَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَة،ً إِنَّكَ  أَنْتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَ هَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا .رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَ صِيَامَنَا وَ نُسُكَنَا، إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، وَ تُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ .رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ .سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِـزَّةِ عَمَّا يَصِـفُوْنَ، وَ سَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِـيْنَ،  وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE