HINDARI KEPONGAHAN DALAM MENGHADAPI COVID 19
OLEH: WAHYUDI
Di saat situasi seperti ini, manusia gelisah dengan adanya pandemi covid 19. Suatu hal yang terbaik kita lakukan adalah menjaga diri dan menjaga kedekatan dengan Sang Khaliq. Menggembleng diri dan berupaya menjadi sosok hamba Allah yang rendah hati. Bukannya mengumbar jasa dan kebaikan dari apa yang telah dilakukan. Fir’aun yang memiliki otoritas kekuasaan pada waktu itu, hancur karena kepongahan dan keangkuhannya. Orang tidak akan mengira kalau Fir’an yang gagah perkasa bisa ditaklukkan oleh Nabi Musa. Bahkan mungkin di saat ini, kita pun bisa mati tak berdaya dengan hanya virus Corona yang sangat kecil dan tak tampak oleh mata.
Ada sebuah musibah yang terjadi sekitar 108 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 14 April 1912. Yakni musibah tenggelamnya kapal Titanic. Pada hal kapal ini, merupakan kapal termegah, termewah dan terbesar pada masanya. Peristiwa musibah ini pernah juga dibuat film dalam sebuah layar lebar.
Yang perlu direnungkan, sebelum terjadi musibah yang menggemparkan itu, ada seorang wanita yang bernama Albert Caldwell, bertanya kepada salah seorang awak kapal, “apakah benar kapal ini tidak bisa tenggelam?” Awak kapal itu menjawab, “iya nyonya itu memang benar, bahkan Tuhan sendiri tidak mungkin menenggelamkan kapal ini.”
Tetapi apa yang terjadi, pada tanggal 14 April 1912 kapal Titanic yang dikatakan sangat tangguh dan kuat, sangat besar dan mewah, menabrak gunung es di Grand Banks, New foundland. Dan akhirnya kapal itu tenggelam, sehingga banyak menelan korban.
Apa yang bisa kita petik dari cerita ini, bahwa kita sebagai manusia, sebagai warga Negara, sebagai bagian dari masyarakat, dan lebih-lebih sebagai nahkoda kapal besar bangsa ini, jangan sekali-kali menyombongkan diri, over confidence dan adigang adigung, sebagaimana Raja Fir’aun dan awak kapal Titanic. Karena kesombongan justeru akan melemahkan diri sendiri. Dengan meremehkan dan merendahkan orang lain, pada hakekatnya justeru ada pengakuan bahwa dirinya sejatinya rendah, dan untuk menutupi kekurangan dan kelemahannya, maka mereka menuding orang lain rendah dan tidak tidak memiliki kuasa. Inilah suatu gejala akan munculnya kehancuran, dan kehinaan.
Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an, al-Baqarah: 26, Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?”. Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik.
Akhirnya, dengan ditunjukkannya virus corona yang sangat kecil ini, tetapi sangat berbahaya, Mudah-mudahan Allah menyadarkan kita untuk semakin rendah hati, beriman dan pandai bersyukur. Aamiin.
Wahyudi Dosen UIN Walisongo Semarang
Edisi 13/4/2020