FGM Purworejo Bedah Strategi “Deep Learning”, Guru Muhammadiyah Didorong Kuasai AI dan Kurikulum Abad 21

PWMJATENG.COM, Purworejo – Forum Guru Muhammadiyah (FGM) Kabupaten Purworejo menggelar Seminar Pendidikan bertajuk Optimalisasi Pembelajaran Mendalam, Rabu (23/7/25). Kegiatan yang berlangsung di Auditorium Kasman Singodimedjo Universitas Muhammadiyah Purworejo itu diikuti oleh sekitar 400 guru dari 22 sekolah Muhammadiyah se-Kabupaten Purworejo.
Ketua FGM Purworejo, Wisnu Anggoro, menjelaskan bahwa seminar ini merupakan agenda pembuka program kerja semester kedua kepengurusan FGM. Sebelumnya, FGM telah menyelenggarakan kegiatan senam dan jalan sehat di Alun-Alun Kutoarjo.
“Harapan kami, seminar ini tidak sekadar seremonial, tapi benar-benar memberi manfaat nyata bagi para guru Muhammadiyah,” ujarnya.
Menurut Wisnu, tantangan pendidikan berbasis teknologi dan kecerdasan buatan (AI) menjadi latar belakang digelarnya seminar tersebut. FGM mendorong guru agar berkolaborasi dan berinovasi dalam pendekatan pembelajaran yang relevan dengan perkembangan zaman.
Seminar ini menghadirkan dua narasumber utama. Sesi pertama disampaikan oleh Dosen Universitas Muhammadiyah Purworejo, Suyitno, yang mengangkat tema “Membangun Kompetensi Guru Muhammadiyah Menuju Transformasi Pembelajaran Digital.” Sedangkan sesi kedua disampaikan oleh Sugiman, Ketua BAN PDM Jawa Tengah sekaligus Dosen Universitas Negeri Semarang (Unnes), dengan materi “Optimalisasi Model Deep Learning sebagai Inovasi Pembelajaran Unggul.”
Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Purworejo, Pujiono, mengapresiasi pelaksanaan seminar tersebut. Menurutnya, kegiatan ini penting dalam meningkatkan profesionalitas guru Muhammadiyah.
“Nasib anak bangsa ada di tangan guru. Maka guru perlu terus memperkaya wawasan dan mengasah empat kecerdasan: spiritual, emosional, intelektual, dan sosial,” tutur Pujiono.
Ia juga menekankan bahwa seminar ini sejalan dengan misi Muhammadiyah dalam membentuk karakter siswa melalui sistem lima hari kerja. “Seminar deep learning ini bisa menjadi bekal strategis untuk mempersiapkan anak didik kita 5 hingga 10 tahun ke depan,” tambahnya.
Plt Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purworejo, Yudhie Agung Prihatno, yang turut hadir, menyoroti pesatnya perkembangan teknologi dan pentingnya adaptasi di bidang pendidikan. Ia menilai pendekatan deep learning yang dibahas dalam seminar ini selaras dengan program Pemkab Purworejo, yakni “Purworejo Berseri dan Berdaya Saing”.
Baca juga, Pacaran atau Taaruf? Islam Menawarkan Cinta yang Lebih Bermartabat
“Pemerintah sedang mengkaji sistem lima hari kerja. Diperlukan pembaruan kurikulum dan pelatihan yang menyeluruh agar guru mampu mengikuti perkembangan zaman, termasuk AI dan teknologi koding,” jelas Yudhie.
Dalam sesi pertama, Suyitno menekankan pentingnya pembelajaran yang berkesadaran, bermakna, dan menyenangkan. Ia membahas delapan profil pelajar Pancasila, prinsip deep learning, Taksonomi Bloom, serta integrasi teknologi melalui pendekatan TPACK (Technological, Pedagogical, and Content Knowledge).

“Teknologi itu seperti pisau. Bisa sangat berguna, tapi juga bisa membahayakan. Maka guru harus bijak dalam menggunakannya. Bahkan pada penggunaan AI pun perlu ada etika,” tegasnya.
Ia menyebutkan bahwa guru perlu menyaring konten yang akan digunakan dalam proses pembelajaran digital agar tidak merugikan siswa. Salah satu modul yang disampaikan juga memuat pentingnya membimbing siswa memahami dampak positif dan negatif teknologi, seperti deep fake dan konten berbasis AI.
Sementara itu, Sugiman menjelaskan kurikulum pendidikan Muhammadiyah yang mengintegrasikan kurikulum pemerintah dengan kurikulum ISMUBA secara holistik. Ia menyebut bahwa pendidikan Muhammadiyah menekankan pada pengembangan olah pikir, hati, rasa, dan raga.
“Guru Muhammadiyah harus terbuka pada perubahan, kolaboratif, dan mengedepankan karakter Islami. Mereka juga dituntut mengembangkan keterampilan sosial, emosional, serta 4C: critical thinking, communication, collaboration, dan creativity,” papar Sugiman.
Ia menambahkan bahwa tantangan pendidikan ke depan tidak mudah, terlebih dengan bonus demografi 2035 dan target Indonesia Emas 2045. Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran mendalam yang memuliakan peserta didik menjadi sangat relevan.
“Pembelajaran mendalam bukan sekadar transfer ilmu. Ia harus mampu menyentuh sisi kemanusiaan dan memberdayakan peserta didik sebagai pusat pembelajaran,” pungkas Sugiman.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha