Islam dan Gaya Hidup Minimalis: Meneladani Zuhud di Tengah Konsumerisme

PWMJATENG.COM – Di era modern saat ini, gaya hidup konsumerisme semakin merajalela. Manusia cenderung mengukur kebahagiaan dari banyaknya harta dan benda yang dimiliki. Namun, dalam Islam, gaya hidup seperti ini tidak dianjurkan. Islam justru mengajarkan prinsip zuhud, yaitu sikap sederhana dan tidak berlebihan dalam menikmati dunia. Prinsip ini sangat relevan untuk diaplikasikan dalam gaya hidup minimalis yang sedang tren, sebagai bentuk meneladani nilai-nilai Islam di tengah derasnya arus konsumsi.
Zuhud secara harfiah berarti meninggalkan atau menjauhkan diri dari hal-hal duniawi yang berlebihan dan tidak penting. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
“Dan janganlah kamu melampaui batas dalam (menggunakan) harta, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”
(QS. Al-A’raf: 31)
Ayat ini mengingatkan kita untuk menjaga keseimbangan dalam menggunakan harta, tidak berlebih-lebihan hingga menjadi sifat boros atau tamak. Gaya hidup minimalis yang menekankan pada pengurangan kebutuhan berlebih sebenarnya sejalan dengan ajaran Islam yang mengutamakan kesederhanaan dan keikhlasan.
Rasulullah SAW juga memberikan contoh teladan dalam hal kesederhanaan. Beliau hidup sederhana meskipun memiliki kedudukan tinggi sebagai utusan Allah. Dalam sebuah hadis disebutkan:
“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.”
(HR. Muslim)
Hadis ini mengajarkan bahwa dunia hanyalah sementara dan perhiasan terbaik bukanlah harta atau barang mewah, melainkan kebaikan dan ketakwaan. Hal ini mengingatkan umat Islam agar tidak terjebak dalam penumpukan materi semata.
Baca juga, Menghidupkan Wakaf Muhammadiyah: Dari Aset Menganggur ke Amal Produktif
Gaya hidup minimalis tidak hanya soal mengurangi konsumsi barang, tetapi juga mengelola waktu dan energi agar tidak tersita oleh hal-hal yang sia-sia. Islam mengajarkan untuk memprioritaskan kehidupan akhirat dan menempatkan dunia sebagai sarana, bukan tujuan utama. Hal ini tercermin dalam firman Allah:
“Katakanlah: ‘Apakah akan Kami beritakan kepadamu tentang orang yang paling merugi perbuatannya?’ Yaitu orang yang kehilangan dirinya dan keluarganya pada hari kiamat. Dan itulah orang yang benar-benar merugi.’”
(QS. Al-Furqan: 27-29)
Ayat tersebut menegaskan bahwa kerugian terbesar adalah kehilangan kehidupan akhirat akibat terlalu mencintai dunia. Oleh karena itu, hidup sederhana dan minimalis menjadi jalan untuk menghindari jebakan duniawi yang berlebihan.
Lebih jauh, prinsip zuhud mendorong umat Islam untuk bersyukur atas apa yang dimiliki dan tidak terus-menerus merasa kurang. Sikap bersyukur ini menjadi obat dari kerakusan dan keserakahan yang banyak ditemukan pada gaya hidup konsumerisme. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya orang yang paling kaya bukanlah yang memiliki banyak harta, tetapi orang yang kaya adalah yang mampu merasa cukup.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan demikian, gaya hidup minimalis yang berakar pada prinsip zuhud dapat menjadi solusi untuk mengatasi krisis konsumsi berlebihan dan menjaga hati tetap bersih dari penyakit cinta dunia yang berlebihan.
Kesimpulannya, Islam mengajarkan kita untuk hidup sederhana, tidak berlebihan, dan mengutamakan nilai-nilai akhirat di atas materi dunia. Meneladani zuhud adalah cara terbaik untuk menjalankan gaya hidup minimalis di tengah tekanan konsumerisme modern. Dengan demikian, kita tidak hanya memperoleh kebahagiaan duniawi yang hakiki, tetapi juga kebahagiaan yang abadi di akhirat.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha