PWMJATENG.COM, Kupang – Tanwir dan Resepsi Milad ke-112 Muhammadiyah resmi dibuka dengan kehadiran Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, serta Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir. Dalam pidatonya, Haedar Nashir menyoroti pentingnya konsep al-Umran, sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Khaldun. Ia menyebutkan bahwa peradaban yang makmur adalah fondasi peradaban maju, yang disebut al-Hadlarah.
“Menurut Ibnu Khaldun, al-Umran adalah bentuk peradaban maju, di mana manusia hidup makmur, menetap, dan membangun kehidupan kota yang beradab. Peradaban ini sangat bertolak belakang dengan kehidupan Badawah yang cenderung tertinggal,” ujar Haedar Nashir.
Masyarakat Khaira Ummah: Jalan Menuju “Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur”
Muhammadiyah, lanjut Haedar, memiliki misi besar untuk mewujudkan negeri yang disebut sebagai Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur, yakni negara yang makmur, adil, dan diridai Allah. Salah satu langkah strategis yang ditempuh Muhammadiyah adalah dengan membangun masyarakat Khaira Ummah—sebuah masyarakat terbaik yang moderat dan menjadi saksi sejarah kehidupan berkemajuan.
Dalam konteks ini, Haedar menegaskan bahwa masyarakat ideal yang diusung Muhammadiyah adalah masyarakat Islam sejati yang adil, makmur, beradab, dan hidup sesuai dengan tuntunan syariat. “Masyarakat ini memiliki ciri berketuhanan, berakhlak, bermusyawarah, serta berkemajuan. Semua nilai ini telah dirumuskan sejak Muktamar ke-37 Muhammadiyah di Yogyakarta pada tahun 1968,” jelas Haedar.
Baca juga, Milad ke-112 Muhammadiyah dan Transformasi Organisasi yang Maju, Profesional, dan Modern
Sebagai gerakan Islam, Muhammadiyah berkomitmen menjadi teladan dalam membangun peradaban. Hal ini diwujudkan melalui berbagai amal usaha di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, dan ekonomi. Selain itu, melalui gerakan perempuan Aisyiyah, Muhammadiyah juga memperkuat perannya dalam memakmurkan kehidupan dengan konsep perempuan berkemajuan.
Gerakan Islam Berkemajuan untuk Semua
Muhammadiyah memahami bahwa kemakmuran adalah pilar penting dalam membangun peradaban. “Penduduk yang makmur akan menjalankan fungsi kekhalifahan di muka bumi dengan penuh tanggung jawab, berilmu, dan beramal saleh. Prinsip ini kami sebut sebagai Kosmologi Al-Qur’an,” ungkap Haedar.
Komitmen ini tertuang dalam Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah (MKCH) yang dirumuskan pada tahun 1969. Dalam dokumen tersebut, Muhammadiyah mengajak seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk bersama-sama membangun negeri yang makmur berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
Haedar juga menekankan bahwa gerakan menuju Indonesia berkemakmuran ini telah diperkuat melalui Risalah Islam Berkemajuan yang dihasilkan pada Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Surakarta tahun 2022. Gerakan ini berfokus pada agenda-agenda strategis seperti peningkatan ekonomi, pengembangan hukum, pemajuan demokrasi, dan pembangunan kebudayaan.
Rekonstruksi Kehidupan Kebangsaan
Muhammadiyah percaya bahwa untuk mewujudkan Indonesia yang makmur dan maju, diperlukan rekonstruksi kehidupan kebangsaan. Rekonstruksi ini harus berbasis pada nilai-nilai luhur Pancasila yang terintegrasi dalam berbagai aspek kehidupan, seperti politik, ekonomi, dan budaya.
“Kami menyebut ini sebagai rekonstruksi dengan makna. Ada nilai strategis yang harus dikedepankan, seperti agama sebagai sumber nilai kemajuan, pendidikan yang mencerahkan, dan kepemimpinan profetik di semua tingkatan,” tutur Haedar.
Dalam rangka memajukan bangsa, Muhammadiyah juga mengintegrasikan gerakan praksis Al-Ma’un. Gerakan ini bertujuan untuk membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kaum dhuafa serta mustad’afin. Muhammadiyah mengajak semua pihak, termasuk pemerintah dan sektor swasta, untuk berkolaborasi menghadirkan kemakmuran bagi semua.
Komitmen Islam Berkemajuan
Haedar menutup pidatonya dengan menekankan bahwa Muhammadiyah akan terus menjadi pelopor Islam Berkemajuan. Gerakan ini, menurutnya, menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, kemaslahatan, dan kedamaian untuk seluruh umat manusia tanpa diskriminasi.
“Islam Berkemajuan adalah Islam yang antiterorisme, antikekerasan, antikorupsi, dan antikerusakan. Gerakan ini menjunjung tinggi keberagaman dan kemajemukan bangsa,” tegas Haedar.
Dengan semangat keikhlasan dan pengabdian, Muhammadiyah berharap dapat terus memakmurkan bangsa dan membangun kehidupan yang maju, bermartabat, dan berdaulat. “Semoga Allah meridai usaha kita semua untuk mewujudkan Indonesia Berkemakmuran dan Berkemajuan,” pungkasnya.
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha