
PWMJATENG.COM, Surakarta – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) resmi menjalin kerja sama strategis dengan Politeknik Ketenagakerjaan (Polteknaker) Jakarta Timur. Nota kesepahaman ditandatangani pada Selasa (22/7), menandai langkah konkret UMS dalam menjawab tantangan ketenagakerjaan nasional dan internasional.
Rektor UMS, Harun Joko Prayitno, dan Direktur Polteknaker, Yoki Yulizar, secara langsung menandatangani dokumen kerja sama tersebut. Keduanya sepakat memperkuat pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan fokus pada pendidikan vokasi, perlindungan pekerja migran, serta pelatihan sumber daya manusia berbasis regulasi ketenagakerjaan.
Wakil Rektor V UMS, Supriyono, menyampaikan bahwa kolaborasi ini bukan dimulai dari nol. “Awalnya, ini tumbuh dari kedekatan antara Dekan Fakultas Hukum UMS dan Wakil Direktur II Polteknaker yang pernah terlibat dalam program pengabdian masyarakat di Filipina. Kini kami formalitaskan melalui MoU strategis,” ungkapnya.
Salah satu program yang akan dilanjutkan dalam kemitraan ini adalah pengabdian masyarakat internasional yang menyoroti isu-isu krusial pekerja migran Indonesia. Tak hanya itu, UMS juga akan menyelenggarakan pelatihan intensif bagi para praktisi Human Resource Development (HRD) di lingkungan amal usaha Muhammadiyah. Tujuannya, agar mereka memahami secara komprehensif regulasi ketenagakerjaan nasional.
Baca juga, Wakil Ketua PWM Jateng Rozihan Beberkan Kiat-Kiat Raih Pahala Multilevel Marketing
“Ini bukan sekadar penandatanganan MoU, tapi implementasi nyata Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pendidikan, riset, dan pengabdian harus menyentuh kebutuhan riil masyarakat. Kami ingin hadir memberi solusi, khususnya bagi pekerja migran dan dunia kerja di Indonesia,” tegas Supriyono.
Di sisi lain, Direktur Polteknaker, Yoki Yulizar, mengungkapkan kekagumannya terhadap semangat UMS dalam menyinergikan nilai akademik dan sosial. “UMS bukan sekadar institusi pendidikan. Mereka punya semangat kemanusiaan yang kuat. Kami ingin mahasiswa dan dosen kami masuk dalam ekosistem pendidikan yang inklusif dan berdampak luas,” ujar Yoki.

Kerja sama ini akan segera diikuti dengan program-program konkret. Di antaranya pelatihan vokasi bersama, riset kolaboratif tentang ketenagakerjaan dan perlindungan sosial, serta integrasi program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) untuk mahasiswa vokasi.
Selain itu, riset bersama juga akan diarahkan pada tema-tema spesifik yang berangkat dari kebutuhan masyarakat dan tantangan nyata di dunia kerja. Kolaborasi ini diyakini menjadi model kemitraan antarlembaga pendidikan tinggi yang tidak hanya bersifat administratif, tapi juga menyentuh substansi dan berdampak luas.
“UMS sangat optimistis bahwa kerja sama ini membuka jalan bagi transformasi pendidikan tinggi yang berorientasi pada solusi sosial dan pemberdayaan masyarakat,” pungkas Supriyono.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha