Jadi Khatib di Belanda, Ketua PWM Jateng Tafsir Sampaikan Makna Puasa dan Keberkahan Ramadan

PWMJATENG.COM, Den Haag, Belanda – Di tengah komunitas Muslim yang terus berkembang di Eropa, dakwah Islam menemukan ruang yang semakin luas untuk bertumbuh. Salah satu momen bersejarah dalam perjalanan dakwah Muhammadiyah di Belanda terjadi ketika Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Tafsir, berkesempatan menjadi khatib dalam salat Jumat di Masjid Al-Hikmah, Den Haag. Dalam kesempatan tersebut, ia menyampaikan khutbah di hadapan sekitar 700 jamaah yang berasal dari berbagai negara.
Dalam khutbahnya, Tafsir menyoroti makna puasa berdasarkan pandangan ulama terkemuka, khususnya dalam konteks negara dengan durasi siang dan malam yang tidak menentu. Ia mengutip pendapat Syaikh Sayyid Sabiq dalam Fiqh as-Sunnah, yang menjelaskan bahwa puasa adalah menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang membatalkannya sejak terbit fajar hingga matahari terbenam.
Namun, di negara empat musim seperti Belanda, durasi siang dan malam tidak selalu seimbang, terutama pada musim panas dan musim dingin. Tafsir menguraikan bahwa dalam situasi seperti ini, umat Islam menghadapi tantangan tersendiri dalam menjalankan ibadah puasa. Ia kembali mengacu pada pandangan Sayyid Sabiq, yang menawarkan dua solusi bagi umat Islam yang tinggal di wilayah dengan kondisi ekstrem. Pertama, mereka dapat mengikuti waktu puasa negara Muslim terdekat yang memiliki durasi siang dan malam yang lebih stabil. Kedua, mereka bisa berpuasa dengan mengikuti waktu yang berlaku di Makkah atau Madinah.
Pendekatan ini, menurut Tafsir, menjadi jalan tengah yang memungkinkan umat Islam tetap menjalankan kewajiban puasa dengan lebih proporsional tanpa mengabaikan esensi ibadah itu sendiri.
Selain membahas aspek teknis puasa, Tafsir juga menekankan pentingnya menyambut Ramadan dengan penuh kegembiraan. Mengutip Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin, ia menjelaskan bahwa keberkahan dalam Ramadan dapat dimaknai sebagai bertambahnya kebahagiaan (ziyadatul sa’adah) dan meningkatnya kebaikan (ziyadatul khair).
Tafsir menegaskan bahwa Ramadan bukan sekadar bulan menahan lapar dan dahaga, tetapi juga momentum untuk meningkatkan kualitas spiritual dan memperbanyak amal kebajikan. Ia merujuk pada firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 185, yang menekankan bahwa Ramadan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia. Oleh karena itu, Ramadan harus disambut dengan hati yang lapang dan semangat yang tinggi, bukan dengan rasa berat atau keterpaksaan.
Baca juga, Preken in Nederland: Voorzitter van PWM Jateng, Tafsir, Verklaart de Betekenis van het Vasten en de Zegeningen van Ramadan
Keberadaan Masjid Al-Hikmah di Den Haag menjadi salah satu bukti bagaimana komunitas Muslim di Belanda terus berkembang dan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Masjid ini bukan hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat dakwah dan pembelajaran Islam bagi masyarakat Muslim di Eropa.
Dalam kunjungan ke masjid ini, Tafsir juga bertemu dengan KH Hasyim, salah satu pengurus masjid. Dalam perbincangan mereka, KH Hasyim mengungkapkan bahwa Masjid Al-Hikmah memiliki sejarah panjang dalam pengembangan Islam di Belanda. Masjid ini bahkan pernah dikunjungi oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, pada tahun 2024.

Sebagai bagian dari upaya memperkuat pendidikan Islam di Belanda, pengurus masjid mengajukan permohonan kepada Muhammadiyah untuk mendirikan taman kanak-kanak (TK) berbasis Islam di lingkungan masjid. Langkah ini diharapkan dapat menjadi sarana pembinaan akidah bagi generasi Muslim di negeri yang mayoritas penduduknya bukan Muslim.
Dakwah di negara seperti Belanda menghadirkan tantangan tersendiri. Umat Islam tidak hanya harus menjaga identitas keislaman mereka, tetapi juga harus mampu menyesuaikan diri dengan budaya setempat tanpa kehilangan esensi ajaran Islam.
Kehadiran ulama dan tokoh Muhammadiyah dalam forum-forum internasional seperti ini menunjukkan bahwa dakwah Islam dapat berjalan berdampingan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan modernitas. Tafsir menegaskan bahwa Islam adalah agama yang fleksibel dan mampu beradaptasi dengan zaman, selama nilai-nilai dasarnya tetap dijaga.
Melalui khutbah yang disampaikannya di Masjid Al-Hikmah, Tafsir memberikan pemahaman yang lebih luas kepada jamaah mengenai konsep puasa dan keberkahan Ramadan. Ia juga menegaskan bahwa meskipun umat Islam hidup di negara yang berbeda budaya dan sistem sosial, nilai-nilai Islam tetap bisa diterapkan dengan cara yang bijaksana.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha