Din Syamsuddin: Ramadan Harus Membawa Perubahan Positif

PWMJATENG.COM, Banyumasย โย Ramadan bukan sekadar bulan ibadah, tetapi juga menjadi momentum penting untuk melakukan transformasi spiritual dan sosial. Hal ini disampaikan oleh M. Sirajuddin Syamsuddin, atau yang akrab disapa Din Syamsuddin, dalam sebuah tausiyah yang menggarisbawahi peran Ramadan sebagai madrasah kehidupan. Menurutnya, bulan suci ini memberikan pelajaran berharga tentang kesabaran, ketakwaan, dan kepekaan sosial, yang seharusnya menjadi landasan bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Din Syamsuddin mengajak umat Islam, khususnya keluarga besar Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), untuk menjadikan Ramadan sebagai sarana peningkatan kualitas diri. Ia menekankan bahwa ibadah yang dilakukan selama bulan suci ini tidak hanya sekadar rutinitas, tetapi harus mampu membawa perubahan positif dalam kehidupan pribadi dan sosial. Dengan kata lain, Ramadan harus menjadi titik awal bagi lahirnya individu yang lebih baik dalam segala aspek kehidupan.
Lebih lanjut, Din Syamsuddin menyoroti peran Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang memiliki tanggung jawab besar dalam membangun peradaban yang lebih maju. Menurutnya, nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin harus menjadi fondasi dalam setiap langkah organisasi ini. Ia berpendapat bahwa Muhammadiyah tidak hanya berperan dalam sektor keagamaan, tetapi juga harus terus aktif dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial guna menciptakan masyarakat yang lebih berkeadilan dan berkemajuan.
Dalam konteks sosial, Din Syamsuddin menekankan pentingnya kepedulian terhadap sesama selama Ramadan. Ia menilai bahwa bulan suci ini merupakan kesempatan bagi umat Islam untuk lebih peka terhadap kondisi sosial di sekitarnya. Oleh karena itu, ia mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya di lingkungan UMP, untuk memperbanyak kegiatan sosial seperti berbagi dengan fakir miskin, menyantuni anak yatim, serta membantu mereka yang membutuhkan. Baginya, kepedulian sosial ini merupakan salah satu manifestasi dari ibadah yang sesungguhnya.
Baca juga, Sholat Sunnah Muakkad dan Keutamaannya dalam Islam
Di sisi lain, Ramadan juga menjadi momentum refleksi bagi setiap individu. Din Syamsuddin menegaskan bahwa setiap Muslim harus mampu memanfaatkan bulan ini untuk melakukan introspeksi diri. Ia menekankan bahwa ibadah yang dilakukan selama Ramadan harus mampu menanamkan nilai-nilai kejujuran, keikhlasan, dan disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, seseorang yang benar-benar memahami makna Ramadan tidak akan kembali pada kebiasaan lama yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam setelah bulan suci ini berlalu.
Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya sinergi antara nilai-nilai spiritual dan kemajuan intelektual. Dalam perspektifnya, umat Islam harus mampu mengembangkan potensi diri tidak hanya dalam aspek keagamaan, tetapi juga dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Ia berpendapat bahwa kemajuan suatu bangsa tidak hanya ditentukan oleh aspek material semata, tetapi juga oleh kekuatan moral dan spiritual yang dimiliki masyarakatnya. Oleh karena itu, ia mendorong umat Islam untuk terus belajar dan meningkatkan kapasitas diri agar dapat berkontribusi dalam pembangunan bangsa.
Dalam tausiyahnya, Din Syamsuddin juga menekankan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan di tengah perbedaan. Ia menilai bahwa perbedaan pandangan dan pendapat dalam kehidupan sosial adalah sesuatu yang wajar, tetapi tidak seharusnya menjadi pemicu perpecahan. Baginya, Ramadan adalah waktu yang tepat untuk mempererat ukhuwah Islamiyah dan memperkuat solidaritas sosial. Ia berharap umat Islam dapat menjadikan bulan ini sebagai ajang untuk memperkuat nilai-nilai persaudaraan dan kebersamaan.
Ass Editor : Ahmad; Editor :ย M Taufiq Ulinuha