
PWMJATENG.COM, Surakarta – Sebanyak 82 murid kelas II SD Muhammadiyah Program Khusus (PK) Kottabarat Solo mengikuti kegiatan outing class yang berlangsung di Kampoeng Batik Laweyan, Kamis (15/5/2025). Kegiatan ini berlangsung meriah dan penuh semangat dengan mengusung tema “Ciptakan Kreativitas dan Inovasi Melalui Seni Membatik.”
Kegiatan outing class ini dirancang sebagai sarana pembelajaran tematik yang menyenangkan. Para murid tidak hanya diajak melihat proses membatik secara langsung, tetapi juga terlibat aktif dalam setiap tahapan pembuatan batik tulis, mulai dari menggambar dengan malam hingga proses pewarnaan.
Koordinator tim kelas II, Lusia Wahyu Purbowati, menjelaskan bahwa kegiatan tersebut merupakan program yang telah direncanakan sejak awal tahun ajaran 2024/2025.
“Sebelum praktik membatik, para murid sudah dikenalkan dengan beragam motif batik nusantara. Mereka juga telah belajar mewarnai dan membuat karya sendiri dari motif-motif itu. Kami ingin outing class ini menjadi metode belajar yang menyenangkan dan dapat memperkuat pemahaman mereka terhadap sejarah, budaya, dan kearifan lokal,” ungkap Lusia.
Kegiatan dimulai dengan sambutan hangat dari pengelola Kampoeng Batik Laweyan, Eko Aris Setiyawan. Dalam penjelasannya, Eko menceritakan sejarah berdirinya Kampoeng Batik Laweyan yang merupakan kampung batik tertua di Indonesia. Ia juga menyampaikan bahwa batik perlu terus dilestarikan karena memerlukan ketelitian, kesabaran, dan kreativitas tinggi dalam proses pembuatannya.
“Semakin rapi proses awal membatik, maka semakin bagus pula hasil akhirnya, terutama saat pewarnaan. Ini bukan hanya seni, tetapi juga warisan budaya bangsa,” jelas Eko.
Baca juga, Mana Hewan Kurban Terbaik: Unta, Sapi, atau Domba? Ini Penjelasan Para Ulama
Setelah pengarahan, para murid dibagi dalam kelompok kecil yang masing-masing terdiri dari empat orang. Dengan menggunakan kain mori berukuran 40 cm x 35 cm, mereka mulai membubuhkan malam di atas kain menggunakan canting. Motif dasar telah disiapkan oleh tim pengelola agar memudahkan anak-anak dalam proses pembelajaran.
Bagian paling menyenangkan adalah saat pewarnaan. Para murid diberi kebebasan memilih warna sesuai kreativitas masing-masing. Tersedia lima warna utama: hijau, kuning, biru, hitam, dan merah. Kebebasan ini mendorong murid untuk berinovasi dan mengekspresikan diri melalui kombinasi warna yang mereka pilih.

Setelah proses pewarnaan, batik hasil karya murid dijemur di bawah sinar matahari. Kain harus benar-benar kering sebelum nantinya dicelup ke dalam cairan NaCl. Namun, proses nglorot atau merebus kain dalam air mendidih yang dicampur baking soda tidak dilakukan langsung oleh para murid.
Ketua pelaksana outing class, Noviana Rahmawati, menjelaskan bahwa proses nglorot akan diselesaikan oleh tim pengelola setelah kegiatan berakhir.
“Hasil karya membatik anak-anak akan kami kirim ke sekolah paling lambat satu minggu setelah kegiatan. Mereka sangat antusias menanti hasil akhir batik buatan mereka sendiri,” jelas Noviana.
Salah satu murid kelas II, Raffaza Saqib Nahdi, mengaku sangat senang mengikuti kegiatan ini.
“Ini pertama kalinya saya membatik pakai canting dan malam. Seru banget! Apalagi di akhir sesi kami diajak berkeliling Kampoeng Batik Laweyan. Saya terkesan sekali dengan batik tulis Al-Qur’an yang katanya dibuat selama empat tahun,” ujarnya penuh semangat.
Kontributor : Nikmah Hidayati
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha