
PWMJATENG.COM, Purworejo – Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMPWR) sukses menggelar Seminar Nasional (Semnas) PGSD 2025 dengan tema “Pendekatan Deep Learning pada Pembelajaran Sekolah Dasar di Era Abad 21”. Acara berlangsung di Ruang Seminar Kampus Sucen UMPWR, Kamis (22/5/2025), dan menghadirkan tokoh nasional, termasuk Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) RI, Abdul Mu’ti.
Ketua panitia, Suyoto, menyampaikan bahwa agenda ini merupakan kegiatan tahunan Prodi PGSD UMPWR. “Kami ingin memperkenalkan pendekatan deep learning kepada para guru, mahasiswa, dan pemangku kepentingan pendidikan dasar. Ini bukan kurikulum baru, melainkan pendekatan pembelajaran yang lebih bermakna dan mendalam,” ujarnya.
Seminar ini diikuti sekitar 532 peserta dari kalangan mahasiswa, guru, kepala sekolah, serta masyarakat umum, baik secara luring maupun daring. Sebanyak 150 di antaranya tampil sebagai pemakalah.
Abdul Mu’ti dalam paparannya menjelaskan bahwa deep learning merupakan pendekatan belajar yang mengedepankan pemahaman mendalam, penguasaan kompetensi, serta keterlibatan aktif siswa. Ia menegaskan bahwa konsep ini bukan hasil adopsi luar negeri, melainkan berasal dari khazanah pendidikan nasional.
“Pendekatan ini bisa diterapkan pada kurikulum apa pun, baik Kurikulum 2013 maupun Kurikulum Merdeka. Ini bukan produk asing, tapi khas Indonesia,” jelas Mu’ti. Ia juga menambahkan, “Melalui pembelajaran yang mendalam, siswa bisa memahami materi secara esensial, membentuk karakter, dan menumbuhkan semangat belajar yang tinggi.”
Baca juga, Bangkitkan Kekuatan Ekonomi Umat: Refleksi Islam atas Kekayaan, Kedermawanan, dan Ancaman Global
Wakil Bupati Purworejo, Dion Agasi Setiabudi, turut hadir membuka seminar. Dalam sambutannya, ia menyampaikan apresiasi atas kehadiran Menteri Abdul Mu’ti yang menginap di Purworejo, bukan di daerah sekitar seperti yang biasa dilakukan pejabat lain. Dion juga menekankan pentingnya transformasi paradigma pendidikan seiring perkembangan teknologi.
“Tenaga pendidik adalah kunci keberhasilan generasi emas Indonesia 2045. Mereka harus memotivasi siswa untuk memahami, bukan hanya menghafal,” tegasnya.

Dion juga mengisahkan pengalaman semasa sekolah, saat guru sejarahnya membagi kelas menjadi tiga kelompok untuk mendalami tokoh nasional melalui buku dan debat. “Saya masih ingat, kami belajar dari buku Di Bawah Bendera Revolusi, biografi Bung Hatta, dan Sutan Syahrir. Ini bagian dari pembelajaran mendalam,” ujarnya.
Pemkab Purworejo juga menyatakan dukungan penuh terhadap kebijakan Kementerian Pendidikan dalam penataan guru berdasarkan domisili. “Bayangkan, ada guru dari Kaligesing yang harus mengajar di Bruno sejauh 120 kilometer. Itu tidak ideal,” jelas Dion. Ia menyebut kebijakan tersebut sudah tertuang dalam Permendikdasmen Nomor 1 Tahun 2025, yang memungkinkan guru ditempatkan lebih dekat dengan tempat tinggal, termasuk di sekolah swasta jika diperlukan.
Seminar nasional ini juga menampilkan tarian Pesisiran khas Semarang oleh mahasiswa PGSD semester empat UMPWR.
Sesi kedua seminar diisi oleh Guru Besar Emeritus UNY, Prof. Suyanto, yang memaparkan urgensi dan penerapan praktis pembelajaran deep learning di sekolah dasar. “Pendekatan ini perlu dirancang dari konteks sekolah dan kebutuhan anak,” jelasnya.
Sementara itu, Guru Besar UMPWR, Siska Desy F., memaparkan peran strategis teknologi dalam mendukung pembelajaran mendalam. Ia menekankan pentingnya guru memiliki jiwa altruistik di tengah tantangan global. “Teknologi bukan sekadar alat bantu, tapi bagian dari proses pendidikan yang memanusiakan,” katanya.
Kontributor : Akhmad
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha