
PWMJATENG.COM, Surakarta – Puluhan alumni Dai Champions MUI-tvOne 2025 berkumpul dalam forum Syawalan dan Halal Bihalal virtual, Kamis malam (17/4/2025). Pertemuan yang berlangsung selama satu jam melalui Zoom ini menjadi ajang silaturahmi dan penyatuan visi dakwah yang lebih kolaboratif, moderat, serta menjawab tantangan zaman.
Inisiator pertemuan, Agus Fadilah, dalam sambutannya menegaskan pentingnya sinergi di antara para dai lintas daerah. “Silaturahmi ini bertujuan untuk menyatukan visi dan misi dakwah agar lebih terstruktur dan saling mendukung,” kata Agus.
Agus menyampaikan bahwa langkah awal yang dibahas adalah penyusunan database dai. Data tersebut akan memuat informasi asal domisili, spesialisasi dakwah, akun media sosial, dan berbagai aspek lain yang dapat memperkuat jejaring dakwah.
“Kita mulai dari apa yang bisa dilakukan bersama. Semoga Allah berkahi setiap langkah kecil ini,” tegasnya. Ia juga menambahkan bahwa semua usulan terbuka untuk pengembangan lebih lanjut sesuai dinamika lapangan.
Forum ini dipandu oleh Abu Hanim dan Dwi Jatmiko, dai asal Solo, Jawa Tengah. Kegiatan dimulai dengan perkenalan diri dan pemaparan singkat mengenai aktivitas dakwah para alumni di daerah masing-masing. Kisah-kisah inspiratif mewarnai jalannya diskusi, menggambarkan semangat dakwah yang menggembirakan dan mencerahkan umat.
Agus berharap forum seperti ini bisa terus berlanjut dan berkembang. Beberapa langkah konkrit juga diusulkan, seperti mengabari antaralumni saat ada amanah dakwah di luar daerah, membentuk silaturahmi berbasis domisili, hingga menyelenggarakan upgrading keterampilan dakwah.
Baca juga, Tembus Rp75 Miliar, Lazismu Jateng Cetak Rekor Penghimpunan pada Ramadan 1446 H!
“Misalnya pelatihan public speaking, pembuatan konten digital, dan penguatan narasi dakwah yang menyejukkan, semua bisa dilakukan oleh para alumni secara bergilir,” ujarnya.
Dwi Jatmiko menambahkan bahwa di era industri 4.0 menuju masyarakat 5.0, para dai harus menyampaikan pesan dakwah dengan pendekatan kasih sayang. Menurutnya, posisi dai sangat mulia, namun metode penyampaiannya harus menyentuh hati, bukan menyakiti.

“Dakwah itu merangkul, bukan memukul. Menyayangi, bukan menyaingi. Membina, bukan menghina. Mencari solusi, bukan mencari simpati. Membela, bukan mencela,” jelas Jatmiko dengan penuh semangat.
Ia menekankan bahwa masyarakat saat ini sedang menanti langkah nyata dari para dai. Bukan langkah besar yang bombastis, melainkan langkah kecil yang konsisten menuju perubahan besar.
Jatmiko juga mengingatkan kembali arahan Komisi Dakwah MUI tentang pentingnya membawa semangat ummatan wasathan—yaitu umat yang adil, seimbang, dan tidak ekstrem dalam beragama. Konsep ini menjadi landasan kuat dalam membentuk pola dakwah yang moderat dan inklusif.
“Jika kita mampu menjadi umat pertengahan, dakwah kita tidak hanya diterima umat Islam saja, tetapi juga menjadi rahmat bagi semesta,” pungkasnya.
Kontributor : Jatmiko
Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha