Kebiasaan Muslim Sehari Semalam
Dwi Jatmiko, S.Pd.I
Wakil Kepala Sekolah bidang Humas
Sekolah Rujukan Nasional (SRN) SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta
Apakah seorang muslim berkeinginan agar usianya efisiensi (berkah) maksimal dan optimal?
Strategi wajib dipersiapkan menghadapi tantangan perubahan di era yang sudah berubah, sarat tantangan baru, penuh turbulasi, dan kompleksitas.
Perkembangan teknologi sangat pesat semakin mempermudah kita dalam beraktifitas, kehadiran berbagai macam aplikasi diponsel pintar seperti transportasi online, onlineshop, mobile payment, al quran online, hingga aplikasi penghimpun dan penyaluran dana sosial pun sudah menjamur keberadaannya.
Ramadan tiba saat Covid-19 masih mengamuk dan belum menunjukkan tanda-tanda lelah menggoda manusia. Daripada mengeluh, mari kita ambil positifnya.
Setiap muslim dapat menghayati hidup kesehariannya sejak pagi-pagi, Rasulullah berkenan mendo’akannya:
“Allahumma barik li-ummati fi bukuriha” (Ya, Allah berikan keberkahan bagi umatku pada pagi-pagi harinya) (HR Abu Daud dan Thirmidzi).
Adalah suatu bencana seorang muslim bergadang sangat lama, kemudian baru tidur sehingga salat subuh tersia-sia.
Rasulullah bersabda: Jikalau salah seorang dari kalian tidur, maka setan mengikat tiga tali pada tengkuk kepala, setan mengencangkan ikatan tersebut (sambil berkata): Malam masih panjang maka tidurlah. Jika dia bangun dan mengingat Allah maka lepaslah satu tali ikatan. Jika kemudian dia berwudhu maka lepaslah tali yang kedua, dan jika ia mendirikan shalat lepaslah satu tali ikatan, dan pada pagi harinya ia akan merasakan semangat dan jiwa yang tentram. Namun bila dia tidak melakukan itu, maka pagi itu jiwanya tidak tentram dan ia merasa malas.” (HR. Bukhari).
Seorang muslim menjemput hari hidupnya sejak pagi-pagi dengan dzikir, kondisi suci, salat sunah, fardhu dan keluar kemudian menuju perjuangan hidup dengan tubuh yang aktif sehat, bagas waras, suci jiwanya serta lapang dada.
Sebaliknya, orang-orang yang dikepalanya masih dikat dengan simpil setan, pagi-pagi masih tidur, langkahnya lambat, jiwanya kotor, tubuhnya berat dan malas.
Allâhuma innî ashbahtu minka fî ni’matin wa ‘âfiyatin wa sitrin fa-atimma ni’mataka ‘alayya wa ‘âfiyataka wa sitraka fiddunya wal âkhirah
“Ya Allah, sesungguhnya aku sudah mendapatkan nikmat, kesehatan, dan perlindungan-Mu di pagi dan soreku, maka sempurnakanlah untukku nikmat-Mu dan perlindunganMu selama di dunia hingga akhirat.”
Kemudian membaca Kitab Allah dengan khusyu’ dan memahami maknanya, sebagaimana Allah Swt., telah berfirman:
كِتٰبٌ اَنْزَلْنٰهُ اِلَيْكَ مُبٰرَكٌ لِّيَدَّبَّرُوْٓا اٰيٰتِهٖ وَلِيَتَذَكَّرَ اُولُوا الْاَلْبَابِ – ٢٩
Kitab (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran. (Qs. Shad: 29).
Setelah selesai membaca al Qur’an, dilanjutkan makan pagi secukupnya apabila tidak puasa.
Alangkah indahnya kita mengerti bahwa amal perbuatan duniawi bagi setiap muslim akan dinilai sebagai ibadah dan jihad, apabila dilakukan dengan niat (motivasi) yang benar dan tidak mengganggu untuk mengingat Allah.
Di antara kewajiban haria seorang muslim yang tidak boleh dilupakan adalah kewajiban mengabdi kepada masyarakat dan menolong individunya yang akhirnya mampu besedekah atau istilah lain pajak sosial.
Imam Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap persendian manusia wajib bersedekah pada setiap hari di mana matahari terbit di dalamnya: engkau berlaku adil kepada dua orang (yang bertikai/berselisih) adalah sedekah, engkau membantu seseorang menaikannya ke atasnya hewan tunggangannya atau engkau menaikkan barang bawaannya ke atas hewan tunggangannya adalah sedekah, ucapan yang baik adalah sedekah, setiap langkah yang engkau jalankan menuju (ke masjid) untuk shalat adalah sedekah, dan engkau menyingkirkan gangguan dari jalan adalah sedekah.’
Demikianlah tata hidup muslim sejak pagi hingga menjelang Zuhur. Di negara beriklim panas atau musim kemarau, sebagian orang membutuhkan “Qailulah” tidur istirahat siang hari.
Bila waktu ‘Ashar “salat wustha” tiba, “Hayya alash sholaah – marilah menunaikan salat” hendaknya yang tidur beristirahat tadi bangun dengan segera.
Tidak layak, seorang muslim mengakhirkan salat ‘Asar hanya menganggap ringan hingga matahari menguning.
“ Itulah sholat orang munafik. Itulah sholat orang munafik. Itulah sholat orang munafik. (Yaitu) dia menunggu matahari sampai hampir terbenam kemudian dia berdiri (untuk sholat asar), lalu mempercepat (tanpa ada rasa khusyuk sedikitpun) empat rakaat, tanpa mengingat Allah di dalamnya kecuali sedikit sekali.” (HR. Imam Muslim).
Kadang ada seorang muslim, mengakhirkan makan malam setelah selesai salat isya’. Maka yang didahulukan adalah makan malam seperti hadits nabi.
Selayaknya, seorang muslim itu mempunyai jadwal harian dalam membaca, secara teratur. Allah berfirman Qs. Taha: 114
وَقُلْ رَّبِّ زِدْنِيْ عِلْمًا – ١١٤
dan katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku. ”
Apabila seorang muslim hendak tidur, disunahkan bersuci, salat dua reka’at kemudian menempatkan diri ke kasurnya dan meletakkan lambung kanannya sambil membaca dzikir, mengingat Allah .
“Bismika Rabbi wadha ‘tu janbi wa bika arfa’ uhu in amsakta nafsii far hamha, wa in arsaltaha, fah fazhha, bima tahfazhu bihi’ ibaadakas shaalihiin.”
Dengan Nama-Mu, ya Rabbku, aku meletakkan lambungku. Dan dengan Nama-Mu pula aku bangun daripadanya. Apabila Engkau menahan rohku (mati), maka berilah rahmat padanya. Tapi apabila Engkau melepaskannya, maka peliharalah, sebagaimana Engkau memelihara hamba-hamba-Mu yang saleh.
Anehnya orang mengorbankan waktunya buat kepentingan dunianya, padahal itulah yang sebenarnya akan ia tinggalkan.
Sekarang giliran saudaraku untuk merenung, sudah kita isi dengan apakah sehari semalam dalam kehidupan ini?
Wallahu’alam bi shawab.