Islam Memandang Keinginan Bunuh Diri karena Takut Memperbanyak Dosa

PWMJATENG.COM – Dalam menghadapi tekanan hidup, sebagian orang merasa putus asa hingga memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Salah satu alasan yang sering muncul adalah rasa takut memperbanyak dosa di masa depan. Mereka beranggapan bahwa kematian dapat menjadi jalan keluar dari keterpurukan spiritual. Namun, bagaimana Islam memandang tindakan bunuh diri yang dilakukan karena alasan tersebut?
Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi nilai kehidupan dengan tegas melarang perbuatan bunuh diri, dalam kondisi apa pun. Dalam Al-Qur’an, Allah ﷻ berfirman:
وَلَا تَقْتُلُوا أَنفُسَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An-Nisā’: 29)
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah melarang manusia untuk merusak atau mengakhiri hidup mereka sendiri. Bahkan, larangan ini dikaitkan langsung dengan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Artinya, sekalipun manusia sedang dalam kesulitan, Allah tidak pernah membiarkannya tanpa jalan keluar.
Dalam hadis Nabi Muhammad ﷺ, ancaman terhadap pelaku bunuh diri sangat jelas. Rasulullah bersabda:
مَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَيْءٍ فَعُذِّبَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barang siapa yang membunuh dirinya dengan sesuatu, maka dia akan disiksa dengan benda itu pada hari kiamat.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Hadis ini mempertegas bahwa bunuh diri bukanlah jalan keluar dari dosa, melainkan justru membuka pintu siksaan yang kekal jika tidak bertobat sebelum ajal menjemput.
Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti berbuat dosa. Namun, Islam juga memberikan jalan terbuka untuk bertaubat. Allah berfirman:
قُلْ يَا عِبَادِيَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا
“Katakanlah: Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.” (QS. Az-Zumar: 53)
Baca juga, Menemukan Uang di Jalan: Boleh Dipakai atau Wajib Dikembalikan?
Pesan ayat ini sangat dalam. Allah memanggil para pendosa untuk tidak putus asa. Putus asa dari rahmat Allah merupakan bagian dari bisikan setan yang ingin menjauhkan manusia dari jalan tobat.
Keputusasaan, rasa bersalah, atau takut menambah dosa adalah kondisi psikologis yang bisa mengganggu nalar spiritual seseorang. Dalam Islam, kondisi tersebut harus dilawan dengan zikir, doa, dan pendekatan kepada Allah. Di sinilah pentingnya dukungan sosial, dakwah yang empatik, serta pendekatan psikospiritual.
Bunuh diri karena takut memperbanyak dosa adalah pemikiran yang terbalik. Sebab, justru dengan hidup, seseorang masih memiliki peluang untuk bertaubat, beramal saleh, dan memperbaiki diri. Ketika seseorang masih hidup, ia masih memiliki harapan untuk mengubah jalan hidupnya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لَا ذَنْبَ لَهُ
“Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak pernah berdosa.” (HR. Ibnu Mājah)
Hadis ini menunjukkan bahwa Allah membuka pintu ampunan selebar-lebarnya. Dengan kata lain, siapa pun yang kembali kepada Allah dengan tobat yang tulus, maka dosa-dosanya diampuni seakan ia tidak pernah berdosa sama sekali.
Oleh karena itu, bunuh diri tidak dapat dibenarkan dengan alasan takut menambah dosa. Islam mengajarkan untuk menghadapi dosa dengan istighfar, menghadapi kegagalan dengan sabar, dan menghadapi kegelapan jiwa dengan cahaya iman. Jalan Islam bukan jalan pemutusan hidup, melainkan jalan perbaikan dan harapan.
Jika seseorang merasa sangat terpuruk, ia dianjurkan untuk mencari bantuan dari keluarga, sahabat, ulama, atau tenaga profesional. Islam memandang manusia sebagai makhluk sosial yang membutuhkan pertolongan dan tidak dituntut menyelesaikan semua masalah sendiri.
Kesimpulannya, Islam melarang bunuh diri dalam bentuk apa pun, termasuk karena takut menambah dosa. Justru melalui kehidupan, Allah memberikan kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki diri. Selama nyawa masih di kandung badan, harapan dan rahmat Allah selalu terbuka. Jangan pernah menyerah, karena Allah lebih dekat daripada yang kita sangka.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha