Khutbah Iduladha: Esensi Cinta Seorang Hamba kepada Allah Ta’ala untuk Menyempurnakan Iduladha
Khutbah Iduladha: Esensi Cinta Seorang Hamba kepada Allah Ta’ala untuk Menyempurnakan Iduladha
Oleh : Abdul Azis, M.Pd. (Majelis Tabligh Dakwah Komunitas PCM Kajen)
الحَمْدُ للهِ الَّذِي هَدَى الْمُتَّقِيْنَ الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ وَفَضَّلَهُمْ بِالْفَوْزِ الْعَظِيْمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ الرَّحْمنُ الرَّحِيْمُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا أَفْضَلُ الْمُرْسَلِيْنَ، اللّهُمَّ فَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ذِي الْقَلْبِ الْحَلِيْمِ وَآلِهِ الْمَحْبُوْبِيْنَ وَأَصْحَابِهِ الْمَمْدُوْحِيْنَ وَمَنْ تَبِعَ سُنَّتَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، وَبَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ وَنَجَا الْمُطِيْعُوْنَ.
فَقَالَ الله تَعَالىٰ :يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَ نْـتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. فَـصَـلِّ لـِرَّبِّـكَ وَانْـحَـرْ.
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَر اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.
Alhamdulillah marilah kita senantiasa panjatkan rasa syukur kita terhadap Allah swt yang telah memberikan kepada kita karunia nikmat, baik itu nikmat sehat, serta nikmat yang paling agung yakni nikmat iman dan Islam, dengan kenikmatan kenikmatan tersebut Allah masih kukuhkan hati kita dan Allah masih beri kesempatan kepada kita untuk merasakan indahnya ibadah idulqurban.
Selawat serta salam tidak lupa kita haturkan kepada junjungan kita nabi Agung kita yakni Nabi Muhammad Saw. beserta keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikut pengikutnya yang senantiasa menjalankan ibadah ibadahnya hingga yaumul kelak.
Dengan demikian marilah kita senantiasa meningkatkan rasa takwa kita kepada Allah Swt. sebagai bentuk rasa cinta seorang hamba kepada Allah Swt. dengan menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangan larangannya. Dengan rasa takwa yang hadir dalam diri maka akan mempermudah jalan kita ketika di akhirat kelak sehingga kita semua bisa dikumpulkan bersama di surganya Allah Ta’ala.
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَر اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah
Hari raya Iduladha atau yang disebut dengan hari raya kurban, di mana apabila memaknai ibadah kurban merupakan sebagai bentuk penghambaan hamba kepada Allah Ta’ala. Memaknai hal tersebut bahwasanya ketika berkurban yang dinilai bukan darah dan dagingnya akan tetapi yang dinilai adalah rasa cinta seorang hamba kepada sang pencipta. Cinta merupakan rasa alami yang ada dalam setiap jiwa manusia di muka bumi ini. Adanya cinta menjadi penting bagi seseorang, karena cinta akan menjadi istimewa di hadapan penciptanya. Tanpa Cinta maka tidak lebih sekedar seorang hamba yang tidak mempunyai nilai lebih di hadapannya.
Banyak manusia menemukan jati dirinya dan bangkit dari segala kegundahannya, bahkan menemukan bakat yang terpendam dalam dirinya dikarenakan cinta. Meskipun tidak sedikit orang yang terjerumus dalam kesesatan dan kehilangan akal sehat karena cinta.
Dalam Al Quran telah menyebutkan beberapa ayat yang membahas tentang cinta, begitu pun dengan hadis Rasulullah Saw., bahkan keimanan paling sempurna adalah iman yang dilandasi dengan cinta. Tanpa cinta, keimanan hanyalah sebatas nama belaka tanpa makna. Salah satu bukti bahwa Islam juga ikut andil dalam membahas cinta, yaitu dalam Al-Qur’an Allah Swt. berfirman:
وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَشَدُّ حُبّاً للَّهِ
Artinya, “Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah.” (QS Al-Baqarah: 165)
Dalam hadis Rasulullah Saw. tatkala membahas cinta juga tidak kalah menarik salah satu hadisnya, yaitu:
يا رسول الله ما الإيمان قال أن يكون الله ورسوله أحب إليك مما سواهما
Artinya, “Wahai Rasulullah! Apakah yang dimaksud iman? Rasulullah menjawab, menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selain keduanya.” (HR Ahmad)
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَر اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah
Tatkala seorang hamba memiliki cinta kepada sang khalik dan rasulnya maka tidak lebih iman yang dimiliki dirinya sangatlah besar, sehingga apa apa yang diperintahkan oleh Allah pasti akan selalu dijalani dengan penuh syukur dan jiwa yang semangat. Hal ini sebagaimana kalau kita berkaca pada kisah Nabi Ibrahim yang rela mengorbankan anaknya yakni Nabi Ismail untuk di sembelih beliau Nabi Ibrahim dengan ikhlas dan rida menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala. Hal ini semata mata rasa cinta yang dimiliki Nabi Ibrahim sangatlah besar kepada Allah.
Baca juga, Iduladha Berbeda Lagi! Ini Penjelasan Muhammadiyah Terkait Perbedaan dengan Arab Saudi
Begitupun Nabi Ismail besar cintanya kepada Allah dan bapaknya, atas perintah Allah dirinya siap dengan ikhlas menerima apa yang diperintahkan oleh Allah kepada Nabi Ibrahim. Yakni disembelih oleh Nabi Ibrahim sebagai bentuk pengorbanan yang ikhlas kepada Allah Ta’ala.
Inilah hakikat cinta yang sesungguhnya kepada sang khalik sang pencipta. Rela mengorbankan apapun agar mendapatkan apa yang dijanjikan oleh Allah meskipun dalam prosesnya penuh dengan darah, keringat dan air mata.
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَر اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.
Kaum muslimiin yang dirahmati Allah
Ada mahfudzot yang sangat indah mengenai cinta.
لَوْ كَانَ حُبُّكَ صَادِقًا لَأَطَعْتَهُ اِنَّ المُحِبَّ لِمَنْ يُحِبُّ مُطِيْعٌ
“Kalau sekiranya cintamu sejati maka kamu akan menaatinya. Sesungguhnya orang yang mencintai akan menaati apapun kepada siapa yang dicintainya.”
Manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah, oleh karena itu sudah sepatutnya seorang hamba dalam beribadah kepada Allah harus senantiasa menghadirkan cinta tersebut agar ibadah ibadah yang kita lakukan atau amalan amalan yang kita lakukan akan bernilai besar di sini Allah Ta’ala.
Dari kisah tersebut di atas semoga kita bisa mengambil hikmahnya, kita seorang hamba akan semakin cinta kepada sang khaliq dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangan larangannya dengan ikhlas dan penuh dengan harapan mendapatkan cintanya kembali, mendapatkan rahmatnya beliau sehingga kita bisa bareng bareng masuk surganya Allah Ta’ala.
نَصْرٌ مِّنَ اللّٰهِ وَفَـتْحٌ قَرِيْبٌ , وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِيْنَ
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ, اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ
اَللهُمَّ اِنَّا نَسْئَلُكَ سَلاَمَةً فِى الدِّيْنِ وَعَافِيَةً فِى الْجَسَدِ وَزِيَادَةً فِى الْعِلْمِ وَبَرَكَةً فِى الرِّزْقِ وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ. اَللهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِىْ سَكَرَاتِ الْمَوْتِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ وَالْعَفْوَ عِنْدَ الْحِسَابِ .رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
اَللّهُمَّ اَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُ قْنَا اتِّبَاعَةَ, وَاَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْناَ اجْتِنَابَهُ
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَ صِيَامَنَا وَ نُسُكَنَا، إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، وَ تُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ. رَبَّنَا اتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِـزَّةِ عَمَّا يَصِـفُوْنَ، وَ سَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِـيْنَ، وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Editor : M Taufiq Ulinuha
