![Ketua Umum IMM UMS](https://pwmjateng.com/wp-content/uploads/2025/02/Gambar-WhatsApp-2025-02-07-pukul-14.28.57_4980ca1a-780x470.jpg)
PWMJATENG.COM, Surakarta – Samiyem, Ketua Umum Pimpinan Komisariat (PK) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), baru saja menyelesaikan program pertukaran pelajar Jenesys 2025 yang diadakan oleh Kedutaan Besar Jepang. Program ini memberikan pengalaman berharga mengenai budaya, teknologi, serta kehidupan masyarakat Jepang dari sudut pandang Islam dan profesionalisme.
Sebelum berangkat, para peserta program disambut oleh Kedutaan Besar Jepang di Indonesia. Setibanya di Jepang, mereka langsung mengikuti kuliah umum di Waseda University yang disampaikan oleh Prof. Ken Miichi, akademisi asal Indonesia. Dalam kuliah tersebut, ia menjelaskan perkembangan Islam di Jepang.
“Meskipun mayoritas masyarakat Jepang tidak beragama, mereka tetap menjunjung tinggi nilai kejujuran, kedisiplinan, serta rasa hormat terhadap perbedaan,” ujar Samiyem, Jumat (7/2).
Salah satu pengalaman menarik yang didapatkan Samiyem adalah kunjungan ke Prefektur Nagasaki. Ia mengunjungi Gedung Gubernur yang terbuka untuk masyarakat umum.
“Siapa saja bisa masuk ke gedung tersebut, bahkan tersedia kantin dan ruang belajar bagi warga. Desain bangunannya juga sudah disesuaikan dengan teknologi anti-gempa,” ungkapnya.
Tak hanya itu, peserta juga mendapat pemahaman mengenai sejarah bom atom dari seorang penyintas bernama Minokwari. Kisah tersebut memberikan perspektif baru tentang dampak perang bagi masyarakat Jepang.
Program ini juga memberikan kesempatan bagi peserta untuk tinggal bersama keluarga lokal dalam program homestay. Dalam kesempatan itu, Samiyem memperkenalkan Muhammadiyah sebagai organisasi Islam kepada tuan rumah yang penasaran dengan praktik keislaman.
Baca juga, Kiat-Kiat Memanfaatkan AI dalam Penulisan Artikel dengan Tetap Mengedepankan Etika Jurnalistik
“Ketika mereka tahu kami bangun pagi untuk salat, mereka merasa heran karena di Jepang kebiasaan seperti itu jarang ditemukan,” tambahnya.
Selain itu, ia juga mengamati kesetaraan gender di Jepang, di mana banyak perempuan bekerja di berbagai sektor, termasuk sebagai pengemudi kereta. Hal ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana Jepang menerapkan prinsip keadilan gender dalam kehidupan sehari-hari.
![](https://pwmjateng.com/wp-content/uploads/2025/02/Gambar-WhatsApp-2025-02-07-pukul-14.28.56_c021da8e-1024x768.jpg)
Dalam program ini, Samiyem turut menjadi presentator yang mengenalkan budaya Indonesia, salah satunya melalui pantun.
“Mereka baru tahu bahwa pantun adalah bagian dari budaya Indonesia. Saya ingin memperkenalkannya sebagai warisan sastra kita,” katanya.
Usai mengikuti program ini, Samiyem dan timnya merancang action plan yang akan diterapkan dalam waktu tiga bulan ke depan. Rencana ini meliputi seminar, penulisan jurnal, serta talk show untuk berbagi wawasan dari Jepang kepada mahasiswa lainnya.
Ia berharap pengalaman ini dapat menginspirasi mahasiswa UMS untuk lebih aktif dalam program internasional.
“Semoga di tahun berikutnya ada lebih banyak mahasiswa UMS yang berpartisipasi dan menerapkan ilmu yang didapat untuk kemajuan organisasi dan masyarakat,” pungkasnya.
Kontributor : Fika
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha