Junaidi Abdillah : Hidup Bisa Bermakna Jika Terdapat Kehidupan
PWMJATENG.COM, KENDAL – Allah sedang memberi hidup kepada seluruh makhluk-Nya, termasuk manusia. Hidup adalah adanya ruh yang ada pada diri setiap makhluk, termasuk juga manusia. Adanya ruh pada diri manusia menunjukkan bahwa kita hidup, bergerak. Tetapi hidup dan gerak manusia tidak memiliki makna apabila tidak ada kehidupan, yaitu adanya fasilitas yang Allah berikan kepada seluruh makhluknya untuk menunjung hidup, sehingga hidup memiliki makna.
Demikian kata direktur BMT Robbani Kaliwungu, Kendal, H. Juniaidi Abdillah di hadapan ratusan anggota jamaah pengajian Fastabiqul Khairat PCM Ringinarum pada Ahad (29/9).
Beliau mengatakan, fasilitas hidup sebagai sarana kehidupan patut disyukuri, mengingat Allah dengan kemurahannya memberi udara, air dan kesehatan untuk kehidupan makhluknya.
“Bayangkan, jika udara sulit kita hirup, harus beli, pernafasan kita terganggu maka yang terjadi adalah kita terbarng di rumah sakit sambil dibantu oksigen agar kita bisa bernafas” katanya.
“Allah benar-benar memberi kehidupan kepada kita. Semua yang ada pada tubuh kita hakekatnya adalah fasilitas gratis yang diberikan. Sedikit saja terganggu salah satu organ tubuh kita, maka yang terjadi adalah munculnya pembiayaan kehidupan, misalnya jantung kita tidak berdetak selama satu menit, kita sudah sangat khawatir, apa yang terjadi pada jantung” sambungnya.
Terhadap karunia kesehatan sebagai penghidupan manusia, maka manusia akan merasakan betapa nikmatnya atas kesehatan itu.
“Menikmati kesehatan patut mengucapkan terima kasih, akan tetapi lebih patut apabila manusia bersyukur sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah, yaitu syukur sesuai petunjuk Allah dengan mengucap ‘alhamdulillah’” ucapnya, memberi contoh, mengucapkan ‘kulonuwun’ itu boleh, tetapi lebih baik jika mengucapkan ‘assalamu’alaikum’.
Junaidi melanjutkan, hakekat kehidupan dunia yang sesungguhnya. Jika manusia tidak memahami hakekat hidup yang sebenarnya, maka hidupnya nabrak-nabrak, tidak karuan, tidak mengenal waktu, kaki buat kepala, kepala buat kaki, tidak ada waktu mempersiapkan diri untuk kehidupan di akhirat nanti.
“Orang yang hidupnya nabrak-nabrak bisa jadi karena faktor imannya lemah yang berdampak pada ibadahnya juga ikut menurun. Aqidah seseorang dapat dilihat dari tek kliwernya ibadah” tegas Junaidi.
“Orang yang beriman, ibadahnya kok males, berat, maka orang itu bermasalah” imbuhnya.
Beliau mengingatkan, ibadah yang ditunaikan memiliki dampak positif sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah dan manusia jangan memaksakan kehendaknya.
“Jangan memaksa kepada Allah, berkeinginan kaya, rizkinya lebih dengan melaksanakan sholat dhuha, jangan salahkan Allah jika sholat dhuha rajin, tetapi tidak kaya-kaya”.
“Jadikan seluruh ibadah yang dilaksanakan semata-mata karena Allah, jangan karena ingin kaya, jangan karena ingin dunia” tegasnya lagi (Fur/MPI Kendal)