Kawal Sikap PP Muhammadiyah dan PBNU menolak UU Omnibus Law, IMM dan PMII Kabupaten Grobogan Gelar Refleksi Kebangsaan
PWMJATENG.COM, GROBOGAN – Kamis, 8 Oktober 2020 Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kabupaten Grobogan menggelar “Refleksi kebangsaan” Kegiatan tersebut dilaksanakan di depan Gedung DPRD Kabupaten Grobogan kamis malam.
Simbolisasi dalam kegiatan refleksi kebangsaan ini dilakukan dengan Shalat Gaib dan tabur bunga. Hal ini melambangkan matinya hati nurani pemerintah dan para wakil rakyat di tengah kondisi bangsa yang sedang sakit di hantam pandemi covid-19 ini.
Koordinator kegiatan tersebut, Supriyadik, mengatakan refleksi kebangsaan yang dilakukannya ini guna menyikapi isu-isu kebangsaan yang melanda negara ini. Menurut dia, Omnibus Law UU Cipta Kerja, yang pengesahannya dilakukan dengan tergesa-gesa dan terkesan disegerakan pada akhirnya mendapat penolakan keras baik dari kalangan buruh, mahasiswa, akademisi maupun ormas-ormas islam.
PP Muhammadiyah contohnya, Sikap Resmi PP Muhammadiyah atas RUU Omnibus Law/ RUU CiptaKerja yang di sampaikan kepada Presiden dan DPR RI melalui Surat Nomor 169/1.0/A/2020 tertanggal 08 Juni 2020 tentang Sikap Tegas PP Muhammadiyah Menolak RUU Omnibus Law/ RUU Cipta Kerja. Hal ini tidak diakomodir dan ditangkap sinyal pesan sebagai perbaikan oleh DPR RI, malahan tetap di sahkan menjadi Undang-Undang Omnibus Law. tambah nya.
Kegiatan pertama dilakukan dengan shalat gaib yang dilanjutkan dengan doa bersama, pembacaan puisi dan penyampaian sikap bersama menolak tegas Omnibus Law UU Cipta Kerja karena dinilai telah membuat gaduh bangsa di tengah keprihatinan bencana pandemi covid-19.
Selanjutnya, IMM dan PMII juga meminta pemerintah semakin serius untuk menangani Covid-19. Mereka menilai, pandemi Covid-19 sudah membawa dampak besar di berbagai sektor, terutama bidang perekonomian bangsa.
‘’Mereka harusnya fokus untuk menanganani Covid-19 ini, sehingga bisa segera selesai dan perekonomian pun kembali pulih. Negeri ini sedang sakit karena pandemi Covid-19 . Jangan sampai mati hanya karena kebodohan para elit-elit politik,” imbuh Supriyadik.(*)