
PWMJATENG.COM, Bulukumba – Dua dosen Universitas Muhammadiyah Bulukumba (UM Bulukumba), Andi Anugrah M. dan Ardianto, berhasil mencuri perhatian sebagai perwakilan dari Indonesia Timur dalam Eastern Indonesia Research Network Bootcamp. Acara bergengsi ini digelar oleh KONEKSI bekerja sama dengan Australian National University (ANU) Indonesia Project, berlangsung pada 3–5 Mei 2025 di Sanur Resort Watu Jimbar, Denpasar, Bali.
Kehadiran keduanya tidak hanya membawa nama kampus, tetapi juga mewakili AIDRAN (Australia-Indonesia Disability Research and Advocacy Network), yang aktif mempromosikan riset inklusif di kawasan Indonesia Timur.
Kegiatan bootcamp ini menjadi bagian dari program unggulan Pemerintah Australia yang dikenal dengan nama KONEKSI (Kolaborasi Pengetahuan, Inovasi, dan Teknologi Australia dan Indonesia). Program ini bertujuan meningkatkan pemanfaatan solusi berbasis pengetahuan dalam kebijakan dan teknologi yang inklusif dan berkelanjutan. KONEKSI menargetkan peningkatan kolaborasi antara lembaga Indonesia dan Australia hingga tahun 2027.
Fokus utama dari program ini adalah kesetaraan dan inklusi sosial, terutama untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan di Indonesia Timur. Bootcamp ini mempertemukan 20 peserta terpilih dari berbagai latar belakang, namun hanya empat di antaranya berasal dari institusi pendidikan tinggi—dan dua di antaranya dari UM Bulukumba.
Ardianto, mengungkapkan bahwa pelatihan ini sangat berharga bagi pengembangan metodologi risetnya. “Setelah mengikuti kegiatan ini, saya merasa semakin mantap dalam memahami metode penelitian dan mengembangkan ide yang relevan bagi wilayah Indonesia Timur,” ujarnya.
Baca juga, Menjalin Silaturahmi dan Membangun Perdamaian: Teladan dari Rasulullah Saw.
Menurutnya, sesi yang membahas integrasi pendekatan GEDSI (Gender, Equality, Disability, and Social Inclusion) menjadi sangat berkesan. Ia menilai pendekatan ini sangat relevan mengingat berbagai tantangan sosial dan ekonomi yang dihadapi kawasan timur Indonesia.
Lebih lanjut, Ardianto mengapresiasi pemateri internasional seperti Budy P. Resosudarmo, Eva Nisa, dan Firman Witoelar. “Materi mereka sangat membuka wawasan saya, terutama dalam memahami metode pengumpulan data baik secara konvensional maupun inovatif,” tambahnya.
Sementara itu, Andi Anugrah M. menilai kegiatan ini sebagai momentum penting bagi dosen Indonesia Timur untuk tampil dalam forum ilmiah kelas dunia. “Bootcamp ini memberikan atmosfer yang intensif dan membangun. Kami tidak hanya belajar riset, tetapi juga membangun jejaring dan memperkuat pemahaman akan pentingnya riset berbasis GEDSI,” ungkapnya.
Ia menegaskan bahwa hasil pelatihan ini akan segera diimplementasikan dalam kegiatan penelitian kampus dan kerja sama dengan masyarakat. “Kami ingin memastikan bahwa pendekatan riset yang inklusif benar-benar berdampak bagi masyarakat lokal maupun kolaborasi lintas lembaga,” katanya.
Rektor UM Bulukumba, Jumase Basra, turut memberikan apresiasi tinggi atas keterlibatan kedua dosennya dalam acara tersebut. “Kami sangat bangga dengan pencapaian ini. Partisipasi mereka membuktikan bahwa dosen-dosen dari timur Indonesia mampu bersaing dalam forum riset internasional,” ucapnya.
Ia menambahkan bahwa UM Bulukumba terus mendorong kolaborasi riset yang mendukung nilai-nilai GEDSI dan pembangunan kawasan. “Partisipasi ini merupakan langkah nyata menuju visi kami menjadikan kampus sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan yang inklusif dan kontekstual,” tegasnya.
Kontributor : Syayyidina Ali
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha