Kolom

Hijrah Digital: Mencari Jalan Lurus di Tengah Dunia Maya yang Bising

PWMJATENG.COMย โ€“ย Di tengah era digital yang semakin kompleks, manusia tidak hanya melakukan hijrah fisik atau spiritual, tetapi juga dituntut untuk melakukan hijrah digital. Istilah ini mengandung makna peralihan perilaku di dunia maya menuju ke arah yang lebih baik, positif, dan bertanggung jawab. Dalam lingkungan digital yang sarat informasi, opini, hingga hoaks, hijrah digital menjadi penting sebagai bentuk kesadaran etis dan spiritual di ruang virtual yang bising dan tak terbatas.

Internet telah menjelma menjadi ruang sosial baru bagi umat manusia. Media sosial, forum daring, hingga kanal berita digital menjadi tempat orang berbicara, berpikir, bahkan mencaci. Dalam lingkungan ini, tidak semua informasi membawa kebaikan. Banyak pengguna terjebak dalam echo chamber, hanya menerima informasi yang mendukung pandangan pribadi tanpa menyaring kebenarannya. Kebebasan berekspresi yang semestinya membangun peradaban, justru kerap menjadi ladang subur bagi ujaran kebencian, fitnah, dan polarisasi.

Kondisi ini memunculkan kebutuhan untuk hijrahโ€”berpindah dari cara bermedia yang merusak menuju gaya hidup digital yang lebih sehat dan bermartabat. Seorang pengguna internet tidak cukup hanya melek teknologi, melainkan juga perlu memiliki literasi digital dan kesadaran moral.

Hijrah secara harfiah berarti berpindah. Dalam konteks Islam, hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah bukan hanya perpindahan geografis, tetapi juga transisi peradaban, dari penindasan menuju kebebasan, dari kegelapan menuju pencerahan. Hijrah digital pun dapat dimaknai sebagai upaya keluar dari gaya hidup digital yang pasif, konsumtif, destruktif, menuju gaya hidup yang lebih produktif, selektif, dan penuh integritas.

Sebagaimana hijrah Nabi merupakan langkah strategis untuk membangun masyarakat yang berkeadaban, hijrah digital pun menjadi kebutuhan mendesak untuk membentuk masyarakat maya yang sehat, beradab, dan bernilai. Dalam proses ini, setiap individu dituntut untuk lebih bijak dalam menggunakan gawai, lebih selektif dalam menyebarkan informasi, serta lebih reflektif dalam menilai konten.

Baca juga, Meski Kandung, Berikut Status Anak di Luar Nikah dalam Pandangan Islam

Hijrah digital berarti tidak ikut dalam penyebaran hoaks, tidak mem-bully orang lain hanya karena berbeda pandangan, serta tidak menjadikan media sosial sebagai ruang pamer yang memicu iri dan dengki. Ini adalah bentuk jihad personal melawan hawa nafsu digitalโ€”keinginan untuk selalu tampil sempurna, merasa paling benar, dan ingin selalu mendapat validasi dari dunia maya.

Ada beberapa langkah konkret yang dapat ditempuh dalam menjalani hijrah digital. Pertama, tingkatkan literasi digital. Memahami cara kerja algoritma media sosial dan dampaknya terhadap persepsi sangat penting agar tidak mudah terjebak dalam informasi yang menyesatkan. Kedua, batasi waktu penggunaan gawai dan media sosial. Terlalu lama menatap layar bisa mengganggu kesehatan mental dan produktivitas. Ketiga, jadikan media sosial sebagai ladang amal. Gunakan platform digital untuk menyebarkan inspirasi, motivasi, dan pengetahuan yang bermanfaat.

Keempat, terapkan digital fasting atau puasa digital. Seperti puasa dalam Islam yang melatih kontrol diri, puasa digital melatih kesadaran untuk melepaskan ketergantungan terhadap dunia maya. Ini bisa dilakukan dengan tidak membuka media sosial selama beberapa jam sehari atau memilih satu hari dalam seminggu tanpa scrolling berlebihan.

Kelima, bangun komunitas yang positif. Bergabunglah dengan kelompok diskusi daring yang sehat dan produktif, yang mendorong tumbuhnya wawasan, bukan kebencian. Dalam komunitas yang baik, kita akan terdorong untuk terus belajar, berkembang, dan memperbaiki diri.

Dunia maya bukanlah tempat yang netral. Ia membentuk cara berpikir, merasai, dan bahkan beriman. Oleh karena itu, menjaga jalan lurus dalam dunia digital bukan hanya soal menjaga citra, melainkan menjaga hati dan pikiran dari kerusakan. Seorang netizen yang berhijrah digital harus berani mengambil sikap: apakah akan menjadi bagian dari kebisingan atau menjadi penyejuk di tengah panasnya percakapan daring.

Seperti halnya hijrah Nabi yang membutuhkan keberanian, komitmen, dan kesabaran, hijrah digital pun demikian. Tidak mudah meninggalkan kenyamanan likes dan followers, apalagi bila sudah menjadi candu. Tapi di situlah letak perjuangannyaโ€”melawan diri sendiri demi menjadi pribadi yang lebih utuh dan bertanggung jawab secara digital.

Ikhtisar

Hijrah digital bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan zaman. Ia adalah bentuk adaptasi spiritual terhadap perkembangan teknologi yang cepat dan penuh tantangan. Dengan berhijrah secara digital, kita bukan hanya menyelamatkan diri dari kerusakan moral dunia maya, tetapi juga turut membangun ekosistem digital yang lebih sehat, adil, dan manusiawi.

Di tengah kebisingan dunia maya, hijrah digital menjadi kompas untuk tetap berjalan di jalan yang lurusโ€”jalan yang menuntun pada kebaikan, kejujuran, dan kemuliaan. Karena pada akhirnya, dunia digital hanyalah cerminan dari dunia nyata: tempat kita menanam amal dan memanen konsekuensinya, baik di dunia maupun di akhirat.

Ass Editor : Ahmad; Editor :ย M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE