Kolom

Bijak Berpesan agar Semakin Berkesan

Bijak Berpesan agar Semakin Berkesan

Oleh : Masyhuda Darussalam (Warga Muhammadiyah Magelang)

PWMJATENG.COM – Rasulullah SAW pernah bersabda, “Cukuplah seseorang dikatakan sebagai pendusta apabila ia menyampaikan apa saja yang didengarnya.” Pesan ini disampaikan pada masa ketika hubungan manusia masih sangat sederhana, jauh sebelum era teknologi dan komunikasi modern. Nabi Muhammad SAW mengingatkan kita untuk menyaring dan menyeleksi informasi sebelum menyampaikannya. Hal ini penting agar apa yang kita sampaikan tidak menyakiti atau merugikan orang lain.

Dalam menyampaikan sesuatu, baik melalui lisan maupun tulisan, kita harus mempertimbangkan perspektif orang lain. Apakah pesan tersebut akan menyakiti perasaan mereka? Jika ya, maka kita harus menahan diri. Rasulullah SAW menuntut kita untuk bersikap bijaksana dalam berkomunikasi. Kebijaksanaan ini meliputi kehati-hatian, pemikiran matang, serta kepekaan sosial.

Pentingnya Selektivitas dalam Informasi

Sebagai penerima informasi, kita juga harus selektif. Allah SWT berfirman dalam Surah Az-Zumar ayat 18:

“Yaitu mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal sehat.”

Ayat ini mengajarkan kita untuk mendengarkan segala informasi dengan terbuka, namun hanya mengikuti yang terbaik. Sikap kritis dan selektif membantu kita menjadi orang yang merdeka, terbuka, dan bijaksana dalam menyaring informasi.

Sayangnya, di era modern ini, kearifan dalam berkomunikasi sering kali diabaikan. Banyak dialog publik di media sosial atau ruang diskusi yang tidak lagi mengedepankan prinsip keadaban. Bahkan, sering ditemukan perdebatan yang melibatkan emosi hingga melukai perasaan lawan bicara.

Berkomunikasi dengan Hikmah dan Pengajaran yang Baik

Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nahl ayat 125:

“Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan debatlah mereka dengan cara yang lebih baik.”

Ayat ini menegaskan pentingnya komunikasi yang bijaksana, santun, dan beradab. Sebelum memberi nasihat atau berdiskusi, seseorang harus memahami konteks dan memiliki wawasan luas agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik.

Baca juga, Keputusan Musypimwil Muhammadiyah Jateng Tahun 2024

Contohnya, dalam kisah Nabi Adam AS, Iblis berhasil mempengaruhinya dengan mengatakan bahwa ia hanya memberi nasihat. Ini menunjukkan bahwa nasihat, jika disampaikan dengan maksud tertentu dan tanpa kebijaksanaan, dapat menjerumuskan orang lain.

Etika Jurnalistik dan Media Sosial

Saat ini, banyak orang bertindak sebagai jurnalis tanpa memahami kode etik jurnalistik. Hal ini sering kali menyebabkan penyampaian informasi yang tidak beradab, seperti mendokumentasikan kecelakaan dan menyebarkannya tanpa mempertimbangkan perasaan keluarga korban.

Sebagai penyampai pesan, kita harus memperhatikan perspektif orang lain, empati, dan tenggang rasa. Informasi yang disampaikan tanpa adab dan akhlak mulia, terutama di media sosial, dapat menjadi sangat menyakitkan bagi orang yang membaca.

Rasulullah SAW juga mengingatkan kita agar “saring sebelum sharing”. Selain itu, meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat dalam komunikasi adalah langkah penting untuk menjaga harmoni. Misalnya, membagikan ajakan salat tahajud pada pukul 6 pagi jelas menunjukkan ketidakpahaman terhadap konteks pesan yang disampaikan.

Bijak dalam Menyampaikan dan Menerima Pesan

Sebagai umat manusia, kita harus bijak dalam menyampaikan pesan dan lapang dada dalam menerima informasi. Jangan sampai terjebak dalam kejamnya media sosial yang sering kali melupakan adab komunikasi.

Dengan memahami dan mengamalkan prinsip-prinsip ini, kita dapat menggunakan sarana komunikasi untuk kebaikan, menjaga keadaban, serta menghindari menyakiti perasaan orang lain. Semoga kita semua mampu menjadi penyampai pesan yang bijaksana dan penerima informasi yang kritis dan selektif.

Ass Editor : Ahmad; Editor : M Taufiq Ulinuha

Muhammadiyah Jawa Tengah

Muhammadiyah Jawa Tengah adalah gerakan Islam yang mempunyai maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam Jawa Tengah yang sebenar-benarnya

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

WP Radio
WP Radio
OFFLINE LIVE