Jangan Remehkan Dirimu: Nilai Diri Tetap Tinggi di Mata Allah

Jangan Remehkan Dirimu: Nilai Diri Tetap Tinggi di Mata Allah
Oleh : Dwi Taufan Hidayat (Penasehat Takmir Mushala Al-Ikhlas Desa Bergas Kidul Kabupaten Semarang, Sekretaris Korps Alumni PW IPM/IRM Jawa Tengah, & Ketua Lembaga Dakwah Komunitas PCM Bergas Kabupaten Semarang)
PWMJATENG.COM – Dalam perjalanan hidup, tidak jarang manusia merasa kehilangan harga diri saat tertimpa musibah, dicaci, atau terpuruk oleh keadaan. Namun, penting untuk disadari bahwa nilai diri seseorang di mata Allah ﷻ tidak pernah ditentukan oleh kondisi duniawinya. Layaknya uang yang tetap bernilai meskipun kotor atau terinjak, manusia tetap berharga di sisi Allah, apa pun keadaannya.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِّنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا
“Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, Kami angkut mereka di darat dan di laut, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al-Isra’ [17]: 70)
Ayat ini menegaskan bahwa manusia telah dimuliakan oleh Allah ﷻ, terlepas dari status sosial, kekayaan, atau pandangan manusia lain. Penilaian Allah ﷻ tidak berdasarkan pada rupa atau harta, melainkan pada hati dan amal perbuatan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَلَا إِلَى أَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian.” (HR. Muslim)
Hadis ini memperkuat pemahaman bahwa kehormatan seseorang di sisi Allah ﷻ tidak terletak pada penampilan luar, tetapi pada ketulusan niat dan kualitas amalnya. Meski seseorang hidup dalam kemiskinan atau hinaan, selama ia bertakwa dan berbuat baik, ia tetap mulia di hadapan Allah ﷻ.
Contoh nyata dapat dilihat dari kisah Nabi Ayyub عليه السلام. Ia kehilangan segalanya—harta, keluarga, hingga kesehatan. Namun, ia tidak pernah berhenti bersabar dan berserah diri kepada Allah ﷻ. Sebagai balasan, Allah ﷻ mengangkat derajatnya dan mengembalikan nikmat kepadanya.
Baca juga, Makna Idulfitri dan Halalbihalal: Menjaga Kesucian Lahir dan Batin
Allah ﷻ berfirman:
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Karena sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah [94]: 5–6)
Ayat ini menjadi penguat bahwa setiap ujian adalah sarana untuk menaikkan derajat seorang hamba. Kesulitan bukanlah bentuk penghinaan, melainkan tanda kasih sayang Allah ﷻ yang ingin melihat hamba-Nya semakin dekat dan kuat dalam keimanan.
Allah ﷻ juga menegaskan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk terbaik:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (QS. At-Tin [95]: 4)
Ayat ini menjadi pengingat bahwa setiap insan memiliki potensi dan kehormatan sejak penciptaannya. Tidak ada alasan untuk merasa rendah diri atau tidak berharga.
Maka dari itu, jangan pernah menilai diri sendiri dari kekayaan, status sosial, atau pujian manusia. Nilai diri yang sejati ditentukan oleh ketakwaan dan keikhlasan dalam menjalani hidup. Allah ﷻ melihat isi hati, bukan kemewahan dunia.
Marilah kita terus menjaga hati dan amal, tetap bersabar dalam ujian, dan senantiasa bersyukur dalam kelapangan. Percayalah, kita semua tetap berharga di sisi Allah ﷻ.
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الصَّابِرِينَ وَالْمُخْلِصِينَ، آمِينَ.
Semoga Allah ﷻ senantiasa membimbing kita menjadi hamba yang teguh, bersyukur, dan istiqamah dalam iman. Aamiin.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha